The Scent of Al-Qur’an
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Melalui Al-Qur’an Allah tidak hanya memberi kita petunjuk untuk mencukupi kebutuhan seperti makan - minum, kesehatan/pengobatan , pakaian, rumah tinggal dan kebutuhan basic lainnya – tetapi lebih dari itu Allah juga memberikan kita petunjuk untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya yaitu keindahan. Salah satu dari keindahan itu yang dahulu sangat dikuasai oleh umat ini tetapi kini kita jauh tertinggal adalah keindahan yang terkait dengan penciuman – yaitu wewangian. Bagaimana Al-Qur’an memberikan kita inspirasi untuk menguasai kembali keindahan yang satu ini ?
Sama dengan bahasan-bahasan saya di situs ini tentang kebun Al-Qur’an, bahwasanya tanaman-tanaman yang spesifik disebutkan di Al-Qur’an – pasti ada kelebihannya dibandingkan dengan tanaman yang bersifat umum. Demikian pula yang terkait dengan tanaman sebagai sumber wewangian.
Wewangian bisa dihasilkan oleh tanaman baik yang sumbernya dari bunga, batang, daun, buah sampai juga ada yang dari akar. Banyak cara pengambilan wewangian ini, diantaranya adalah melalui penyulingan – yang ilmu dan peralatannya juga sudah mulai ditulis oleh ulama-ulama Islam di abad ke 9 Masehi.
Hasil penyulingan inilah yang merupakan inti sari dari bahan yang disuling tersebut – kalau dia berasal dari bunga – inilah inti sari atau essence dari bunga, maka dia disebut essential oil. Essential oil adalah senyawa terpenes (atau hydrocarbons) yang menghasilkan aroma dari tanaman.
Setiap jenis tanaman memiliki kombinasi yang unique dari ratusan jenis terpenes, oleh karena itulah tidak ada aroma tanaman yang sama dari jutaan tanaman yang ada di permukaan bumi – mendalami aroma ini saja kita sudah akan bisa meningkatkan keimanan kita atas ke-Maha Kaya dan Maha Kuasanya Allah.
Diantara jutaan tanaman di muka bumi, saya menemukan setidaknya tiga yang disebut Allah di dalam Al-Qur’an secara specifik yang kita tahu menjadi sumber wewangian. Yaitu Raihaan, Kafuur dan Mawar. Ayat-ayatnya adalah sebagai berikut :
“Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya (Raihaan).” (QS 55:12)
“ Bila dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah – Al-Muqorrobiin), maka dia memperoleh rauhun dan raihaan (kesenangan/ketentraman dan kepuasan dan surga penuh kenikmatan.” (QS 56 : 88-89)
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafuur.” (Qs 76:5)
“Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti minyak.” (QS 55 :37)
Kemudian saya coba telusuri tanaman apa yang sesungguhnya dimaksud dari Raihaan, Kafuur dan Mawar dalam ayat-ayat tersebut, hasilnya sungguh kembali menguatkan betapa Al-Qur’an itu wahyu – bukan karangan manusia.
Raihaan memang ada perbedaan diantara para peneliti tanaman-tanaman Al-Qur’an, ada yang menyebutnya itu nama specific untuk jenis tanaman yang disebut dalam bahasa latin secara ilmiah Ocimum basilicum atau disebut sweet basil – basil manis, ada juga yang menyebut raihaan adalah seluruh jenis tanaman yang rasanya manis dan baunya harum. Saya melihat kedua penafsiran ini saling melengkapi, jadi kita bisa menghasilkan wewangian dari tanaman apa saja yang memang berbau harum di sekitar kita.
Menariknya Raihaan disebut oleh Allah sebagai kenikmatan dariNya untuk penduduk bumi (QS 55:12) dan kenikmatan pula bagi penduduk syurga (QS 56:88-89). Ini juga sejalan dengan bahasan tentang buah-buahan di syurga yang semitsal dengan yang di bumi.
Lebih menarik lagi adalah tentang kafuur, yang para peneliti sepakat bahwa yang dimaksud adalah tanaman yang dalam bahasa latin disebut Cinnamomum camphora – yang konon banyak tumbuh dahulu di Sumatra maupun Kalimantan – sekarang mungkin lahan-lahannya telah berubah menjadi lahan sawit atau bahkan tambang batubara.
Tentang mawar juga tidak ada perbedaan, semua merujuk pada jenis bunga yang sama. Hanya saja ternyata tidak semua mawar menghasilkan wewangian yang sama. Yang selama berabad-abad dikembangkan oleh ulama-ulama Islam adalahRosa damascena yatu mawar dari Damaskus – karena di sekitar Damaskus-lah dahulu peradaban Islam yang sangat maju pernah dicapai.
Hanya saja pasca perang yang panjang, bunga-bunga mawar ini benihnya banyak diangkut ke Eropa oleh musuh Islam di jaman itu. Maka pertumbuhan Rosa damascena ini sekarang lebih banyak di Eropa daripada di negeri muslim sendiri. Hanya Turki yang hingga kini masih tercatat memproduksi minyak dari mawar ini secara memadai.
Bila dilihat dari jenis tanamannya, baik raihaan dalam pengertian spesifik maupun umum, kafuur dan mawar – maka ketiga sumber wewangian yang disebut di Al-Qur’an itu sebenarnya semua mudah tumbuh di sekitar kita. Potensi ekonominya juga sangat tinggi, satu hektar tanaman mawar bisa memberikan turn-over sekitar 5-7 kali tanaman kurma.
Maka selain menanam tanaman-tanaman Al-Qur’an, termasuk kurma didalamnya – apakah kita tidak tergerak untuk menanam tanaman-tanaman penghasil wewangian yang juga disebutkan di Al-Qur’an ? InsyaAllah kita bisa kesana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar