Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 25 Juli 2016

Bahasa Peradaban Keempat

Bahasa Peradaban Keempat

Mengapa bangsa manusia yang merupakan makhluk Allah yang paling cerdas di muka bumi, diperintahkan oleh Sang Pencipta-nya untuk belajar dari makhluk yang sangat kecil seperti lebah ? pasti ada alasannya. Lagi-lagi ternyata banyak sekali yang bisa kita pelajari dari bangsa lebah ini. Di antaranya adalah disiplin kerjanya, produktifitasnya, kebersihan makanannya, kontribusi pada alam sekitarnya dan yang tidak kalah menarik di peradaban modern ini adalah juga kemampuannya dalam berkomunikasi satu sama lain.

Maka ketika Ibnu Kathir menjelaskan kalimat terakhir dari ayat yang mengisyaratkan kita harus belajar dari lebah “…sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang yang memikirkan…” (QS 16:69), beliau menjelaskan bagaimana seluruh aspek kehidupan lebah ini mulai dari bagaimana mereka bepergian, mencari makan, membangun rumah dlsb. bisa menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia.

Yang specific tentu adalah apa yang tersurat, dan kemudian lebih banyak lagi yang tersirat  sebagai dampak sebab – akibat dari yang tersurat. Bila terus digali sumber dari segala sumber ilmu itu, hasilnya akan mencengangkan bagi yang memikirkannya. Kita ambil contoh lengkapnya dari ayat tersebut di atas :


Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS 16:69)

Mengenai ‘what’-nya sudah banyak kajian mengenai rumah lebah yang merupakan rumah terindah di muka bumi, juga tentang produksinya berupa madu yang merupakan obat bagi seluruh manusia – sudah banyak yang membahasnya, yang masih perlu didalami kemudian adalah ‘how’-nya. Karena dengan memahami ‘how’ lebah melakukannya – akan semakin banyak yang bisa menjadi pelajaran dan kemudian inspirasi untuk solusi berbagai urusan kehidupan manusia.

Banyak sekali pertanyaan yang bisa kita mulai dari ‘how’ atau bagaimana lebah melakukan semua ini, mulai dari membuat rumah, terbang mencari makanan, membangun koloni, mempertahankan sarang, mengidentifikasi musuh dst. Juga pertanyaan-pertanyaan lain yang terkait seperti siapa pemimpin para lebah tersebut ?, seperti apa jalur komunikasinya ? bagaimana tentara dan rakyat lebah terjaga loyalitas-nya pada pemimpin ? Itu  semua menjadi pelajaran yang sangat menarik untuk didalami.

Baru-baru ini kita beruntung bisa menyaksikan peristiwa yang menurut saya bisa menjadi pelajaran yang luar biasa – yang terjadi terjadi melalui jalur teknologi telekomunikasi. Seorang presiden yang mayoritas rakyat dan aparatnya loyal mendukungnya, cukup menggunakan smartphone bisa serta merta membuat rakyatnya turun ke jalan membela pemimpinnya yang hendak digulingkan oleh sejumlah tentara yang tidak loyal.

Cerita loyalitas rakyat Turki kepada Sang Presiden Erdogan ini begitu banyak yang menggetarkan – yang semua terbangun melalui telekomunikasi digital di jaman modern ini antara sang pemimpin yang nyambung ke hati rakyatnya. Bagaimana jutaan rakyat rela bangun malam-malam untuk turun ke jalan membela sang presiden, sebagian bahkan rela terlentang di jalan untuk menantang tank-tank yang terus maju – dan tidak sedikit yang bener-bener tergilas tank. Sebagian rakyat yang lain ada yang berjaga-jaga hingga kini – belum juga pulang ke rumahnya, karena juga ingin terus berjaga-jaga untuk melindungi sang presidennya.

Itu terjadi karena presiden yang baik, yang melaksanakan tugas untuk rakyatnya – dan juga berkomunikasi baik dengan rakyatnya – sehingga tahu apa yang dilakukan presidennya dan apa yang hendak dilakukan oleh orang lain terhadapnya. Ini terjadi pada bangsa manusia ketika sang presiden berusaha mengikuti petunjuk wahyu.

Di dunia lebah, mereka tidak punya pilihan seperti manusia – mereka sudah otomatis hidup mengikuti petunjuk wahyu dari Sang Pecipta seperti dalam ayat tersebut di atas. Tetapi pertanyaannya adalah kalau Erdogan menggunakan smartphone untuk menggerakkan rakyatnya, bagaimana ratu lebah mengkomunikasikan segala sesuatunya ke rakyat dan prajuritnya ?

Bagaimana rakyat pekerjanya bisa pulang ke sarangnya ketika habis melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk ukuran makhluk yang amat kecil tersebut ? bagaimana tentara yang menjaga sarang bisa tahu secara otomatis kalau ada musuh yang mendekati sarangnya? Bagaimana ratu lebih memotivasi pekerja untuk memproduksi madu lebih dari sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri ?

Semua dilakukan melalui jalur komunikasi yang efektif antara ratu lebah dengan seluruh anggota koloni lebah dengan funsinya masing-masing, hanya saja ratu lebah tidak seperti Erdogan yang memiliki akses teknologi telekomunikasi modern. Ratu lebah hanya memiliki zat kimia yang keluar dari tubuhnya yang memberikan bau-bau-an yang khas bagi seluruh anggota koloninya.

Zat kimia ini disebut pheromone atau juga disebut behavior-altering agent – zat yang mengubah perilaku. Maka komunikasi melalui bau-bauan yang dilakukan oleh bangsa lebah ini seharusnya juga bisa menjadi pelajaran yang sangat menarik bagi bangsa manusia.

Berkomunikasi menggunakan bau-bauan ini bukan hal yang primitif, malah sebaliknya saya menempatkannya sebagai komunikasi yang paling maju – Allah memerintahkan kita untuk memikirkan lebah bukan untuk mundur ke belakang tetapi untuk bisa maju jauh ke depan ! saya menempatkannya sebagai bahasa peradaban ke empat.

Peradapan pertama ketika manusia berhenti hidup dari berburu di hutan dan mulai menetap menguasai lahan – penguasaan lahan atau tanah (bahan baku manusia) – adalah ciri peradaban pertama, siapa yang menguasai lahan dia menguasai peradaban pertama. Bahasa yang digunakan adalah bahasa berupa bahasa isyarat, bahasa tubuh dan bahasa verbal langsung.

Peradaban kedua ketika manusia mulai belajar menguasai api (bahan baku jin) atau kita sebut sekarang energi, peradaban kedua ini yang sampai menghasilkan komunikasi jarak jauh baik analog maupun kemudian digital – yang semuanya membutuhkan energi untuk berkomunikasi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal dan visual (audio dan video) jarak jauh melalui proses analog maupun digital.

Peradaban ketiga beririsan dengan peradaban kedua, hanya meningkatkan kecepatan dan efisiensinya secara luar biasa – karena di peradaban ketiga manusia mulai bisa mengelola cahaya (bahan baku malaikat). Melalui teknologi fiber optic misalnya, pengiriman data bisa dilakukan secepat cahaya – maka bahasa verbal dan visual jarak jauh bisa dilakukan dengan amat sangat cepat. Teknologi peradaban ketiga inilah yang digunakan Presiden  Erdogan untuk menggerakkan rakyat Turki untuk bangun serentak malam-malam dan turun ke jalan.

Peradaban keempat adalah ketika manusia menguasai bahasa yang lebih tinggi lagi dari bahasa verbal dan visual – bahasa yang terucap tanpa harus dengan kata-kata, tanpa perlu isyarat atau bahasa tubuh – bahasa yang menggerakkan orang untuk berperilaku yang berbeda hanya melalui aroma yang tersebar. Inilah peradaban ketika manusia mampu mengelola wewangian – bahan baku bidadari – untuk berkomunikasi satu sama lain.

Pertanyaannya adalah, bisakah manusia dikendalikan dengan bau-bauan seperti yang terjadi di bangsa lebah ? sejumlah riset ternyata membuktikan bisa ! Tinggal make sure bahwa semua ilmu seperti ini harus dikendalikan oleh orang-orang yang penuh tanggung jawab dan mengikuti petunjuk wahyuNya – agar tidak digunakan untuk tujuan yang tidak baik.

Contoh dari tujuan yang baik itu antara lain adalah sebuah riset yang menunjukkan bahwa para pekerja yang diberi aroma khusus dari lemon dalam lingkungan kerjanya – ternyata mengalami penurunan clerical error sampai 54 %. Ketika diberi aroma peppermint ternyata meningkatkan kinerja dan kecepatan kerjanya, sekaligus juga meningkatkan akurasi. Demikian pula aroma lavender yang meningkatkan keteraturan dan kinerja.

Bayangkan kalau Anda seorang pemimpin perusahaan yang mampu menggerakkan produktivitas karyawan Anda tanpa Anda harus berkata sepatah katapun, tanpa harus menulis email atau membuat pesan elektronik lainnya – bukankah Anda akan menjadi pemimpin yang sangat-sangat efektif ? Itulah exactly yang sudah dilakukan oleh sanga ratu lebah – maka kita disuruh belajar memikirkannya !

Aplikasi komunikasi berbasis bau-bauan a la lebah ini akan menjadi semakin penting perannya ke depan ketika persaingan global dalam segala bidang menjadi sangat keras. Manusia akan menggunakan strategi apa saja untuk memenangkan persaingan, maka ilmu lebah yang berkomunikasi dengan bau-bauan ini akan mengunggulkan siapa yang menguasainya lebih dahulu dari yang lain.

Bahasa peradaban keempat yang menggunakan wewangian ini juga bukan lagi sekedar teori atau wacana, sejumlah perusahaan besar dunia telah menggunakannya – bahkan ada gedung paling modern di Jakarta yang juga sedang dipersiapkan untuk menjadi the first scented office in South East Asia – yang akan menggunakan teknologi wewangian dari peradaban keempat ini untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas siapapun yang bekerja di dalamnya.

Maka selamat datang bahasa baru peradaban keempat, mari berlomba belajar dari bangsa lebah agar kita segera menguasainya sebelum orang lain menyalah gunakannya !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal