Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 20 Desember 2017

Waste To Wealth

Waste To Wealth

Ada peluang usaha yang sangat besar yang nilainya di dunia mencapai US$ 4.5 trilyun sampai tahun 2030 bila kita bisa merubah waste to wealth. Waste ini bisa berarti limbah atau sampah, bisa berarti pemborosan asset/resources, bisa berarti idle capacity maupun waste dalam arti menyia-nyiakan opportunity. Khusus waste yang berupa sampah ini juga berarti sekali merangkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, sambil mengatasi sampah kita membangun kemakmuran dan mengentaskan kemiskinan.

Ketika Allah memerintahkan kita untuk memberikan harta kepada kaum kerabat, kaum miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan/perjuangan – perintah ini disertai dengan larangan pemborosan harta. Bahkan pemborosan harta juga dianggap saudara-saudara syaitan (QS 17 : 26-27).

Maka saya akan focus pada penanganan limbah atau sampah tersebut di atas, bagaimana kita bisa merubah masalah sampah atau limbah yang memusingkan para pengelola kota, kompleks, industri sampai rumah tangga – menjadi bahan bakar untuk membangun kemakmuran. Bagaimana caranya ?

First thing first, yang pertama perlu dirubah adalah persepsi kita tentang sampah itu sendiri. Selama kita melihat sampah hanyalah liability yang harus dibuang atau dilemparkan ke orang lain – maka kita akan sulit untuk melakukan perubahan, karena kemanapun yang kita lihat hanyalah beban.

Tetapi ketika kita bisa melihat sampah sebagai bahan baku awal, kilometer nol dari suatu perjalanan panjang menuju suatu produk yang sangat berguna – maka ini akan mendorong kita mencari potensi-potensi ‘sampah’ yang bisa ditingkatkan nilainya.

Proses peningkatan nilai atau value creation ini bila dirangkaikan sampai produk akhir yang bisa dinikmati oleh konsumen disebut value chain – yaitu rangkain dari sejumlah tahapan proses yang di setiap tahapnya terjadi peningkatan nilai atau value creation.

Saya coba beri contoh bagaimana limbah atau sampah bisa kita ubah menjadi bahan bakar yang sangat kita butuhkan – menggantikan sebagian dari bahan bakar yang akan segera habis yaitu fossil fuel, maka value chain-nya kurang lebih seperti ilustrasi berikut.

Biofuels Value Chain
Di titik awalnya, harus ada yang mulai menngidentifikasi potensi sampah, mengumpulkannya, memilah-milah sesuai karakternya. Dari sini sampah yang semula adalah beban, sudah mulai berubah menjadi sesuatu yang ada nilainya – sudah terjadi value creation awal.

Ketika sampah ini dikirim ke unit pengolahan – sesuai dengan karakter masing-masing, maka sejumlah proses bisa dilakukan untuk merubah sampah ini menjadi produk yang lebih bernilai. Ketika dipress atau dicacah saja, dia sudah bisa menjadi biomass chips – bahan bakar yang sudah bernilai tinggi.

Bisa pula dilakukan peletisasi untuk menambahkan nilainya lagi, khususnya pellet limbah kayu dan pertanian sekarang diburu negara-negara maju karena mereka berusaha mencari bahan bakar yang carbon neutral. Bahkan negara-negara tersebut bersedia memberikan subsidi untuk bahan bakar dari pellet biomassa ini.

Peningkatan nilai lebih tinggi lagi ketika sampah tersebut diproses dengan teknologi pyrolysis, gasification, liquefaction dst – karena output dari proses ini bisa berupa gas yang dipakai langsung untuk pemanas dan pembangkit listrik, bahkan juga bahan bakar cair untuk mobil, pesawat, kapal dan perbagai mesin yang membutuhkan bahan bakar cair.

Peningkatan nilai akan berlanjut ketika produk-produk yang dihasilkan dari sampah tersebut ketemu pasar atau penggunanya yang sesuai. Hampir setiap jenis industri, komersial maupun rumah tangga – dapat meng-create value-nya sendiri-sendiri dari penggunaan produk yang berasal dari sampah atau limbah ini.

Sebagai contoh saya mengenal baik ada pengelola industri besar yang sangat modern di Jawa Timur yang bisa menekan ongkos bahan bakarnya secara significant karena penggunaan biomass chip untuk bahan bakar utama industrinya. Di lingkungan kita sendiri sudah lebih dari 10 m3 bahan bakar biomasa kita gunakan setiap hari untuk mengolah berbagai hasil kebun kita.

Ketika beban biaya listrik terus meningkat dan bahan bakar cair atau gas akan terus berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam dalam jangka panjang – prediksi 5-10 tahun, mau tidak mau berbagai industri lain pasti akan mengikuti jejak pabrik-pabrik yang saya sebutkan di atas.

Di Bandung warung-warung makan mulai berburu pellet biomassa untuk bahan bakar karena terbukti lebih efisien dari bahan bakar lainnya. Produsen pellet biomassa yang juga saya kenal baik kini kewalahan karena permintaan dari kota-kota lain terus meningkat. Tinggal masalah waktu saja sebelum rumah tangga juga akan melirik pellet biomassa untuk bahan bakarnya, karena sejumlah daerah sudah mengeluhkan ketersediaan gas 3 kg.

Penggunaan energy limbah atau sampah biomassa sudah bukan lagi teori – it is happening now ! Namun karena energy dari sampah ini relative baru bagi masyarakat kluas, dibutuhkan heavy servicing kepada para penggunanya – maka servicing inipun juga menjadi bagian dari value chain itu sendiri.

Masyarakat perlu dididik, dilatih, didampingi, dilayani sampai dibantu mengatasi problem-problemnya ketika mereka mau melalui proses transisi dari segala kemapanan dan kemudahan penggunaan energy fossil sebelumnya menuju penggunaan energy baru dan terbarukan yang awalnya tentu cukup challenging.

Secara keseluruhan Biofuels Value Chain yang akan merubah Waste to Wealth tersebut di atas, memang akan menjadi peluang dari masyarakat luas yang mau terlibat didalamnya sesuai dengan kompetensi dan passion masing-masing. Early adopter tentu akan memiliki peluang lebih dibandingkan yang belakangan bergabung menyusul dalam gerbong value chain ini.

Bisa menjadi peluang para pemulung modern nan visioner, bisa menjadi peluang para enginer cerdas, peluang para marketers maupun peluang para aktivis social yang mau terjun kemasyarakat untuk terlibat dalam edukasi dan pendampingannya.

Yang paling kami butuhkan saat ini adalah enginer yang sangat menguasai machining untuk membuat mesin pengolah sampah yang tepat guna, mesin pengolah sampah berbahan bakar sampah dan outputnya adalah biofuels. Mesin-mesin ini diperlukan agar value chain tersebut di atas bisa di-expand secara mudah dan cepat.

Anda yang berminat dan yakin bisa berkontribusi dalam rangkaian Waste to Wealth – Biofuels Value Chain ini, dapat menghubungi kami di : ceo@iou.id dengan menyertakan CV /latar belakang dan visinya dalam maksimal dua lembar tulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal