Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 31 Agustus 2015

Ulil Albab dan Bioeconomy

Ulil Albab dan Bioeconomy

Oleh : Muhaimin Iqbal


Dalam perlombaan mendandani pengelolaan sumberdaya alam dunia, Uni Eropa sebenarnya paling siap karena sejak lima enam tahun lalu mereka sudah memiliki visi bioeconomy 2030.  Namun karena krisis ekonomi yang berkepanjangan di wilayah itu, kecil kemungkinannya mereka akan memimpin dunia dalam bidang ini. Lantas siapa yang sebenarnya layak memimpin dunia di bidang bioeconomy ini ? pertama tentu adalah negeri yang memiliki bio resources besar seperti Indonesia. Tetapi yang lebih dibutuhkan dari sekedar resources fisik dari alam, sesungguhnya yang sangat dibutuhkan adalah manusia-manusia unggul yang disebut ulil albab.

Apa sesungguhnya bioeconomy ini ? secara ringkas bioeconomy adalah pengelolaan yang berkelanjutan dari produksi dan konversi biomassa (biological materials nabati maupun hewani) untuk pemenuhan kebutuhan pangan (food), pakaian (fiber), energi (fuel) dan berbagai F-F lain yang akan saya jelaskan di tulisan ini.

Mengapa dunia sekarang setidaknya ingin menuju bioeconomy ini ? karena adanya kesadaran bahwa pengelolaan ekonomi dunia sampai detik ini dipandang tidak sustainable – tidak berkelanjutan. Ketergantungan pada fosil fuel dan produk-produk turunannya dipandang akan segera berakhir, dan yang dipandang sustainable adalah segala sesuatu yang selalu bisa diperbarui (renewable) – itulah segala sesuatu yang terkait dengan tanaman dan binatang.

Rabu, 26 Agustus 2015

Jalan yang Mendaki Lagi Sukar

Jalan Yang Mendaki Lagi Sukar

Oleh : Muhaimin Iqbal


Riil atau nyata lawan katanya adalah semu, jadi bila dalam bidang ekonomi kita mengenal sektor riil – diluar sektor riil ini berarti bisa disebut sektor semu ? Aneh kita mendengarnya – tetapi inilah yang sebenarnya nampak jelas dalam beberapa hari terakhir. Semua perusahaan dan kegiatan sektor riil berjalan normal apa adanya, tetapi di dunia yang semu – Rupiah jatuh dan demikian pula bursa saham di seluruh dunia. Anehnya energi kita begitu banyak terbuang untuk merespon yang semu ini ketimbang menggerakkan yang nyata.

Di hari jatuhnya Rupiah menembus angka Rp 14,000/US$ dan harga saham juga jatuh, para pemimpin negeri ini dan pelaku usaha top berkumpul untuk berusaha menyelamatkan Rupiah dan pasar saham. Bahkan menteri BUMN serta merta menggerakkan kekuatan yang ada adalam kendalinya – yaitu para BUMN untuk menggelontorkan minimal Rp 10 trilyun untuk menyelamatkan bursa saham.

Tapi apa maknanya ini ? kalau toh para BUMN memiliki dana lebih begitu besar, apakah benar penggunaannya untuk menyelamatkan 1 atau 2 % IHSG yang memang sedang mengalami trend menurun bersama bursa-bursa saham dunia lainnya ? Apalah artinya  1- 2 % ini dibandingkan dana yang 10 trilyun tersebut ?

Senin, 24 Agustus 2015

Biocomposites : Rumah Tanah Lingkungan Untuk Semua

Biocomposites : Rumah Ramah Lingkungan Untuk Semua

Oleh : Muhaimin Iqbal


Bahwasanya tidak semua yang digagas di Startup Center (d/h Pesantren Wirausaha) berhasil itu benar adanya, bahkan lebih banyak yang gagal dari yang berhasil. Tetapi satu berhasil dari sekian banyak yang gagal, itupun sudah cukup bagi kami. Yang lebih penting adalah tidak menyerah dengan kegagalan dan dapat mengambil pelajaran dari kegagalan-kegagalan tersebut. Demikianlah yang terjadi ketika kami menggagas bahan rumah murah sejak lima tahun lalu, mulai dari teknologi composites,   teknologi sarang lebah (teknosal) sampai teknologi lock brick – semuanya belum berhasil. Maka kami berharap banyak pada exercise keempat kami dengan teknologi biocomposites.

Teknologi composites yang sudah kami kembangkan sejak lima tahun lalu dan sudah sampai membuat kandang kambing dan bahkan juga sebuah masjid dari gedebog,akhirnya belum bisa dikomersialkan karena terbentur salah satu bahan bakunya – yang berupa resin kimia dan mahal. Tetapi dari pengembangan ini, kami bisa menguasai teknologi pembuatan composites.

Teknologi sarang lebih (teknosal) yang kami gagas tiga tahun lalu berlanjut sampai pembuatan mesin nan canggih – yang saking canggihnya – perancang dan pembuatnya sendiri akhirnya menyerah di tengah jalan, meninggalkan mesin setengah jadi yang ngangkrak. Dari sini pelajarannya adalah – jangan membuat mesin yang terlalu canggih, yang belum proven teknologinya !

Kemudian teknologi lock brick yang kami gagas setahun lalu, bahannya melimpah – yaitu tanah biasa – sehingga seharusnya tidak mengalami masalah seperti di gagasan pertama. Mesinnya mestinya juga sederhana – sehingga seharusnya tidak mengalami kendala seperti gagasan kedua. Tetapi belum juga berhasil karena kami terlalu mengandalkan orang lain untuk pengembangan mesinnya.

Maka berangkat dari ketiga pelajaran sebelumnya tersebut di atas, kini kami sedang menggagas solusi yang keempat. Yang tidak membutuhkan bahan baku kimia yang mahal dan tidak baik bagi lingkungan, yang tidak membutuhkan mesin yang terlalu canggih, dan bahkan tidak memerlukan mesin atau alat khusus untuk membuatnya. Solusi yang keempat ini bernama biocomposites.

Berbeda dengan composites pada umumnya yang melibatkan bahan baku berbasis kimia – utamanya resin, biocomposites sepenuhnya menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. Bahan baku utamanya adalah cellulose – yaitu biomassa paling dominan yang ada di alam ini.

Cellulose ada di pepohonan, ada di dedaunan, ada di jerami, kulit gabah, batang jagung, daun nanas dan hampir semua sumber hijauan di sekitar kita mengandung cellulose tersebut. Tentu saja cellulose ini juga insyaAllah akan segera tersedia secara melimpah bersamaan dengan gerakan kita menanam pisang – yang sudahkita launch bebeberapa hari lalu.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengubah bahan-bahan yang ada di sekitar kita – yang selama ini cenderung kita anggap sebagai sampah tersebut – bisa menjadi bahan bangunan ? lagi-lagi Al-Qur’an-lah sumber inspirasi yang tidak pernah habis itu.

Perhatikan binatang yang namanya sampai menjadi nama suatu surat di Al-Qur’an yang surat tersebut disebut juga surat nikmat, binatang ini adalah lebah. Lebah selalu memiliki rumah, dan rumah lebah selalu indah. Tidak ada rumah lebah yang bocor meskipun didalamnya digunakan untuk menyimpan gudang cairan (madu). Tidak ada rumah lebah yang rusak karena hujan apalagi kebanjiran – meskipun dibuat di alam terbuka, dan di daerah dengan curah hujan yang tinggi sekalipun.

Sebaliknya manusia yang cerdas ini, tidak semuanya bisa memiliki rumah. Dan yang memiliki rumah terbaik sekalipun – masih sering terjadi kebocoran disana-sini, dan bahkan juga kebanjiran. Apa bedanya dengan lebah ?

Lebah diberi wahyu oleh Allah untuk membuat rumahnya (QS 16:68) dan itu dikuti para lebah apa adanya –exactly seperti yang diwahyukan. Sementara manusia diberi wahyu oleh Allah untuk menyelesaikan seluruh persoalannya (QS 16:89) – tentu juga termasuk persoalan rumahnya – tetapi manusia suka ngeyel, merasa ilmunya lebih tinggi dari petunjukNya !

Maka bila manusia mau mengikuti wahyu itu dengan sungguh-sungguh, insyaAllah manusia pasti bisa menyelesaikan seluruh persoalan hidupnya – termasuk dalam hal membuat rumah untuk semua orang ini. Pertanyaan berikutnya adalah ayat-ayat yang mana yang memberi petunjuk kita untuk membuat rumah ini ?

Salah satunya yang sangat jelas dan dekat dengan kita ya kembali ke rumah lebah tersebut – maka satu ayat setelah ayat yang bercerita tentang rumah lebah – Allah memberi isyarat “…Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir” (QS 16:69).

Di ayat lain, orang-orang yang berpikir ini disebut juga orang yang berakal - ulul albab– yaitu orang yang memahami tanda-tanda kebesaran Allah pada penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam, orang yang selalu mengingat Allah dan memikirkan penciptaan langit dan bumi baik ketika sedang berdiri, duduk maupun berbaring (QS 3 : 190-191).

Maka dengan menggabungkan pemikiran ciptaannNya di langit dan di bumi, serta memperhatikan rumah lebah tersebut di atas – insyaAllah ada petunjuk yang jelas tentang bahan rumah yang melimpah dan terjangkau di sekitar kita.

Mengapa lebah selalu berhasil membuat rumahnya ? dengan mengikuti wahyu – mereka tahu harus membuat rumah dari apa. Yaitu dari bahan yang selalu ada di sekitarnya berupa remah-remah pepohonan, dedaunan dlsb. – itulah yang disebut cellulose.

Lebah pekerja mengunyah-ngunyah remah-remah tersebut menjadi sekecil-kecilnya serat kemudian menyusunnya menjadi rumahnya yang indah. Agar menjadi kuat dan tidak bocor maka rumah tersebut di seal dengan apa yang disebut lilin lebah atau beeswax.

Bagaimana remah-remah yang dikunyah lebah menjadi bentuk serat terkecil tersebut bisa lengket dan kuat membentuk bangunan ? Itulah yang manusia harus pelajari. Dan pelajaran ini oleh Allah ditebarkan di alam semesta yang kita juga disuruh memikirkannya di ayat-ayat tersebut diatas. Lantas apa hubungannya antara rumah lebah, rumah kita dan alam semesta ?


Gravitasi di tata-surya kita
Perhatikan salah satu bagian kecil saja dari alam semesta – yaitu dari tata surya dimana kita tinggal ini. Apa yang membuat bulan mengitari bumi, bumi mengitari matahari dst – berjalan milyaran tahun dengan kokohnya tanpa bertabrakan ? Allah ciptakan perekat diantara benda-benda langit ini yang kita kenal sebagai gravitasi.

Sekarang perhatikan benda-benda yang sangat kecil di alam yang disebut atom, perhatikan susunan atom di molekul air misalnya. Lihat kemiripan susunan atom tersebut dengan tata surya kita – ini menunjukkan Dia yang mencipta tata surya , juga Dia yang menciptakan atom tersebut. Bila pengikat tatasurya itu bernama gravitasi, ’gravitasi’ yang mirip juga mengikat atom hydrogen dan oxygen pada molekul air.

'Gravitasi' antar atom air


Sekarang kembali kepada rumah lebah yang dibuat dari serat-serat yang sangat kecil yang berupa cellulose tersebut di atas. Rumus kimia cellulose itu adalah (C6H10O5)n; perhatikan daya tarik antara elektronnya Oxygen dan proton-nya Hydrogen – dalam ilmu kimia ini disebut Hydrogen Bond atau Hydroxyl Bond.

Dari sini pelajarannya adalah sebagaimana Allah ciptakan grafitasi yang ‘mengikat’ dengan sangat kuat matahari-bumi-bulan dlsb; Allah juga ciptakan pengikat-pengikat yang sangat kuat dalam skala mikro yang disebut Hydrogen Bond tersebut.

Lebah mengikat bangunan rumahnya dengan Hydrogen Bond ini – yang menyatukan cellulose menjadi bangunan rumahnya yang indah. Mengapa manusia repot-repot membuat semen yang mahal – kemudian mengirimkannya ke tempat-tempat yang jauh  - yang membuatnya menjadi semakin mahal, bila disekitar kita selalu ada pengikat bangunan alami yang akan sangat kuat ‘mengikat’ rumah kita tersebut ?


Hydrogen bond dalam cellulose
Itulah yang secara umum sekarang disebut biocomposites itu. Intinya adalah serat-serat alami yang direkatkan juga dengan pengikat alami seperti Hydrogen Bond tersebut. Bila ini hasilnya dipandang kurang kuat untuk kebutuhan manusia, bisa saja ditambah resin yang juga alami untuk menambah kekuatannya. Resin alami ini yang masyarakat kita sudah lama mengenal antara lain adalah gondorukem/ getah damar/ getah pinus dlsb.

Bagaimana teknik detilnya di lapangan ? inilah yang sedang kami coba kembangkan bersama para santri di Madrasah Al-Filaha, berlomba adu cepat dalam penguasaan teknologi dimana teknologi yang sama kini bahkan sudah dipatenkan di Australia.

Teknologi hydrogen bond untuk bahan bangunan dan peralatan rumah tangga dari biocomposites - Australia.


Kelebihannya kita memiliki sumber-sumber biomassa yang secara melimpah bisa menjadi sumber-sumber cellulose sebagai bahan baku utama biocomposites ini, dan tentu juga karena kita memiliki Al-Qur’an. Allah berjanji kitalah yang akan ditinggikan bila kita bener-bener menggunakan al-Qur’an itu sebagi petunjuk dan pelajaran (QS 3 : 138-139). Amin.


Jumat, 21 Agustus 2015

Food, Fuel, Fiber, Fodder and Feedstock (5F)

Food, Fuel, Fiber, Fodder and Feedstock (5 F)

Oleh : Muhaimin Iqbal


Di awal musim dingin empat tahun lalu di Stockholm – Swedia, para ahli dari berbagai bidang berkumpul dalam suatu seminar untuk melakukan assessment – apakah lahan di dunia akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Food, Fuel and Fiber ? (makanan, bahan bakar dan serat untuk pakaian dlsb). Hasilnya sungguh mengkhawatirkan mereka yang hadir, karena menurut hitungan mereka pada tahun 2030 di dunia akan ada shortage lahan minimal 300 juta hektar. Padahal masih 2 F lain yang perlu juga disediakan lahannya , yaitu Fodder (pakan ternak) dan Feedstock (bahan baku untuk rumah, perabot dlsb). Bagaimana kita akan memecahkan masalah ini ?

Ketika para ahli urusan dunia berkumpul, hasilnya adalah kekhawatiran demi kekhawatiran seperti akan shortage-nya lahan produktif tersebut diatas. Mengapa demikian ? Karena se-ahli-ahli manusia ilmunya tetap sangat terbatas, satu bidang ilmu dikuasai – yang lainnya luput.

Ketika para ahli pakan ternak mengkonversi biji-bijian seperti jagung- kedelai dlsb menjadi pakan ternak, yang terjadi adalah shortage pangan bagi manusia. Ketika para ahli energi mengubah penggunaan jagung menjadi bioethanol, masyarakat yang bahan pokok pangannya jagung sampai melakukan huru hara karena menjadi sangat mahalnya harga bahan pokok mereka.

Kamis, 20 Agustus 2015

Pertanian Dalam Al-Qur'an (Bagian IV)

Pertanian Dalam Al-Qur’an (Bagian IV)

Oleh : Muhaimin Iqbal


Kalaulah ada sebuah bacaan yang bisa mengguncang gunung dan membuat bumi terbelah, itulah Al-Qur’an  (QS 13:31). Pekerjaan yang amat sangat besar, yang tidak dimungkinkan dengan cara lain – maka dengan Al-Qur’an menjadi mungkin. Inspirasi dari ayat ini bisa menjadi dasar bagi kita untuk melakukan sesuatu yang  sangat besar  yang selama 70 tahun kemerdekaan,  kita belum berhasil mekakukannya dengan baik. Yaitu  tercukupinya tiga kebutuhan dasar berupa makanan , energi dan air (Food, Energy and Water – FEW).

Tiga kebutuhan dasar yang ringkasnya saya sebut saja FEW tersebut, dalam Al-Qur’an semuanya terkait dengan satu hal yaitu tanaman. Maka sesungguhnya kita bisa mengatasi tiga hal ini sekaligus dengan merangkuh satu dayung yaitu menanam !

Untuk bercocok tanam dalam memenuhi kebutuhan pangan, ini sudah jelas dan sudah saya tulis dalam sejumlah tulisan sebelumnya. Tetapi bagaimana kita bisa bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan energi ?

Rabu, 19 Agustus 2015

Impact Investing For Better World

Impact Investing For Better World

Oleh : Muhaimin Iqbal


Sejak salah satu produk Startup Center  (www.iGrow.asia) memenangi Startup Arena 2014 lalu sebagai startup terbaik, kami banyak menerima tamu dari kalangan investor, fund manager, venture capital dan wartawan dari sejumlah negara  Amerika Utara dan Eropa. Yang menarik adalah adanya benang merah dari pembicaraan dengan tamu-tamu  tersebut, bahwa  adanya trend yang membuat mereka tertarik bicara dengan kami – trend ini adalah apa yang disebut impact investing. Apa sesungguhnya impact investing ini ? 

Dasar dari pemikirannya kurang lebih adalah apabila para pengambil keputusan investasi di dunia, mengarahkan investasinya ke hal-hal yang baik – maka dunia yang kita tinggali ini dengan sendirinya akan menjadi lebih baik. Tetapi siapa para pengambil keputusan investasi ini ?

Para pengambil keputusan investasi ini bisa saja ibu-ibu rumah tangga yang mengelola sisa uang belanja dari suaminya, sampai konglomerasi dana pension global yang konon nilai dananya tahun lalu telah mencapai US$ 31.9 trillion atau sekitar 36 kali GDP Indonesia. Maka siapa saja yang mengambil keputusan kearah mana dana dalam kelolaannya akan diinvestasikan, dia juga ikut menentukan baik tidaknya dunia yang kita tinggali itu kini hingga bergenerasi mendatang.

Selasa, 18 Agustus 2015

Small Data, Big Solution

Small Data, Big Solution

Oleh : Muhaimin Iqbal


Perkembangan teknologi informasi saat ini sedang berpacu dengan ledakan data yang tumbuh secara eksponensial. Situs-situs besar dunia kini sudah mengelola database dalam ukuran petabytes (1 PB = 1 x 10^15 byte), lalu lintas dunia internet tahun ini akan mencapai satuan zettabytes (1 ZB = 1 x 10^21 byte). Apa yang terjadi bila pertumbuhan teknologi penyimpanan data, akses internet dan segala penunjangnya kalah cepat dengan pertumbuhan data yang tumbuh eksponensial tersebut ? Itulah kiamat dunia IT. Tetapi sebelum itu terjadi, solusinya kemungkinan justru kearah sebaliknya – yaitu kembali ke small data !

Untuk memberikan ilustrasi, Anda bisa coba sendiri step-by step exercise ini. Dari sana insyaAllah Anda yang bergerak di bidang IT khususnya, dan masyarakat awam umumnya – akan bisa melihat apa yang salah dengan dunia teknologi informasi sekarang ini, dia mengolah sampah !

Coba Anda pilih salah satu search engine populer yang ada saat ini, misalnya saya gunakan saja untuk gampangnya Google. Terus di kolom pencariannya ketikkan satu kata saja – agar google mencari makna dari kata ini. Saya ambil contohnya saya gunakan satu kata – nama buah , yaitu “olive” – yang saya maksud adalah buah zaitun.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Bioplastic dan Tree free Paper

Bioplastic dan Tree-free Paper

Oleh : Muhaimin Iqbal


Salah satu bentuk kerusakaan yang dinampakkan oleh Allah dalam ayat  Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia…”(QS 30:41), bisa jadi adalah pencemaran lingkungan oleh plastik – yang di laut kini telah mencapai 86% dari keseluruhan pencemaran laut. Maka manusia modern abad ini berusaha menggantikan sebagian kebutuhan plastik tersebut dengan kertas, tanpa disadarinya – penggunaan kertas ternyata juga tidak kalah merusaknya dengan plastik. Lantas apa yang bisa kita lakukan ?

Bila kerusakan karena dampak plastik jelas, yaitu sifatnya yang tidak bisa terurai kembali ke tanah dan sangat-sangat sedikit yang didaur ulang – kerusakan karena penggunaan kertas hanya dapat terlihat bila kita perluas penglihatan kita sampai kita bisa melihat dari mana kertas-kertas tersebut berasal.

Dari seluruh hutan di dunia yang dibabat untuk keperluan industri, 42 %-nya adalah untuk kertas. Pertumbuhannya diperkirakan akan mencapai 50 % dalam 50 tahun mendatang (World Watch Institute). Industri kertas di negara-negara OECD adalah industri nomor 1 dalam konsumsi air dan no 3 dalam emisi carbon setelah industri kimia dan baja (OECD Environmental Outlook).

Jumat, 14 Agustus 2015

Satu Solusi Untuk Semua

Satu Solusi Untuk Semua

Oleh : Muhaimin Iqbal


Ketika ada sahabat yang bertanya kepada Siti Aisyah RA tentang Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dia menjawab : “Akhlak Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam adalah Al-Qur’an”. Dengan Al-Qur’an uswatun hasanah kita itu mengelola keluarga, mengelola negara dengan segala aspeknya dan bahkan juga mengelola  segala urusan umat akhir jaman. Al-Qur’annya masih sama, mengapa seolah aneh bila kita ingin mengelola segala urusan kita dengan petunjuk yang ada di Al-Qur’an ? InsyaAllah hanya perlu pembiasaan saja.

Saya ambilkan contoh yang sebenarnya sangat sempit diantara sangat luasannya urusan kehidupan – yaitu urusan pertanian khususnya dan lingkungan pada umumnya. Jauh sebelum dunia ribut-ribut soal kerusakan lingkungan global, soal perlunya menjaga kelestarian lingkungan, soal sustainable development dan sejenisnya – Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membuat apa yang disebut Himaa.

Kamis, 13 Agustus 2015

Agar yang Gratis Tetap Gratis

Agar Yang Gratis Tetap Gratis…

Oleh : Muhaimin Iqbal


Bayangkan di dalam suatu jaman yang tidak terlalu jauh dari saat ini, untuk menghirup udara bersih orang harus membeli udara dalam kemasan – seperti kita sekarang membeli air kemasan dalam gelas atau botol. Saat itu akan segera tiba bila pencemaran udara terus berlangsung dan system kapitalisme terus mengeksploitasi pasar. Orang-orang seperti kita terpaksa harus bekerja ekstra keras karena untuk bisa bernafas-pun kita harus membayar sebagaimana kita membayar sebotol air yang kita minum. Tetapi kita semua bisa mencegah trend komersialisasi sumber-sumber kehidupan itu, bila kita mau berbuat sekarang.

Udara Kemasan Di Xinjiang - China
Mengapa saya katakan bisa segera tiba jaman yang mengerikan ketika manusia harus membeli udara yang dihirupnya itu ? karena jaman seperti itu telah tiba di bagian lain dari dunia ini. Di daerah Xinjiang, daerah yang pencemaran udaranya sudah sangat buruk di China – puluhan juta udara dalam kaleng  seperti kaleng-kaleng minuman ringan yang ada di sekitar kita sekarang – sudah terjual setiap tahunnya sejak beberapa tahun terakhir.

Apakah pencemaran udara di negeri kita lebih baik dari Xinjiang ? belum tentu. Utamanya di kota-kota besar pencemaran udara karena kendaraan-kendaraan yang berjubel dalam kondisi mesin menyala tetapi nyaris tidak bergerak – sudah terjadi di hampir semua kota di Indonesia. Belum lagi di daerah-daerah tertentu ada pencemaran parah musiman berupa asap dari pembakaran hutan.

Walhasil, penduduk kota-kota di negeri ini menjadi semakin jarang bisa melihat warna birunya langit. Maka tinggal menunggu waktu saja, sebelum otak-otak kapitalis mengambil keuntungan dari kotornya udara tersebut dengan berjualan udara bersih dalam kemasan – seperti yang terjadi di Xinjiang tersebut di atas.

Lantas mengapa hal ini harus kita cegah bersama ? Bayangkan kalau untuk menghirup udara bersih harus membeli – dan di China ini harganya sekitar Rp 10,000 untuk sekaleng ukuran kaleng minuman ringan – maka hanya orang-orang yang berduit yang mampu terus membeli udara bersih ini, hanya orang kaya yang bisa terus bernafas !

Akan lengkaplah penderitaan masyarakat miskin karena semua harus berbayar, dan pendapatannya tidak cukup untuk membayar semua keperluannnya untuk sekedar bertahan hidup. Kapitalisme yang seperti ini akan membunuh secara perlahan-lahan milyaran manusia di muka bumi – karena tidak mampu membeli udara bersih setelah sebelumnya juga gagal membeli air bersih !

Dengan konsekwensi tersebut kita mudah paham, betapa kejamnya kapitalisme yang memperjual belikan sumber-sumber kehidupan seperti air dan kemudian bisa jadi juga udara seperti dalam skenario tersebut di atas. Tetapi sadarkah kita bahwa selama ini sumber-sumber kehidupan lainnya juga telah diperjual belikan dengan sangat mahal ?

Semua fasilitas umum mestinya gratis dan tugas para pemimpin untuk mempersiapkannya, bagian dari tugas melayani masyarakat yang dipimpinnya. Pasar misalnya adalah fasilitas umum, dia harus bisa diakses oleh siapa saja – karena melalui pasar-pasar inilah 9 dari 10 pintu rejeki terbuka.

Oleh sebab itu dalam Islam pasar disifati dengan dua hal yaitu falaa yuntaqosonna walaa yudrabanna – jangan dipersempit (agar semua orang bisa berjualan) dan jangan dibebani dengan  berbagai beban biaya ( agar tidak ada entry barrier bagi siapapun untuk bisa berjualan).

Jalan juga fasilitas umum, maka tugas para pemimpin untuk membuat jalan yang baik bagi rakyatnya. Itulah sebabnya pemimpin seperti Umar bin Khattab tidak bisa tidur nyenyak karena kekawatirannya : “Demi Allah, seandainya seekor keledai di Iraq terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah di hari kiamat” katanya.

Iraq jaraknya lebih dari 1000 km dari tempat Umar bin Khattab memimpin di Madinah, hanya keledai nun jauh di sana saja dia pikirkan – jangan sampai ada yang terperosok jatuh, apalagi manusia di sekitarnya !

Sekarang orang berlomba untuk menjadi pemimpin, setelah itu melupakan tanggung jawabnya – yang kasat mata ya dalam bentuk jalan-jalan yang diperlukan rakyatnya. Sekalinya membangun jalan yang bagus, maka jalan ini dijualnya kepada rakyat yang melewatinya !

Krisis kepemimpinan ini terjadi di seluruh tingkatan kepemimpinan. Secara nasional nampak dengan tumbuhnya jalan-jalan yang baik tetapi ‘dijual’ tersebut. Sedangkan pemimpin-pemimpin di daerah rata-rata nampak dari ketidak peduliannya dengan sarana jalan raya ini.

Di tempat saya tinggal misalnya ada lampu merah yang tidak jelas kapan harus nyala dan matinya. Dalam perjalanan saya ke kantor setiap hari ada penghalang jalan berupa mobil-mobil rongsokan yang mengambil hampir separuh jalan  dan dibiarkan saja dan tidak ada tindakan dari otoritas setempat – padahal mobil-mobil tersebut sudah bertahun-tahun menghalangi jalan !

Tetapi ini juga bukan semata salah para pemimpin – sebagiannya tentu juga salah kita sendiri. Itulah sebabnya yang dijanjikan oleh Allah keberkahan dari langit dan dari bumi itu adalah suatu negeri yang penduduknya beriman dan bertaqwa (QS 7 :96).

Sebab bila penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka ketika salah satu dari mereka yang terbaik dipilih menjadi pemimpin – pastilah dia juga beriman dan bertaqwa. Sebaliknya juga demikian, bila penduduk negeri itu belum beriman dan bertaqwa yang sesungguhnya – ya jangan berharap banyak – ketika salah satunya terpilih menjadi pemimpin, ya dia hanyalah cerminan dari kondisi rakyatnya.

Nah sekarang apa yang bisa kita perbuat agar rakyat seperti kita tidak hanya bisa mengeluh dan menjadi korban ? Setelah pasar, jalan raya dan air dikomersialkan – jangan sampai udara yang kita hirup-pun nantinya harus dibeli !

Salah satu solusinya yang paling efektif adalah wakaf. Mulai dari yang kecil, wakaf pohon misalnya. Dengan menanam pohon banyak-banyak insyaAllah kita bisa menjaga udara tetap bersih, sehingga diharapkan tidak ada yang punya ide untuk menjual udara dalam kemasan. Kalau udara tetap bersih secara umum, udara dalam kemasan tidak akan pernah ketemu pasarnya.

Komersialisasi air-pun mestinya bisa dihentikan dengan wakaf seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alihi Wasallam di Medinah. Di Medinah sempat ada Yahudi yang jualan air, tetapi bisa dipatahkan dengan wakaf-nya Utsman bin Affan.

Komersialisasi air yang terlanjur merajalela di negeri ini, tentu membutuhkan kekuatan yang sangat besar untuk bisa menghentikannya dengan wakaf. Demikian pula dengan komersialisasi pasar-pasar dan jalan-jalan yang seharusnya gratis dan menjadi fasilitas umum.

Di jaman Khalifah Harun Al-Rasyid, yang membangun jalan dari Bagdad ke Mekkah dengan panjang hampir 1,400 km itu cukup wakaf dari Zubaidah – yaitu istrinya. Bukan hanya jalannya, tetapi juga termasuk rumah-rumah singgah (rest area !) di sepanjang perjalanan itu.

Jadi kalau di jaman ini ruas tol terpanjang baru 116.75 km yaitu tol Cikopo – Palimanan yang baru diresmikan pekan lalu, dan inipun dijual mahal untuk rakyat yang akan melaluinya  - maka mestinya ibu-ibu atau istri-istri kita bisa rame-rame mewakafkan harta diluar keperluannya – untuk membangun tol gratis di seluruh negeri ini !

Karena yang perlu kita jaga agar yang gratis itu tetap gratis – jalan , pasar, air, udara dlsb – maka tentu juga tidak cukup hanya ibu-ibu atau para istri yang wakaf dengan yang dimilikinya.

Para lelaki seperti kita-kita ini, perlu kerja lebih keras lagi. Bekerja keras bukan untuk membangun kekayaan untuk diri sendiri – yang menjadi liability nanti di akhirat, tetapi agar kita bisa mewakafkan sebanyak mungkin harta – agar menjadiasset yang sesungguhnya di akhirat,  yang bisa dipakai untuk menjaga yang gratis agar tetap gratis tersebut di atas.

Agar kita tidak merasa berat dalam melakukannya, niat wakaf itu bisa dimulai dari ketika kita belum memiliki harta yang diwakafkan – kemudian terus menjaga niat itu agar tidak lupa ketika nantinya bener-bener memiliki harta yang diwakafkan. Bahkan niat ini bisa diformalkan, tertulis dalam dokumen lengkap dengan para saksinya  – sehingga kita tidak lupa nantinya. Seperti apa contoh bentuknya ?

Di Startup Center misalnya, kami membuat Yayasan Dana Wakaf Indonesia. Setiap inisiatif usaha yang dilahirkan  - Startup Center yang mendampingi usaha-usaha baru tersebut tentu berhak untuk memperoleh bagian atau saham dalam perusahaan yang baru. Saham-saham inilah yang kami serahkan menjadi asset dari Yayasan Dana Wakaf Indonesia.

Insyaallah kelak usaha-usaha dari anak-anak muda terbaik negeri ini tersebut sebagiannya bisa bener-bener berhasil, bisa ada yang menjadi perusahaan-perusahaan era teknologi informasi sekaliber Google misalnya – maka Dana Wakaf kita itu akan ikut membesar.

Saat itulah Dana Wakaf ini akan cukup untuk membeli pasar-pasar kemudian diwakafkan, membeli perusahaan-perusahaan jalan tol – kemudian juga diwakafkan (kalau tidak kalah duluan dengan ibu-ibu yang juga akan membeli jalan tol!). Membeli mata air-mata air, kemudian juga diwakafkan. Menanam sebanyak-banyaknya pohon agar udara tetap bersih – agar tidak ada yang iseng ingin jualan udara dalam kemasan !
Dengan Dana Wakaf inilah, bersama-sama kita akan bisa menjaga yang gratis itu tetap gratis. Anda semuanya bisa terlibat di dalam gerakan ini.  InsyaAllah.

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal