Tongkat Nabi Musa
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Awalnya tongkat Nabi Musa Alaihi Salam itu adalah tongkat gembala biasa. Ketika Allah memanggilnya di Lembah Tuwa (QS 79 :16), Allah Yang Maha Tahu menanyakan ini ke Musa “Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa ?. Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya"” (QS 20:17-18). Sebuah tongkat yang biasa saja, tetapi setelah Mukjizat diberikan Allah kepadanya – kelak tongkat itu menjadi hal yang luar biasa yang mengatasi berbagai masalah besar yang dialami jamannya.
Ketika Fir’aun yang dholim mengumpulkan seluruh ahli sihir terbaiknya dan menantang Musa untuk beradu sihir, Allah memerintahkan Musa untuk menggunakan tongkatnya : “…"Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.” (QS 7:117)
Ketika kaumnya meminta air kepada Musa, Allah-pun memerintahkan Musa untuk menggunakan tongkatnya : “… “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) …” (QS 2:60)
Dan ketika Musa dan kaumnya terpojok di pinggir laut dalam kejaran tentara Fir’aun, sekali lagi Allah memerintahkan Musa untuk menggunakan tongkatnya : “…"Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar” (QS 26:63)
Nabi Musa Alaihi Salam adalah Nabi yang paling banyak namanya disebut di Al-Qur’an, ratusan kali namanya muncul dalam perbagai konteks cerita. Wa Allahu A’lam, mengapa Allah begitu menekankan cerita seputar Musa dan perbagai mu’jizatnya ini – total Musa memiliki sembilan Mu’jizat ! (QS 17 :101).
Yang jelas setiap cerita, bahkan setiap ayat, setiap kata dan huruf di Al-Qur’an adalah penuh makna, sumber pelajaran, sumber segala sumber ilmu, sumber inspirasi, petunjuk, rahmat dan kabar gembira. Jadi tongkat multi-purpose-nya Musa-pun pasti membawa perbagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira tersebut.
Kaum Musa, pada jamannya terobsesi sihir – maka Allah bekali Musa dengan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menaklukkan obsesi kaumnya tersebut.
Umat yang hidup d jaman ini obsesinya sangat kompleks dan beragam. Yang terobsesi sihir juga masih banyak (sihir betulan maupun sihir anggaran dan sejensinya!), tetapi yang lebih banyak lagi adalah obsesi-obsesi jaman modern seperti obsesi teknologi, strategy, bisnis, politik, budaya dan perbagai obsesi lainnya.
Kita tidak diberikan tongkat Nabi Musa untuk menaklukkan obsesi-obsei tersebut, tetapi Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam – adalah merupakan kumpulan Mu’jizat yang diberikan kepada seluruh nabi-nabi sebelumnya. Dan lebih dari itu, Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi kita, juga berlaku untuk kita.
Dalam menghadapi tantangan obsesi apapun di jaman ini, Allah janjikan kita pasti unggul bila kita menggunakan mu’jizat Al-Qur’an sebagai petunjuk. Perhatikan janjiNya di dalam dua ayat berikut :
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3 :138-139).
Dalam setiap persoalan yang pelik, ketika ilmu manusia tidak lagi cukup-pun untuk bisa memecahkannya - bila kita bermohon kepadaNya petunjuk, maka serta merta melalui Al-Qur’an Dia memberikan petunjukNya untuk menjawab setiap persoalan – dan bukan hanya dijawab, tetapi diberi bonus berupa petunjuk, rahmat dan kabar gembira (QS 16:89).
Berangkat dari cerita sebuah tongkat Musa yang semula nampak biasa-biasa – yang kelak menjawab perbagai persoalan pelik dan situasi kritis – tersirat petunjuk bahwa sesungguhnya kita diberi yang lebih dari itu – yaitu Al-Qur’an, kita akan bisa menaklukkan apapun, mengatasi semua perosoalan hidup kita – dengan petunjuk yang satu ini.
Tetapi bersamaan dengan itu, juga ada amanah besar yang harus kita emban sebagaimana perintah Allah kepada Musa : “idhab ilaa Fir’auna innahu thaghaa – pergilah engkau kepada Fir’aun (untuk memberi peringatan) ! sesungguhnya dia telah melampaui batas”.
Fir’aun-Fir’aun di jaman ini tidak harus termanifestasi in person – dalam diri seseorang, tetapi bisa juga dalam institusi, system budaya bahkan juga peradaban. Peradaban yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, yang baik kelihatan buruk – dan yang buruk dinampakkan seolah baik – itulah yang harus kita datangi dan dengan sekuat tenaga perbaiki.
Untuk mengingatkan kita setiap waktu akan adanya perintah idhab ilaa Fir’auna innahu thaghaa ini, dalam Huurun Project yang kami siapkan untuk pelatihannya di Agustus nanti insyaAllah – case study yang juga akan menjadi custom-made natural perfume perdana produk Huurun Project adalah berupa parfum yang kita beri nama The Moses.
Agar setiap kali memakai parfum tersebut – pemakainya langsung ingat akan rangkaian cerita tentang Nabi Musa tersebut di atas – karena harum-haruman seperti parfum ini sangat dekat dengan system memory di otak kita. Lebih dari itu, tidak hanya ingat ceritanya – tetapi juga ingat tugas yang harus kita semua emban – yaitu idhab ilaa Fir’auna innahu thaghaa,pergian kepada Fir’aun dan beri peringatan – karena sesungguhnya dia telah melampaui batas ! InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar