Mastering Salam Contract
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Bersyukur saya dengan tiket sebagai petani berkesempatan mengunjungi daerah-daerah pertanian di lima benua, termasuk diantaranya kunjungan saya yang salah musim. Di belahan utara bumi hari-hari ini masih berada di musim dingin, petani berhenti bertani – bahkan pagar-pagar kebun mereka digembok. Namun rasa syukur tersebut tidak menghentikan pertanyaan besar yang selalu menghantui pikiran saya, mengapa kita perlu mengimpor begitu banyak bahan pangan dari negeri lain – padahal negeri kitalah yang paling berpotensi untuk menjadi the ultimate producer itu ?
PetunjukNya begitu jelas, bahwa modal utama menanam tanaman itu ada 3 yaitu tanah yang hidup/subur kaya akan mineral – banyak terdapat di daerah pegunungan (QS 22:5 dan QS 78:7), sinar matahari yang sangat terang (QS 78 :13) dan air yang mencurah (QS 78:14). Sekarang coba bayangkan negeri mana yang memiliki kombinasi terbaik dari ketiganya ?
Di negeri-negeri empat musim, meskipun mereka memiliki sebagian tanah yang subur –lama penyinaran mataharinya jelas tidak sebanyak kita, juga curah hujan mereka terbatas. Sedangkan di negeri-negeri yang sinar mataharinya banyak, kebanyakan mereka tanahnya kurang subur dan curah hujannya juga lebih terbatas lagi.
Walhasil kitalah sedikit negeri yang menikmati ketiganya secara berlimpah, tanah subur tersebar dimana-mana, matahari bersinar di sepanjang tahun, dan hujan mencurah hampir separuh waktu dalam setahun. Lantas mengapa kita tidak makan cukup dari hasil bumi negeri kita sendiri, mengapa kita tidak ikut memberi makan bagi dunia yang kondisi buminya tidak seberuntung kita ?
Ketika musim di negeri ini tidak pernah salah untuk bertani, pasti kesalahannya ada pada manusianya. Kita diberi amanah bumi yang subur, matahari sepanjang tahun dan hujan yang mencurah – mestinya mampu mejadikan negeri ini lumbung pangan bagi dunia, tetapi alih-alih menjadi lumbung pangan, kita malah ikut berebut gandum, kedelai dan hasil pertanian lain dengan negeri negeri yang tidak seberuntung kita kondisi alamnya.
Ada tiga kesalahan yang menurut saya harus bisa diperbaiki, agar kita bisa membalik arah dari negeri pengimpor bahan pangan menjadi lumbung pangan bagi dunia. Kesalahan pertama adalah dunia yang menjadikan kita pasarnya, bukan kita yang menguasai pasar dunia.
Sebagai negeri dengan jumlah penduduk terbesar no empat di dunia, tentu kebutuhan pangan kita menjadi pasar yang menggiurkan bagi para produsen bahan pangan dunia. Mudah sekali bagi kita untuk terlena dengan masuknya produk-produk pertanian impor, karena kita berpikir yang mudah dan murah – tidak berpikir kesinambungan dan keamanan pangan dalam jangka panjang.
Kesalahan kedua adalah kegagalan kita dalam membangun kecintaan terhadap profesi bertani, sarjana-sarjana lulusan terbaik – bahkan dari perguruan tinggi pertanian sekalipun lebih suka kerja di kantoran ketimbang terjun ke kebun dan sawah berkarya langsung memakmurkan bumi.
Dan kesalahan ketiga adalah system penglolaan modal kita yang terjebak dalam pengelolaan ribawi, dana masyarakat dijebak dengan tabungan/deposito bunga tinggi, dana pensiun dan juga asuransi yang lebih dari 95%-nya masih ribawi.
Karena kesalahannya sudah jelas, maka koreksinya sebenarnya juga jelas – kalau kita bisa mengubah mindset dari pasar menjadi pemasar, meninggikan citra bertani yang tidak kalah dengan profesi lainnya, dan meninggalkan riba dengan mengalirkan tabungan masyarakat ke sektor produksi khususnya yang terkait dengan kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan. Maka InsyaAllah kita sudah akan menjadi the ultimate producers – yang mampu mencukupi segala yang kita butuhkan sendiri.
Ada satu akad dalam Islam yang kita bisa gunakan untuk merangka solusi untuk tiga masalah tersebut di atas sekaligus yaitu Jual-Beli Salam. Dengan akad salam ini pasar kita terjamin ketersediaan produknya, produsen akan mendapatkan modal bebas riba untuk berproduksi – sehingga akan menarik skills kembali ke sektor produksi.
Pertumbuhan dana masyarakat akan berubah dari pertumbuhan yang berbasis bunga menjadi pertumbuhan yang berbasis produksi dan margin jual beli, sehingga secara meteriil akan jelas dampaknya terhadap kemakmuran dan penciptaan lapangan pekerjaan dan tentu saja secara keberkahan – insyaAllah menjadi jauh lebih berkah.
Semudah itukah ? tentu tidak semudah membalik telapak tangan – tetapi harus bisa dimulai somewhere. Kami di Indonesia Startup Center – putra Indonesia yang diberi kesempatan oleh Allah untuk belajar dari lima benua, insyaAllah akan share segala yang kami punya dalam bentuk ilmu pengetahuan, pengalaman, system pembelajaran sampai juga system operasional untuk memakmurkan bumi ini dengan bertani dan berproduksi.
Sharing dalam bentuk training, mentoring dan coaching ini sedang kami upayakan untuk memperoleh pendanaannya dari sumber lain sehingga bisa kita gratiskan. Minimal untuk 3 yang pertama yaitu di Startup Center – Depok (4/3/2017), Jogokaryan – Jogja (11/3/2017) dan Surabaya –Tentative (18/3/2017).
Lebih detil tentang sharing tersebut dapat dilihat pada selebaran berikut, silahkan bergabung dengan mengirimkan email data diri ke : ceo@salamsale.com - maaf hanya email yang ditujukan ke email ini yang kai catat sebagai peserta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar