Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 30 Januari 2017

Mastering Salam Contract

Mastering Salam Contract

Bersyukur saya dengan tiket sebagai petani berkesempatan mengunjungi daerah-daerah pertanian di lima benua, termasuk diantaranya kunjungan saya yang salah musim. Di belahan utara bumi hari-hari ini masih berada di musim dingin, petani berhenti bertani – bahkan pagar-pagar kebun mereka digembok. Namun rasa syukur tersebut tidak menghentikan pertanyaan besar yang selalu menghantui pikiran saya, mengapa kita perlu mengimpor begitu banyak bahan pangan dari negeri lain – padahal negeri kitalah yang paling berpotensi untuk menjadi the ultimate producer itu ?

PetunjukNya begitu jelas, bahwa modal utama menanam tanaman itu ada 3 yaitu tanah yang hidup/subur kaya akan mineral – banyak terdapat di daerah pegunungan (QS 22:5 dan QS 78:7), sinar matahari yang sangat terang (QS 78 :13) dan air yang mencurah (QS 78:14). Sekarang coba bayangkan negeri mana yang memiliki kombinasi terbaik dari ketiganya ?

Di negeri-negeri empat musim, meskipun mereka memiliki sebagian tanah yang subur –lama penyinaran mataharinya jelas tidak sebanyak kita, juga curah hujan mereka terbatas. Sedangkan di negeri-negeri yang sinar mataharinya banyak, kebanyakan mereka tanahnya kurang subur dan curah hujannya juga lebih terbatas lagi.

Walhasil kitalah sedikit negeri yang menikmati ketiganya secara berlimpah, tanah subur tersebar dimana-mana, matahari bersinar di sepanjang tahun, dan hujan mencurah hampir separuh waktu dalam setahun. Lantas mengapa kita tidak makan cukup dari hasil bumi negeri kita sendiri, mengapa kita tidak ikut memberi makan bagi dunia yang kondisi buminya tidak seberuntung kita ?


Ketika musim di negeri ini tidak pernah salah untuk bertani, pasti kesalahannya ada pada manusianya. Kita diberi amanah bumi yang subur, matahari sepanjang tahun dan hujan yang mencurah – mestinya mampu mejadikan negeri ini lumbung pangan bagi dunia, tetapi alih-alih menjadi lumbung pangan, kita malah ikut berebut gandum, kedelai dan hasil pertanian lain dengan negeri negeri yang tidak seberuntung kita kondisi alamnya.

Ada tiga kesalahan yang menurut saya harus bisa diperbaiki, agar kita bisa membalik arah dari negeri pengimpor bahan pangan menjadi lumbung pangan bagi dunia. Kesalahan pertama adalah dunia yang menjadikan kita pasarnya, bukan kita yang menguasai pasar dunia.

Sebagai negeri dengan jumlah penduduk terbesar no empat di dunia, tentu kebutuhan pangan kita menjadi pasar yang menggiurkan bagi para produsen bahan pangan dunia. Mudah sekali bagi kita untuk terlena dengan masuknya produk-produk pertanian impor, karena kita berpikir yang mudah dan murah – tidak berpikir kesinambungan dan keamanan pangan dalam jangka panjang.

Kesalahan kedua adalah kegagalan kita dalam membangun kecintaan terhadap profesi bertani, sarjana-sarjana lulusan terbaik – bahkan dari perguruan tinggi pertanian sekalipun lebih suka kerja di kantoran ketimbang terjun ke kebun dan sawah berkarya langsung memakmurkan bumi.

Dan kesalahan ketiga adalah system penglolaan modal kita yang terjebak dalam pengelolaan ribawi, dana masyarakat dijebak dengan tabungan/deposito bunga tinggi, dana pensiun dan juga asuransi yang lebih dari 95%-nya masih ribawi.

Karena kesalahannya sudah jelas, maka koreksinya sebenarnya juga jelas – kalau kita bisa mengubah mindset dari pasar menjadi pemasar, meninggikan citra bertani yang tidak kalah dengan profesi lainnya, dan meninggalkan riba dengan mengalirkan tabungan masyarakat ke sektor produksi khususnya yang terkait dengan kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan. Maka InsyaAllah kita sudah akan menjadi the ultimate producers – yang mampu mencukupi segala yang kita butuhkan sendiri.

Ada satu akad dalam Islam yang kita bisa gunakan untuk merangka solusi untuk tiga masalah tersebut di atas sekaligus yaitu Jual-Beli Salam. Dengan akad salam ini pasar kita terjamin ketersediaan produknya, produsen akan mendapatkan modal bebas riba untuk berproduksi – sehingga akan menarik skills kembali ke sektor produksi.

Pertumbuhan dana masyarakat akan berubah dari pertumbuhan yang berbasis bunga menjadi pertumbuhan yang berbasis produksi dan margin jual beli, sehingga secara meteriil akan jelas dampaknya terhadap kemakmuran dan penciptaan lapangan pekerjaan dan tentu saja secara keberkahan – insyaAllah menjadi jauh lebih berkah.

Semudah itukah ? tentu tidak semudah membalik telapak tangan – tetapi harus bisa dimulai somewhere. Kami di Indonesia Startup Center – putra Indonesia yang diberi kesempatan oleh Allah untuk belajar dari lima benua, insyaAllah akan share segala yang kami punya dalam bentuk ilmu pengetahuan, pengalaman, system pembelajaran sampai juga system operasional untuk memakmurkan bumi ini dengan bertani dan berproduksi.

Sharing dalam bentuk training, mentoring dan coaching ini sedang kami upayakan untuk memperoleh pendanaannya dari sumber lain sehingga bisa kita gratiskan. Minimal untuk 3 yang pertama yaitu di Startup Center – Depok (4/3/2017), Jogokaryan – Jogja (11/3/2017) dan Surabaya –Tentative (18/3/2017).

Lebih detil tentang sharing tersebut dapat dilihat pada selebaran berikut, silahkan bergabung dengan mengirimkan email data diri ke : ceo@salamsale.com - maaf hanya email yang ditujukan ke email ini yang kai catat sebagai peserta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal