Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 27 Desember 2017

Menuju Desa Surplus

Menuju Desa Surplus

Kita yang tinggal di kota-kota mungkin tidak aware dengan fakta ini : sekitar 60 % desa-desa kita adalah desa tertinggal atau sangat tertinggal. Ketimpangan juga nampak dari sebaran desa tertinggal dan sangat tertinggal ini. Bila di Jawa angkanya ‘hanya’ 31 %, di Sumatra mendekati 70 % dan di Papua mencapai 96 %. Apa ada yang bisa kita perbuat ? insyaAllah ada bila mau berimprovisasi out of the box. Bagaimana caranya ?

Kegiatan utama ekonomi di desa pada umumnya adalah pertanian, maka bila daya dukung daerahnya terhadap produktifitas pertaniannya rendah – maka minuslah desa tersebut. Dalam kondisi seperti ini tentu pemuda-pemudinya wajar bila ingin meninggalkan desanya untuk mencari kehidupan yang lebih baik ke kota-kota bahkan juga sampai ke luar negeri.

Sumber daya manusia di desa tersebut menjadi berkurang – banyak desa-desa yang nyaris tidak ada lagi pemudanya karena ini – dan desa menjadi semakin minus. Di sisi lain di kota-kota muncul masalah yang semakin menumpuk yaitu masalah urbanisasi lengkap dengan kompleksitas dampak sosialnya.

Jadi kalau kita bisa mengatasi desa tertinggal, membangkitkan ekonominya – maka ada kemungkinan kita bisa membalik arah urbanisasi. Menggerakkan pemuda-pemudi terdidik balik ke desa, membangun ekonomi desa dan mengangkat desanya dari minus menjadi surplus. Bagaimana konkritnya ?


Masih menggunakan sumber daya yang sama yaitu pertanian, hanya kali ini kita arahkan ke pertanian industri. Produknya bukan hanya pertanian tanaman pangan, tetapi bisa diperluas dengan pakan dan bahan bakar (food, feed and fuel).

Red Calliandra - Calliandra calothyrsus
Saya pilihkan jenis tanaman yang bisa tumbuh di tanah-tanah marginal sekalipun, sehingga sedikit lahan subur yang masih ada di desa tertinggal atau sangat tertinggal bisa difokuskan ke produksi pangan pada umumnya.

Tanaman ini adalah Kaliandra Merah atau Calliandra calothyrsus, jenis leguminose sehingga dia bisa tumbuh di tanah yang marginal karena bisa mem-fiksasi nitrogen langsung dari udara. Jenis tanaman ini juga daunnya bernutrisi tinggi sehingga sangat cocok untuk pakan ternak, desa-desa bisa maju peternakannya bila banyak ditumbuhi tanaman ini.

Batang kayunya cepat kering dan berkalori tinggi, maka dia menjadi potensi yang sangat menarik untuk bahan baku wood chip dan wood pellet yang sekarang di dunia pasarnya sudah mencapai 21 juta ton per tahun.

Tetapi desa tidak usah mikirin ekspor dahulu, di dalam negeri banyak yang membutuhkan. Satu industri sedang sekelas perkebunan teh di Jawa Barat sebagai contoh membutuhkan sekitar 1,000 ton pellet biomassa setiap bulannya. Kebutuhan sebesar ini dapat dipenuhi oleh satu atau dua desa yang intensif menggarap tanaman ini.

Jadi polanya kemitraan, industri-industri skala kecil, menengah dan besar – mereka rata-rata membutuhkan energy untuk prosesnya. Kalau mereka tahu bahwa wood chip atau pellet adalah bahan bakar yang lebih murah dari sumber energy lainnya, pasti mereka mau.

Bahkan saya bisa merekomendasikan sebuah perusahaan asing besar di Jawa Timur yang sudah melakukannya dengan sangat sukses, bila ada yang ingin contoh bagaimana melakukannya – agar tidak perlu reinvent the wheel.

Tentu ini perlu proses, perusahaan perlu waktu untuk merencanakan dari penggunaan energy yang sekarang ke arah renewable energy dari biomassa ini. Desa-desa yang akan melayani juga perlu waktu untuk mulai tanam dan sampai panennya. Maka ini perfect match untuk desa dan industri saling bermitra dalam perencanaan.

Kebanyakan masyarakat rumah tangga belum akan menggunakan pellet biomassa ini karena alasan kepraktisan dlsb., maka mindset penggerak energy biomassa desa tidak tidak perlu ter-distract untuk meyakinkan pengguna retail ini, focus saja mencari satu atau dua perusahaan yang akan menggunakannya – itu sudah akan menjadi pasar yang cukup bagi seluruh produksi pellet biomassa di desa itu.

Juga para aktivis lingkungan yang tidak mengerti akan membayangkan bahwa bahan bakar kayu itu mencemari lingkungan dengan asap, akan menggundulkan hutan-hutan dlsb. Semua ini adalah persepsi yang keliru. Biomassa adalah sumber energy yang bersih, dia adalah carbon neutral – produksi CO2-nya pada saat dibakar dikompensasi oleh tumbuhnya tanaman penghasil pellet tersebut.

Pembakaran di industri yang baik adalah pembakaran sempurna dengan teknik gasifikasi atau lainnya, jadi tidak menimbulkan asap yang mencemari lingkungan. Juga tidak perlu mencemaskan hutan gundul, lha wong di desa tertinggal rata-rata juga ndak ada hutannya kok – justru dengan menanam kaliandra Merah ini desa-desa akan senantiasa hijau oleh tanaman yang silih berganti, yang sebagian dipanen yang lain sedang tumbuh membesar.

Biomass pellet justru digunakan oleh negara-negara maju seperti Inggris, Jepang dan Korea Selatan. Produsennya juga negara-negara maju seperti Amerika dan Canada. Indonesia punya chance untuk bersaing dengan negara-negara produsen pellet utama ini karena di negeri tropis yang dapat matahari sepanjang tahun dan hujan melimpah ini - segala bentuk tanaman penghasil biomassa memiliki tempat untuk tumbuh terbaiknya.

Selain itu tanaman kaliandra juga mendukung perbaikan lingkungan dengan menghadirkan keteduhan, mencegah erosi, mencegah gulma, menyuburkan tanah dan menghadirkan keindahan. Ketika musim bunga , dia akan memrahkan desa-desa dengan bunganya.

Keindahan bunga-bunga ini bukan hanya untuk manusia, lebah madu sangat menyukai nectar dari kaliandra ini dan madu kaliandra termasuk salah satu madu yang bernilai tinggi. Maka lengkaplah kaliandra sebagai penghasil food, feed and fuels berkwalitas tinggi. Desa tertinggal bukan hanya akan menjadi surplus, dia juga akan menjadi desa yang indah dan sejuk untuk tempat tinggal.

Lantas dari mana desa mendapatkan teknologi, pasar, modal dan lain sebagainya ? Ya dari kita-kitalah yang di kota memikirkannya. Startup tidak harus di kota, startup bisa menggarap desa-desa tertinggal menjadi desa-desa surplus. Menjadi tantangan besar untuk mengatasi masalah besar yang belum teratasi oleh 7 presiden berganti dan lebih dari tujuh puluh tahun merdeka. Kalau sudah teratasi tentu tidak ada lagi 60% desa tertinggal dan sangat tertinggal tersebut !

Masih ada satu masalah lagi yaitu permodalan, dari mana memodali desa tertinggal tersebut ? Meskipun ada dana desa yang konon akan mencapai Rp 120 trilyun tahun depan atau sekitar Rp 1,6 milyar per desa , saya tidak akan mengusulkan program ini didanai dengan dana desa. Pembiayaan model financial technology seperti iGrow bisa fit untuk program-program semacam ini, selain iGrow Food yang sudah berjalan – insyaAllah tahun depan 2018 iGrow akan mengembangkan sektor energy sehingga menjadi iGrow Food and Energy.

Lantas untuk siapa peluang ini ? untuk Anda yang ketika orang lain masih melihatnya masalah, Anda sudah dapat melihatnya sebagai peluang. Anda yang sudah melihat peluang ini dapat mengubungi kami, untuk sementara yang kami butuhkan utamanya adalah para insinyur mesin atau para mekanik yang cekatan dalam mengoprek berbagai jenis mesin. Kita akan butuh sangat banyak mesin perubahan untuk bisa mengoperek 75,000 desa tertinggal dan sangat tertinggal, insyaAllah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal