Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 27 Juni 2011

Denasionalisasi Mata Uang Versi Pemenang Nobel Ekonomi...





Oleh Muhaimin Iqbal   

Tahun 1974 - Tiga tahun setelah presiden Amerika Richard Nixon mengguncang dunia dengan Nixon Shock-nya, ekonomi dunia memasuki ketidak pastian baru yang sangat serius. Di Amerika sendiri dalam periode 3 tahun itu data resmi pemerintah untuk Consumer Price Index  ‘hanya’ naik sekitar 21 %, tetapi harga emas dalam Dollar – yang lebih bisa diandalkan untuk mengukur daya beli  uang Dollar  yang sesungguhnya – naik hampir empat kalinya, yaitu dari US$ 40.80/Oz (1971) menjadi 159.26/Oz (1974). Di tengah ketidak pastian inilah, The Royal Swedish Academy of Science menganugerahkan hadiah Nobel dibidang ilmu ekonomi kepada seorang ekonom tua (75 th) Frederich August Von Hayek (1899-1992) untuk karya-karya dan pemikirannya – yang dipandang sangat relevan untuk saat itu.

Kurang lebih setengah abad sebelumnya Hayek muda juga sudah memperingatkan dunia di jamannya akan kemungkinan terjadinya depression serius yang kemudian bener-bener terjadi di tahun 1929 yang disebut great depression. Dengan apa ekonom seperti Hayek ini mampu memprediksi krisis jauh sebelum krisis itu terjadi ?. Salah satunya adalah dengan menggunakan informasi pergerakan harga-harga (inflasi) yang di trigger oleh kebijakan moneter dan ekpansi kredit dalam suatu negara.

Nevertirees Management : Membuat Hidup Lebih Hidup...





Oleh Muhaimin Iqbal   
Ketika konsep pensiun diperkenalkan awalnya di dunia barat akhir abad 19 dan awal abad 20, semula hanya untuk menyantuni para veteran perang, janda-janda yang suaminya terbunuh dalam perang dan para mantan pekerja berat seperti di pertambangan yang  tidak lagi bisa bekerja setelah mencapai usia tertentu. Hanya dalam waktu satu abad saja, ‘budaya pensiun’ ini merambah ke seluruh sektor dan tidak hanya berdampak pada aspek keuangan saja, tetapi juga berdampak pada mental dan produktivitas. Pada usia di puncak kematangan (50-60 tahun) – usia ketika Nabi  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mulai memimpin perang-perang besar – orang-orang di jaman ini justru dibuat ‘down’ secara financial dan mental dengan konsep pensiun.

Bila Anda mulai bekerja pada usia 25 tahun, maka pada usia 55 Anda telah membangun skills dan pengalaman yang luar biasa – di bidang apapun yang Anda tekuni. Dengan statistik harapan hidup rakyat Indonesia yang berada di angka 71 tahun, maka sebenarnya rata-rata Anda memiliki waktu sekitar 16 tahun untuk memanfaatkan seluruh skills dan pengalaman tersebut untuk berbuat maksimal pada hidup Anda sendiri – untuk membuat hidup Anda lebih hidup !.

Lantas apakah solusinya para serikat pekerja harus menegosiasikan usia pensiun atau malah menghilangkan konsep pensiun sama sekali ?. Tidak perlu juga, biarlah undang-undang ketenaga kerjaan dan peraturan-peraturan yang terkait berjalan apa adanya, demikian juga dengan KKB di masing-masing perusahaan – tetapi mindset Anda saja yang Anda ubah.

Kamis, 23 Juni 2011

Antara Kambing, Minyak dan Emas...





Oleh Muhaimin Iqbal   
Dalam banyak kesempatan ketika saya menjelaskan tentang stabilitas daya beli emas atau Dinar terhadap kebutuhan pokok manusia, saya sering menggunakan bukti kambing ukuran baik standar qurban yang selalu bisa dibeli dengan satu koin Dinar sejak lebih dari 1400 tahun lalu. Meskipun bukti ini berdasarkan hadits dan data empiris jaman ini, temen-temen saya para ekonom sering menganggap bukti berdasarkan harga kambing tersebut agak ndeso – sehingga ada keengganan mereka untuk mengakuinya sebagai bukti yang ilmiah.

Tetapi karena kambing hanyalah salah satu representasi kebutuhan pokok manusia (mewakili kebutuhan makanan), kestabilan daya beli emas ini sesungguhnya juga bisa dibuktikan berdasarkan statistik modern. Hanya statistik harga kambing yang panjang tidak mudah diperoleh, maka saya ingin membuktikan kestabilan daya beli emas ini terhadap kebutuhan pokok lainnya yang lebih available data statistik-nya.

Untuk ini saya gunakan data statistik harga minyak mentah dunia sejak berakhirnya Perang Dunia II – yaitu sejak 1946 hingga 2011 ini. Harga minyak kemudian kita sandingkan antara harga dalam US$ dengan harga dalam satuan gram emas. Hasilnya dapat kita lihat pada grafik dibawah.
 

Selasa, 21 Juni 2011

Memakmurkan Rakyat Dengan Pasar, Bukan Dengan Mencetak Uang Banyak-Banyak...





Oleh Muhaimin Iqbal   
Ini adalah cerita nyata dari negeri yang mengaku dirinya sebagai negeri adi kuasa. Al kisah hampir tiga tahun lalu negeri itu menjadi pemicu krisis keuangan global, yang dampaknya nyaris merambah ke seluruh dunia. Karena mereka mengira bahwa supply uang-lah yang bisa mengatasi krisis tersebut, maka banyak-banyak uang Dollar dicetak. Sejak krisis memuncak September 2008 hingga kini, konon bank sentral-nya negeri itu – Federal Reserve – telah ‘mencetak uang’ dari awang-awang sebanyak US$ 1.6 trilyun. Teratasikah krisis mereka dengan injeksi uang yang luar biasa banyaknya tersebut ?. Ternyata tidak...!.

Data resmi inflasi yang dikeluarkan pemerintah negeri itu setahun terakhir memang hanya 3.2 % (data per April 2011), tetapi banyak pihak di negeri itu sendiri yang meragukan kebenarannya – diantaranya adalah Shadow Government Statistics yang meng-klaim inflasi sesungguhnya bisa lebih dari dua kalinya.

Menurut saya sendiri pengukuran inflasi yang paling akurat adalah dengan menggunakan indikator harga emas – karena adanya bukti yang sahih bahwa daya beli emas ( yang direpresentasikan oleh Dinar) adalah stabil sejak jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam – yaitu satu Dinar untuk satu ekor kambing kelas baik.

Sabtu, 18 Juni 2011

Dinar Untuk Membuat Angka-Angka Investasi Jangka Panjang Make Sense...





Oleh Muhaimin Iqbal   
Membaca tulisan saya tanggal 25 Februari 2011 lalu dengan judul “Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol...”, seorang teman di Depkeu kirim email ke saya – menyatakan kesetujuannya bahwa redenominasi memang sudah waktunya dipikirkan serius di negeri ini. Beliau kemudian menyampaikan contoh masalah bahwa hutang R.I yang kini berada pada kisaran angka Rp 1,600 trilyun memerlukan 16 digit angka bila hendak ditulis dengan akurat. Saking banyaknya jumlah digit ini, di Microsoft excel-pun bila Anda ketikkan angka Rp 1,600,000,000,000,000 (seribu enam ratus  trilyun)  – maka angka ini otomatis akan diganti dengan angka 1.6E+15 (mungkin Microsoft beranggapan angka sebesar ini tidak make sense untuk ditulis secara lengkap !). Dampaknya menurut teman tersebut adalah data hutang antara DepKeu dengan pemeriksaan  BPKP menjadi sering tidak cocok, ya karena itu tadi angka-angka yang terlalu besar yang oleh komputer kemudian diubah otomatis menjadi angka  dalam symbol...E+...

Dalam skala mikro, deterioriasi nilai Rupiah ini berdampak pada sense kita terhadap investasi pribadi jangka panjang; menjadi tidak mudah bagi kita untuk bisa menyimpulkan suatu investasi jangka panjang itu menguntungkan atau tidak. Karena yang paling banyak bentuk investasi jangka panjang yang dilakukan oleh masyarakat awam adalah investasi asuransi, maka untuk ilustrasi contoh kasus ini saya ambilkan dari investasi asuransi sebagai berikut :

Jumat, 17 Juni 2011

Gold Based Capital : Menumbuhkan Sektor Riil Untuk Melawan Inflasi...





Oleh Muhaimin Iqbal   
Di dunia perbankan ada istilah Capital Adequacy Ratio (CAR) atau Rasio Kecukupan Modal, yaitu suatu rasio yang menggambarkan perbandingan antara modal bersih yang dimiliki suatu bank dengan total asetnya – setelah memperhitungkan faktor risiko. Mirip dengan ini di dunia asuransi dikenal istilah Risk Based Capital (RBC), yaitu kekayaan bersih perusahaan juga setelah diperhitungkan dengan faktor-faktor risiko. Keduanya memiliki kesamaan yaitu aset perusahaan yang sesungguhnya yang dimiliki oleh bank atau asuransi – sangat bisa jadi tidak sebesar asset yang diperhitungkan berdasarkan standar akuntansi – setelah faktor-faktor risikonya dimasukkan dalam perhitungan. Lantas bagaimana dengan aset pribadi atau perusahaan Anda, berapa nilai yang sesungguhnya ?, tumbuhkah atau malah menyusut ?.

Saya tidak akan memperkenalkan formula yang njlimet seperti perhitungan CAR di perbankan atau RBC di asuransi untuk menghitung nilai sesungguhnya dari aset pribadi atau perusahaan Anda, saya perkenalkan saja apa yang saya sebut Gold Based Capital (GBC) – yang mengukur nilai riil aset Anda dengan menggunakan standar harga emas.

Untuk mudahnya dipahami konsep ini saya gunakan ilustrasi berikut : anggap lima tahun lalu (2006) Anda punya aset uang  sebesar lima unit (bisa satuan apa saja milyar Rupiah, juta dollar dlsb). Anda investasikan secara terpisah masing-masing satu unit ke Deposito Rupiah (asumsi hasil rata-rata 7 %), Deposito Dollar (asumsi hasil rata-rata 2.5%), Saham (asumsi hasil mengikuti pergerakan IHSG), Emas untuk nantinya dijual ke Rupiah ( asumsi apresiasi nilai mengikuti harga emas dalam Rupiah) dan Emas yang nantinya dijual ke Dollar ( asumsi apresiasi mengikuti harga emas dalam US Dollar).

Kamis, 16 Juni 2011

Ayo Kuasai Perdagangan, Agar Kita Tidak Meninggalkan Anak-Anak Yang Lemah...

Oleh Muhaimin Iqbal


Dalam sejarah panjang umat Islam yang umurnya lebih dari 14 abad, tidak banyak yang menyadari bahwa kita yang di belahan bumi Nusantara ini pernah menjadi titik yang ikut melemahkan kekuatan ekonomi umat Islam di muka bumi. Kapan itu terjadi ?, yaitu ketika negeri ini dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, yang kemudian menguasai sumber daya dan mengeruk hasilnya dari bumi Nusantara ini. Dengan ketidak mampuan kita mempertahankan kedaulatan kita saat itu, bukan hanya penduduk negeri ini saja yang dikalahkan – tetapi sejatinya seluruh kekuatan umat ikut dilemahkan.

Selasa, 14 Juni 2011

Antara Minyak, Emas dan Perang...





Oleh Muhaimin Iqbal   
Seolah ada semacam rule of thumb yang diambil oleh negara-negara kuat di dunia terkait dengan perang atau kekacauan di belahan dunia lain. Bila perang atau kekacauan tersebut berpengaruh terhadap supply minyak yang mereka butuhkan – maka mereka akan bergegas nimbrung dalam perang atau kekacauan tersebut untuk melindungi kepentingannya atau untuk mengail di air keruh. Sebaliknya bila perang atau kekacauan itu tidak berdampak pada supply minyak yang mereka butuhkan – maka mereka akan acuhkan.

Sinyalemen tersebut diatas dapat kita lihat dengan jelas pada apa yang dilakukan Amerika misalnya terhadap krisis-krisis di dunia dalam dua dasawarsa terakhir ini.  Krisis di Syria yang sudah membuat sekitar seribu orang terbunuh, mereka acuh tak acuh. Demikian juga dengan krisis di Yaman – mereka tidak hiraukan. Mengapa mereka cuek terhadap Syria dan Yaman ?. Karena Syria hanya berkontribusi sekitar 0.48% dari produksi minyak dunia, sedangkan Yaman malah lebih sedikit lagi yaitu hanya sekitar 0.34% dari produksi minyak dunia.

Hal ini jelas sangat berbeda misalnya dengan perlakuan mereka terhadap Kuwait, Iraq dan terakhir Libya. Kuwait memiliki kontribusi produksi sebesar 2.96% dari produksi minyak dunia, Iraq berkontribusi sebesar 2.85% dan Libya berkontribusi sebesar 2.12 %. Indonesia tidak sebesar negara-negara ini, tetapi masih diatas satu persen atau tepatnya 1.21% - jadi sangat bisa jadi mereka juga masih punya interest atas segala bentuk kejadian di negeri ini.

Rabu, 08 Juni 2011

Aset dan Kemakmuran Anda : Reducing, Preserving or Producing...





Oleh Muhaimin Iqbal   
Rabu, 08 June 2011 08:04
Dalam kaitannya dengan pengaruh terhadap dinamika kemakmuran Anda, aset-aset Anda dapat dikategorikan menjadi tiga jenis aset yaitu yang disebut Wealth Reducing Assets – aset yang justru menggerogoti kemakmuran Anda, Wealth Preserving Assets – aset yang mampu mempertahankan kemakmuran Anda, dan Wealth Producing Assets – aset yang meningkatkan kemakmuran Anda. Pengetahuan akan ketiganya akan meningkatkan kemampuan Anda mengelola aset-aset Anda secara optimal, untuk memakmurkan Anda sendiri dan orang-orang di sekitar Anda.

Mungkin Anda bertanya, kok Ada jenis aset yang justru menggerogoti kemakmuran ?. Ilustrasinya begini, bila Anda sekarang memiliki uang Rp 5,000,- uang tersebut dapat Anda belikan beras 1 kg yang dapat untuk konsumsi Anda sekeluarga dalam dua hari. Bila uang Anda tersebut tidak dibelikan beras sekarang, disimpan dengan jumlah yang sama – maka 4 tahun lagi uang yang sama tersebut hanya cukup untuk membeli 0.5 kg beras – yang hanya cukup untuk konsumsi 1 hari. Jadi dalam hal ini uang kertas yang Anda pegang/simpan saja – menjadi Wealth Reducing Asset atau aset yang mengurangi kemakmuran Anda.

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal