Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 29 Agustus 2016

Pay It Forward

Pay It Forward

Sekian tahun lalu saya menjumpai anak muda yang reflek untuk beramal shalehnya masyaAllah. Lagi enak-anaknya tidur tetangganya membangunkan, ada temannya tetangga yang ponakannya membutuhkan donasi darah. Maka si anak muda ini tanpa berpikir panjang langsung mengemudikan mobil dari Ciputat ke Jakarta Pusat untuk setor darah, setelah itu pulang dan tidur lagi – tanpa bertanya siapa tadi yang lagi membutuhkan darahnya. Anak muda seperti ini insyaAllah sudah membayar di depan – pay it forward, bantuan apapun yang kelak dia butuhkannya. Sudahkah kita ? 

Banyak orang rela membayar premi asuransi di depan yang mahal, untuk berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu pada dirinya – perusahaan asuransi akan menolongnya. Padahal perusahaan asuransi sama dengan perusahaan pada umumnya, dijalankan oleh manusia yang bisa lupa, bisa salah dan bahkan bisa juga kehilangan amanah.

Sementara itu ada Penjamin yang sesungguhnya, yang tidak pernah lupa, tidak pernah salah dan tidak pernah mengingkari janji. Tetapi berapa banyak dari kita yang bisa seperti anak muda yang saya ceritakan di atas ? bersedia ‘membayar premi’ secara reflek di depan, untuk perbagai kesulitan yang bisa jadi dialaminya kelak dalam perjalanan hidupnya dan bahkan juga sesudahnya.


Dan penjamin yang satu ini tidak minta uang kita, preminya bisa dibayar dengan apa saja – seperti bangun malam dan donor darahnya anak muda tersebut di atas. Juga segala macam kebaikan yang kita berikan ke orang lain yang sedang membutuhkannya.

Dan janjinya ini juga tidak ditulis dalam polis asuransi yang berbelit-belit dengan tulisan kecil-kecil, ‘polis’ jaminannya ditulis dalam kalimat yang pendek, jelas dan tegas – sehingga tidak bisa disalah artikan.

Hal jazaa ul ihsaan illal ihsaan – Tidak ada balasan untuk suatu kebaikan melainkan kebaikan pula” (QS 55:60)

Masih belum yakin ? Sang Maha Penjamin juga menguatkan jaminanNya di ayat-ayat lainnya.

Intanshurullah yanshurkum…jika kamu menolong Allah, Dia pasti menolongmu.” (QS 47:7)

Iyyanshurkumullah falaa ghaaliba lakum…Jika Allah menolong kamu, maka tidak akan ada yang mengalahkanmu…”(QS 3:160)

Pertanyaannya kemudian adalah mengapa untuk jaminan manusia – baik dari perusahaan swasta maupun pemerintah – manusia rela membayarnya dengan mahal, sedangkan jaminan dari Allah tidak banyak yang menggubrisnya ?

Ini antara lain karena jaminan dari manusia – dijual dengan agresif dan persuasif oleh agen-agen perusahaan asuransi yang dibayar sangat mahal berdasarkan pencapaian target penjualannya. Tidak jarang perusahaan asuransi men-charter pesawat khusus untuk menghibur para agennya ini untuk plesiran ke luar negeri untuk terus memotivasi dengan iming-iming duniawinya.

Sementara yang mendakwahkan jaminan Allah tersebut dibayar ala kadarnya, karena ustadz-ustadz yang mulia memang tidak akan pernah menuntut bayarannya. Mereka juga tidak membutuhkan iming-iming duniawi.

Yang kedua jaminan manusia dibuat dengan operasionalisasi lapangan yang rapi, pengelolaan keuangan yang canggih dan berbagai teknologi mutakhir untuk memobilisasikan segala resources-nya. Sedangkan jaminan dari Allah hanya dibacakan ayatnya, diperkenalkan di mimbar-mimbar, tetapi belum di-operiasionalisasi-kan secara terstruktur sistematis dan masif oleh umat ini yang sudah meyakininya sendiri sekalipun.

Dalam konteks system operasionalisasi lapangan inilah nampaknya harus ada yang memulai merintisnya di era teknologi informasi ini. Saya akan senang kalau ada yang ‘mencuri’ ide startup yang satu ini dan dijalankan secara masif – lebih baik dari yang bisa saya lakukan sendiri, karena menunjukkan suatu kebaikan – sama dengan melaksanakan kebaikan itu sendiri.

Idenya adalah berusaha mengoperasionalisasikan jaminan-jaminan Allah dalam sejumlah ayat tersebut di atas untuk menggerakkan kepedulian kita dalam membantu sesama – agar kita bisa secara rame-rame meniru kebaikan si anak muda di awal tulisan saya ini, agar kita dapat membayar di depan – pay it forward – segala kesulitan yang bisa jadi kita akan temui dalam perjalanan hidup kita dan juga sesudahnya.

Bagimana kita bisa melakukannya ? dengan berbuat baik kepada sesama secara maksimal yang kita bisa. Tidak harus dengan uang, bisa dengan tenaga kita – kerelaan kita bangun malam-malam untuk membantu saudara kita yang membutuhkannya misalnya.

Bagaimana orang tahu bahwa kita bisa bantu apa ? Itulah gunanya solusi teknologi informasi. Agar orang tidak sungkan untuk minta tolong kita pada saat membutuhkannya, kita bisa declare – bahwa kita bisa bantu, dan bisa bantunya di bidang apa misalnya.

Saya ambil contoh misalnya saya sendiri saat ini belajar tentang aromatherapy dan saya  insyaAllah bersedia membantu siapa yang membutuhkan saya di bidang ini. Maka yang saya lakukan adalah saya membuka account di www.ucare.id dan mengisikan informasi tersebut – agar orang yang sedang membutuhkan dapat mengetahuinya.

uCare.id – bisa dibaca You Care Indonesia - adalah mvp (minimum viable product – produk percobaan awal) untuk startup yang berusaha memobilisasi masyarakat agar gemar saling membantu sesamanya. Sesama yang lagi butuh bantuan ini bisa yang lagi terkena musibah, banjir, letusan gunung berapi, kebakaran dlsb. Bisa karena sakit, karena tua, bencana kemanusiaan seperti perang dlsb. dan tentu juga berbagai kesulitan yang terkait dengan kemiskinan.

Lantas bagaimana kita akan mendanai gerakan masyarakat yang gemar menolong sesama ini ? Pertama gerakan ini tidak harus membutuhkan dana, kesediaan Anda untuk membantu sesuai profesi Anda sudah akan sangat banyak menggantikan kebutuhan dana.

Dana yang kemudian masih dibutuhkan untuk operasi, membeli obat, membeli ambulan dlsb. dapat diperoleh melalui berbagai sumber yang kreatif. Selain melalui donasi, bisa dari dana CSR, dana promosi – maupun dari produk-produk yang terkait dengan kepentingan masyarakat ini.

Saya ambil contoh misalnya, di industri asuransi syariah, para peserta membayar dana tabarru’ atau dana tolong menolong. Bila dana tabarru’ ini lebih dari yang dibutuhkan untuk membayar klaim, maka berbeda dengan asuransi konvensional yang menganggapnya sebagai keuntungan – kelebihan dana tabarru’ bukan keuntungan bagi perusahaan asuransi syariah.

Dana ini harus dikembalikan ke peserta, lho tetapi kan peserta sudah merelakan uangnya untuk dana tabarru’ yang berarti dana tolong menolong – masak diminta kembali ? Maka menyalurkan kelebihan dana tabarru’ ke masyarakat lainnya yang membutuhkan akan dapat menjadi solusi yang kreatif bagi industri asuransi syariah.

Bahkan solusi ini bisa menjadi inovasi fin-tech (financial technology) tersendiri bagi industri asuransi syariah. Karena berbeda dengan produk makanan yang Anda bisa cicipi sebelum membeli, parfum bisa Anda cium sebelum membeli, mobil dapat test drive sebelum membeli – bagaimana masyarakat bisa mencicipi produk asuransi sebelum membeli ? setahu saya belum ada perusahaan asuransi yang cukup kreatif untuk memberikan solusi ‘mencicipi sebelum membeli ini’.

Nah melalui kelebihan dana tabarru’ yang disalurkan ke masyarakat yang bukan peserta atau pembeli polis asuransi inilah – produk asuransi dapat dijual dengan memberi kesempatan masyarakat mencicipinya sebelum membeli.

Bayangkan ketika Anda sakit, bila dilayani sangat baik oleh perusahaan asuransi syariah A – padahal Anda bukan nasabahnya. Apa kesan Anda ? kemungkinan yang timbul adalah – belum menjadi peserta saja dilayani seperti ini, apa lagi kalau saya menjadi peserta !

Apa untungnya perusahaan asuransi syariah mau melakukan ini ? inilah salah satu bentuk ujian ke-syariah-annya itu. Kalau mereka benar-benar ingin memperjuangkan syariah, mestinya mereka sangat yakin akan kebenaran jaminan Allah dalam ayat-ayat tersebut di atas.

Bahwa kalau mereka berbuat baik, balasannya pasti kebaikan. Bahwa kalau dia menolong Allah – pasti ditolongNya, bahwa kalau Allah menolongnya – tidak akan ada yang bisa mengalahkannya. Perusahaan asuransi syariah yang ditolong Allah demikian ini, pasti dia akan segera bisa mengungguli pesaing-pesaing konvensionalnya.

Apa efek dominonya ketika ini terjadi ? salah satu yang saya bayangkan berikutnya adalah dunia perbankan syariah akan meniru gerakan industri asuransi syariah ini. Memberi kesempatan masyarakat yang belum menjadi nasabahnya dilayani sangat baik, sampai masyarakat merasakan – lho saya belum naruh uang saja sudah dijinkan menarik uang – apalagi kalau saya sudah menaruh uang saya disini ? Mungkinkah ini dilakukan ? why not – hanya perlu pemikiran yang tidak linier saja untuk sampai ke sana.

Hal-hal yang luar biasa – yang tidak terbayangkan insyaAllah akan bisa terjadi ketika Allah turun tangan menolong kita. Dan agar Allah turun tangan ini juga kita sudah diberi tahu caranya melalui ayat-ayat di atas, yaitu berbuat baik ke sesama dan menolong (agama)Nya.

Bagaimana kalau kita tidak yakin dengan jani-janjiNya ini ? ketidak yakinan kita akan membuat kita enggan berbuat baik ke sesama dan enggan menolong  agamaNya. Dan bila kita tidak berbuat baik, tidak membayar di depan –pay it forward - atas berbagai kesulitan yang kemungkinan akan kita hadapi dalam hidup ini dan bahkan juga sesudahnya, maka yang turun adalah peringatanNya.

Peringatan ini hampir selalu dibaca oleh imam masjid saya di raka’at pertama sholat subuh di hari jum’at – bila peringatan ini saja kita hayati, maka kita akan berlomba-lomba untuk berbuat baik kepada sesama. Karena bila tidak, akan ada penyesalan yang luar biasa ketika tubuh kita sudah kaku – tidak bisa bergerak, suara kita tidak lagi terdengar – meskipun ruh kita berteriak :

Rabbanaa absharnaa wa sami’naa farji’naa na’mal shalihaa inna mu’minuun – ya rabb kami, (sekarang ) kami melihat dan mendengar , maka kembalikanlah kami ke dunia agar kami bisa berbuat baik, sungguh kami orang yang yakin (sekarang)” (QS 32:12).

Nah mumpung kita masih di dunia, ayo sekarang kita budayakan reflek untuk berbuat baik ini – agar kita bisa membayar di depan – pay it forward - untuk antisipasi berbagai kesulitan yang kita hadapi di dunia dan sesudahnya. Bila sendirian kita tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana, maka barangkali berbuat bersama-sama melalui gerakan umat peduli – u (juga dibaca ummah) Care Indonesia (ucare.id) seperti inilah salah satunya kita bisa mengembangkan reflek otomatis untuk berbuat baik itu.

Ini adalah social business – gerakan social yang akan dikelola secara professional agar menjadi infrastuktur yang sustainable untuk amal shaleh berbuat baik bagi sesama. Ini bukan lembaga social yang mengandalkan donasi semata, tetapi juga bukan lembaga usaha yang hasilnya untuk pemegang saham. Ini adalah social business yang akan dikelola sebagaimana usaha professional lainnya, hanya hasilnya tidak ke pemegang saham tetapi dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk perluasan manfaat amal shaleh itu sendiri. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal