Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Kamis, 08 Desember 2016

Agromining

Agromining

Dari beberapa kota tambang yang sempat saya kunjungi – apapun tambangnya, saya merasakan aura yang sama – yaitu aura non-sustainability, aura sunset seperti sore hari menjelang malam. Sesuatu yang diambil begitu saja dari bumi ini, cepat atau lambat pasti habis. Kota-kota tambang rata-rata mengandalkan ekonomi dan bahkan juga penduduknya dari aktivitas tambang, apa yang terjadi ketika era penambangan itu pada waktunya berakhir ? Salah satu solusinya ada pada istilah baru yang saya perkenalkan ini, yaitu agromining.

Daerah penambangan rata-rata sudah memiliki infrastruktur yang sangat lengkap, di tempat yang sangat jauh dan dalam-pun mereka memiliki akses jalan yang sudah baik. Sumber air, sumber energy, sampai supporting ecosystem seperti penyedia alat-alat berat, banking dan lain sebagainya sudah ada di kota itu.

Mereka juga rata-rata memiliki dana CSR yang sangat besar, sehingga pasti tidak berat untuk memulai research and development untuk pertanian yang canggih jauh sebelum era penambangan itu akan berakhir.


Pertanyaannya adalah apakah mungkin ekonomi pertanian bisa menggantikan ekonomi pertambangan yang putaran nilainya (turn-over) begitu tinggi ? Meskipun tidak mudah tentu saja, tetapi saya melihat ada peluang untuk itu.

Pertama harga produk-produk pertanian umumnya bisa sangat tinggi – tergantung dengan jenis tanaman yang ditanam. Kalau kita menanam padi harganya kurang dari Rp 5,000 per kg gabah, menanam buah bisa di atas Rp 10,000 per kg buah, memelihara sapi di kisaran Rp 35,000 per kg berat hidup, minyak atsiri dari beberapa ratus ribu sampai beberapa ratus juta per kg hasilnya, dst.

Intinya adalah tergantung dari pilihan produk pertanian apa yang hendak dihasilkannya, maka kemungkinan untuk menghadirkan turn-over ekonomi yang sama tinggi atau bahkan lebih tinggi itupun dimungkinkan.

Kedua yang sangat menarik adalah industri pertanian yang dibangun di (ex) kota tambang dia tidak perlu lagi mengeluarkan biaya investasi untuk infrastruktur yang sama dengan industri tambangnya – infrastruktur dari jalan sampai perumahan dan sarana umum sudah ada di situ – tinggal memelihara saja.

Begitupun untuk keperluan transportasi udara dan darat untuk para pekerja sampai transportasi laut untuk produk pertanian nantinya – rata-rata juga sudah ada di lokasi, kemewahan yang rata-rata tidak dimiliki oleh daerah pertanian.

Artinya dengan nilai investasi yang jauh lebih sedikit ketimbang awalnya kota tambang tersebut dibangun,  maka secara ekonomi-pun bertani di (eks) kota tambang ini bisa menjadi sangat menarik.

Lantas apa yang masih dibutuhkan ?,  yang masih dibutuhkan adalah perubahan mindset dan visi besar untuk berbuat yang berbeda dari para pemangku kepentingannya, untuk membangun ekonomi yang memberi atau menanam sesuatu, bukan sekedar mengambil dari yang sudah ada di bumi.

Tentu perlu kerja keras dan kerja cerdas, dan hasilnya-pun tidak akan instant – tetapi kalau direncanakan secara matang, di-riset dan dikembangkan secara mendalam jauh-jauh hari sebelum matahari tenggelam (sunset) di kota pertambangan, akan ada harapan esuk hari matahari - ekonomi baru - akan terbit kembali.

Saya melihat janji Allah itu pasti benarnya – kita diperintahkan untuk berjalan di muka bumiNya karena rezeki kita ada di sana. Kalau-lah kota tambang hanya dikunjungi oleh orang-orang pertambangan, maka potensi pertanian yang sangat besar mungkin tidak-lah nampak.

Tetapi ketika seorang petani blusukan ke kota tambang dan terkagum-kagum dengan segala infrasturktur-nya yang sudah ada – sesuatu yang di daerah pertanian/perkebunan yang biasa digelutinya infrastruktur semacam ini tidak terjangkau – maka yang dilihatnya adalah peluang besar untuk bisa bertani secara lebih baik lagi.

Dan secara nasional ada peluang ekonomi yang nilainya sekitar US$ 370 Milyar untuk memenuhi kebutuhan penduduk negeri ini akan pangan dan produk pertaniannya,  daerah mana yang akan paling siap mengambil peluang ini ? tentu daerah yang paling siap infrastruktur-nya, salah satunya ya (eks) kota-kota pertambangan ini.

Kembali yang dibutuhkan tinggal visi baru dan pola berpikir yang baru, maka diperlukan istilah baru seperti agromining ini agar bisa menjadi pemicunya – agar kota pertambangan tidak hanya melihat sunset, tetapi juga peluang untuk melihat sunrise – matahari akan terbit kembali esuk hari. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal