Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Sabtu, 27 Agustus 2016

Mengapa Kita (Bisa) Dijajah

Mengapa Kita (Bisa) Dijajah ?

Pada abad 14 ada kejadian luar biasa di Eropa dan sebagian Asia yang dikenal dengan peristiwa Black Death. Jutaan orang meninggal karena wabah penyakit yang begitu meluas. Saat itu dunia belajar dari kebiasaan orang-orang di negeri kekhalifahan yang sudah terbiasa mengkonsumsi makanan berempah dan berminyak wangi – yang selamat dari peristiwa Black Death tersebut. Tetapi kejadian ini menimbulkan cita-cita bagi generasi berikutnya di Eropa, yaitu untuk menguasai sendiri sumber rempah-rempah itu. Maka bermulalah sejarah penjajahan di Nusantara ini. 

Dua abad setelah peristiwa di atas, cita-cita tersebut mulai dapat mereka realisasikan. Yaitu di awal abad 16 ketika kapal-kapal layar Portuges mulai menjamah wilayah Nusantara ini. Mulailah mereka berburu rempah-rempah khususnya bunga cengkeh dari Maluku, yang sejak dua abad sebelumnya dikenal khasiatnya untuk menghindari wabah yang sangat berbahaya sekelas Black Death.



Penjajahan ini-pun diteruskan oleh Belanda seabad kemudian ketika mereka mulai memasuki wilayah ini di awal abad 17. Begitu seterusnya bangsa-bangsa silih berganti menjajah negeri yang kaya ini. Apakah sekarang kita sudah berubah ? Mari kita lihat kemiripannya dengan kita di abad 16 dan 17 tersebut di atas.

Wilayah ini menjadi target para penjajah karena kekayaan alam kita yang bisa mereka eksploitasi, apakah kondisinya sekarang telah berubah ? Tidak, saat ini kita sama kayanya atau bahkan lebih kaya dari sisi sumber daya alam – karena berbagai temuan mineral dan sumber tambang lainnya yang belum ada saat itu.

Lima abad lalu penjajah mengincar rempah-rempah di sekitar kita, sesuatu yang oleh penduduk setempat dianggap biasa saja – bahkan cenderung di-ignore manfaat dan nilainya. Sehingga ketika rempah-rempah tersebut dijarah habis-habisan oleh para penjajah dibiarkan begitu saja. Apakah kondisi ini berubah ? Namaknya kok ya juga belum !

Lima abad lalu pula para penjajah selalu berkolaborasi dengan tokoh-tokoh masyarakat di masing-masing daerah, mereka dengan sukacita mau membantu kepentingan penjajah karena mereka juga punya kepentingannya sendiri. Apakah kita sekarang sudah berubah ? hanya kita sendiri yang layak menilainya.

Kombinasi yang perfect untuk daerah jajahan adalah kekayaan alam, ignorance-nya penduduk setempat akan kekayaannya dan para pemimpin atau tokoh masyarakat yang memiliki kepentingan sendiri. Tiga hal ini tidak berubah sejak Portuges mendaratkan kapalnya ke wilayah Nusantara ini 5 abad lalu hingga sekarang.

Kekayaan alam kita sebagian sudah habis dijarah, tetapi selalu bermunculan kekayaan baru yang mengundang minat penjajah dengan berbagai bentuknya untuk kembali menjajah negeri ini. Dan kekayaan baru negeri ini yang di jaman modern ini tumbuh pesat adalah kekayaan jumlah penduduk – yang menjadi sumber pasar yang sangat besar bagi berbagai produk-produk negeri lain yang kemudian menjadikan negeri ini target ‘jajahan’ pasarnya.

Ignorance-nya penduduk negeri ini bisa dilihat dari nilai impor bahan baku makanan ketika negeri ini sendiri sebetulnya sangat kaya dengan berbagai jenis bahan pangan yang lebih cocok untuk penduduknya sendiri. Juga yang sangat ironi adalah bahan baku obat yang mayoritasnya kita impor – padahal 5 abad lalu orang berburu bahan baku obat dari rempah-rempah negeri ini !

Kemudian kepentingan para pemimpin dan tokoh masyarakatnya, yang dijaman modern ini juga semakin beragam bentuknya. Kalau dahulu kepentingan itu hanya dikaitkan dengan 3 Ta – Tahta , Harta dan Wanita. Kepentingan para pemimpin dan tokoh masyarakat di jaman ini bisa berupa sesuatu yang bahkan sulit kita pahami.

Kepentingan untuk tetap eksis di kancah politik misalnya, bisa membuat para pemimpin dari yang di tingkat daerah sampai pusat ‘menjual’ kepentingan rakyatnya yang lebih luas. Bahkan kepentingan untuk membuktikan diri bahwa ‘saya bisa’ itu saja sudah cukup untuk ‘menggadaikan’ negeri ini kepada para investor ‘penjajah baru’ asing.

Tetapi kita memang tidak bisa hanya menyalahkan para pemimpin dan tokoh masyarakat, kita sendiri minimal juga menjadi salah satu dari factor mudahnya kita dijajah yaitu factor ignorance tersebut di atas.

Maka inilah setidaknya yang bisa dilakukan oleh rakyat kebanyakan seperti kita-kita, mulai berpandai-pandailah kita belajar mengolah kekayaan alam kita sendiri termasuk kekayaan alam yang sangat besar – yaitu penduduknya, agar ini tetap menjadi pasar bagi kita sendiri – bukan target ‘pasar jajahan’ para penjaja dagangan produk asing. Dengan itu insyaAllah kita bisa merdeka !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal