Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Kamis, 05 Maret 2020

Formula Kehidupan

Formula Kehidupan

Bumi dan langit itu awalnya satu, lalu dipisahkan-NYA melalui proses yang oleh ilmu pengetahuan modern disebut peristiwa Big Bang yang konon terjadi sekitar 13.7 miliyar tahun lalu. Entah berapa lama lagi kemudian setelah itu baru muncul kehidupan di bumi yang dimulai awalnya dengan munculnya hidrogen dan oksigen yang membentuk air.

Ilmu pengetahuan modern baru sekitar 2 abad terakhir bisa memahami proses kejadian alam semesta dan lahirnya awal kehidupan ini, namun sesungguhnya peristiwa ini sudah dikabarkan oleh Allah melalui kitab-NYA lebih dari 1400 tahun lalu melalui ayat berikut :

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS 21:30)


Jadi dengan hanya satu ayat ini sebenarnya sudah sangat jelas bagaimana proses terjadinya alam semsta sampai munculnya kehidupan. Tetapi pertanyaannya adalah mengapa dengan petunjuk yang begitu jelas tersebut bukan kita ummat islam yang menemukan teori tentang Big Bang dan lahirnya awal kehidupan tersebut ? Jawabannya lagi - lagi ada di Al-Qur'an, salah satunya di terjemahan ayat berikut :

"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata" (QS 62:2)

Jadi melalui ayat ini sangat jelas pula dijelaskan bahwa bersamaan dengan diajarkannya Al-Qur'an, seharusnya juga diajarkan apa yang disebut Al-Hikmah.

Al-Hikmah menurut para ulama adalah pemahaman yang mendalam tentang ayat-ayat-NYA disertai dengan pengamalannya. Jadi, bersamaan dengan dipelajarinya Al-Qur'an sebagai ilmu, dia seharusnya juga menjadi panduan untuk menjalankan amal sholeh. Ketika baru dipelajari sebagai ilmu, dan baru sekedar dihafalkan, dia belum mengantarkan kita pada Al-Hikmah.

Itu pula sebabnya mengapa ulama juga menafsirkan bahwa Al-Hikmah ini adalah sunnah Rasul, karena sunnah Rasul adalah pelaksanaan atau pengamalan dari Al-Qur'an itu sendiri. Akhlaq beliau adalah Al-Qur'an, maka benar juga bila disebut Al-Hikmah itu adalah sunnah Rasul karena beliaulah yang menjadi uswatun hasanah contoh terbaik dari pengamalan Al-Qur'an.

Tetapi Al-Qur'an juga merupakan petunjuk bagi ummatnya hingga akhir zaman. Dia menjadi jawaban untuk seluruh persoalan yang akan dihadapi ummat-NYA hingga hari kiamat nanti. Maka, Al-Qur'an pula yang bisa menjawab seluruh persoalan yang kita hadapi di zaman yang super modern ini bila kita bisa mempelajari Al-Qur'an, mendataburinya, sampai mencapai derajat penguasaan Al-Hikmah ini.

Bagaimana caranya ? Allah menjelaskan caranya melalui 2 ayat berikut :
" "
(QS 2:269)

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS 3:191)

Maka dari rangkaian tersebut kita bisa simpulkan bahwa kita bisa mencapai derajat penguasaan Al-Hikmah dengan izin Allah yaitu melalui terus menerus mengingat-NYA dan terus menerus memikirkan ciptaan-NYA. Nah, sekarang kita coba terapkan penggunaan penguasaan Al-Hikmah ini untuk bisa mamahami sekaligus mengamalkan makna dari Surat Al-Anbiya ayat 30 tersebut diatas yang terkait dengan penciptaan langit dan bumi sekaligus juga penciptaan awal mula kehidupan.

Membaca, menghafalkan, dan memahami bahkan mentadaburi ayatnya sendiri insyaAllah mudah dilakukan di zaman sekarang ini karena sudah sangat banyak alat bantu sumber - sumber kajian Al-Qur'an, tafsir - tafsir terbaik yang menjelaskaan ayat tersebut. Lantas yang menjadi pertanyaan adalah amal apa yang terkait ayat tersebut yang akan bisa mengantar kita pada penguasaan Al-Hikmah khususnya yang terkait dengan ayat ini ?

Maka caranya kembali mengikuti petunjuk di surat Ali Imran ayat 191 diatas. Bagaimana kita terus mengingat Allah sambil terus memikirkan ciptaan-NYA, yaitu dalam hal ini proses penciptaan alam semesta dan awal muawal kehidupan. Yang pertama tentang penciptaan alam semesta yang oleh pengetahuan modern disebut Big Bang tersebut diatas.

Bayangkan alam semesta itu seperti karet gelang yang terus ditarik mengembang semakin besar semakin besar, apa yang terjadi ketika karet gelang tersebut berada pada maksimal pengembangannya dan kita lepas ? Dia akan sekejap kembali ke asal muasalnya sebelum dia ditarik.

Demikian pula alam semesta ini yang saat ini terus mengembang dan sudah 13.7 miliyar tahun mengembang entah sampai kapan puncak pengembangan itu, tetapi pada waktunya ketika Allah menghendaki pengembangan itu akan dihentikan dan dilepasnya, maka yang terjadi alam semesta akan kembali menciut dan terjadilah benturan besar antara benda-benda yang ada di alam semesta, dan matahari pun akan membentur bulan dan mendekati bumi dan otomatis akan menjadi sangat dekat dengan bumi. Tidak terbayangkan apa yang terjadi saat itu.

"Dan matahari dan bulan dikumpulkan," (QS 75:9)

Sebelum itu terjadi, dan selagi nyawa kita masih di badan, maka inilah kesempatan kita untuk mencapai tujuan kita dihidupkan dari mati kita dan nantinya akan dimatikan kembali sebelum dihidupkannya kembali. Tujuannya apa? yaitu untuk berbuat amal yang terbaik (ahsanul 'amala) (QS Al-Mulk ayat 2).

Nah, amal terbaik apa yang kita bisa kaitkan untuk mencapai penguasaan Al-Hikmah yang kita kaitkan dengan penciptaan langit dan bumi dan awal muawal kehidupan tersebut? Salah satunya adalah dengan memahami formula kehidupan dasar yang disebut pada ayat tersebut diatas yaitu semua kehidupan berasal dari air.

Dan ini bahkan bisa dijabarkan oleh ilmu pengetahuan modern bahwa makhluk hidup pertama adalah tanaman bersel tunggal yang dia juga disebut produsen primer . Tanaman ini oleh Allah diberi kemampuan untuk memproses air, dan CO2 menjadi glukosa dan oksigen. Dari proses yang disebut fotosintesa inilah kemudian berkembang segala bentuk kehidupan bersel banyak, yang kehidupannya ditopang oleh tanaman primitif bersel tunggal tersebut diatas.

Hingga zaman modern ini, lebih dari separuh oksigen yang ada di alam semsta konon masih dihasilkan oleh hasil fotosintesa tanaman bersel tunggal yang secara umum disebut microalgae ini. Bahkan kebutuhan energi dunia yang hingga saat ini mengandalkan energi fosil, konon 2/3 nya dihasilkan oleh minyak yang disimpan dalam sel-sel microalgae ini sejak jutaan tahun silam.

Tetapi dengan memahami formulasi dasar kehidupan tersebut diatas, sesungguhnya sangat banyak amal sholeh yang bisa kita lakukan. Diantaranya karena kita bisa memahami bahwa glukosa dan produk turunannya yang merupakan dasar makanan kita, dan oksigen yang merupakan kebutuhan untuk pernafasan kita keduannya dihasilkan oleh benda-benda bebas di alam, bukan benda ekonomi (sebagaimana para ekonom pahami), yaitu CO2, H2O, dan sinar matahari, maka akses untuk memperoleh makanan dan energi seharusnya juga bebas bagi semua orang.

Untuk proses terjadinya makanan dan energi hanya tiga hal tersebut yang dibutuhkan, yaitu CO2, H2O, dan sinar matahari. Siapa yang tidak memiliki akses ketiganya ini ? seluruh manusia di bumi seharusnya memilikinya. Maka tidak ada alasan untuk terjadinya ketimpangan ekonomi mestinya.
 
Untuk menghasilkan makanan dan energi berdasarkan formulasi tersebut diatas, tidak membutuhkan penguasaan lahan yang luas, tidak membutuhkan modal yang besar, lantas mengapa supply makanan dan energi dunia sekarang hanya dikuasai oleh segelintir manusia?  Jawabannya antara lain karena memang ada pihak-pihak yang menghendaki demikian.

Juru biicara tokoh yahudi tahun 70-an yang waktu itu juga menteri luar negeri Amerika Henry Kissinger pernah menyampaikan bahwa, "Kuasai energi, maka anda menguasai negara, kuasai makanan, maka anda menguasai rakyatnya". Maka tidak heran bila di era super capitalism modern selalu ada pihak yang berusaha menguasai sumber - sumber energi dan sumber - sumber makanan ini.

Sebaliknya, sebagian besar penduduk bumi tentu ingin mereka semua bisa memiliki kemerdekaan dan akses bebas terhadap makanan dan energi ini tanpa harus terkooptasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Dan jalan untuk kebebasan makanan dan energi ini sudah sangat jelas terpampang dalam formulasi kehidupan yang secara umum disimbolkan dalam proses fotosintesis tersebut.

Asal kita memahami proses ini dan memahami apa yang dibutuhkan dalam proses ini, maka dari sanalah kita bisa menanam dan memanen tanaman kehidupan kita sendiri untuk menghasilkan makanan dan energi yang kita butuhkan.

Di AlHaya school of life, formula kehidupan semacam ini kita dalami sampai sedalam-dalamnya dan kita laksanakan dalam bentuk berbagai kegiatan dan project-project untuk mewujudkannya. Dan sebagaimana formula kehidupan tersebut berlaku untuk semua orang, AlHaya school of life juga bebas diikuti oleh semua orang yang ingin minimal bisa survive dalam kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal