Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 25 Januari 2017

Cita-Cita

Cita-Cita

Di jaman Belanda, penjajah mengkapling-kapling pekerjaan bagi penduduk negeri jajahan ini agar mudah mereka kuasai. Perdagangan hanya diarahkan untuk kaum minoritas dari timur (Arab, China dan India), sedangkan penduduk pribumi diarahkan oleh mereka untuk bertani tanaman-tnaman yang utamanya untuk kebutuhan mereka. Agar mudah dikendalikan oleh penjajah ini pula, tokoh-tokoh masyarakat pribumi diangkat menjadi priyayi – pekerjaannya enak, terhormat dan bergaji tinggi. Maka mayoritas penduduk pribumi negeri ini yang menderita saat itu punya cita-cita untuk anak-anaknya : ‘kelak kalau sudah besar jadi priyayi’ !

Ratusan tahun berlalu, tetapi cita-cita untuk menjadi priyayi, menjadi pegawai yang digaji tinggi dengan pekerjaan yang enak dan terhormat ini tetap menghantui mayoritas penduduk negeri ini – lagi pula siapa yang tidak mau memiliki pekerjaan enak, terhormat dan bergaji tinggi ? semua juga mau.

Maka tidak ada yang salah dengan cita-cita ini sebenarnya, tetapi sebagaimana visi pada umumnya, cita-cita harus dijabarkan agar cita-cita itu tercapai. Hanya yang bisa menjabarkannya dalam bentuk langkah-langkah yang konkritlah – yang kemudian berhasil merealisasikan visinya.

Dalam dunia startup misalnya hukum pareto 20/80-nya adalah 20 % cita-cita atau ide, sedangkan 80 % selebihnya adalah eksekusi. Maka hanya bercita-cita tanpa eksekusi, kecil kemungkinannya untuk berhasil. Sebaliknya tanpa ide atau cita-cita yang jelas sekalipun, ketika kita bekerja keras mengeksekusi rencana kita sehari-hari, kita akan sampai pada sesuatu yang berarti.

Berapa banyak orang yang sukses sekarang di bidang yang jauh di luar bidang yang dia cita-citakan. Bila waktu kecil dahulu cita-cita yang paling umum adalah ingin menjadi dokter, menjadi insinyur atau bahkan juga menjadi presiden – berapa banyak jenis pekerjaan atau profesi ini yang terealisir ? Mayoritasnya akan keluar jalur.

Apalagi di jaman modern ini, setiap 6 bulan lahir inovasi baru berarti lahir pula jenis pekerjaan baru. Dari 25 jenis top job and the fastest growing occupation , hanya ada satu atau dua jenis pekerjaan yang dahulu sudah ada ketika kita kuliah – artinya mayoritasnya adalah jenis pekerjaan baru.  

Artinya bila ukurannya adalah profesi atau jenis pekerjaan seperti insinyur dan dokter yang merupakan cita-cita yang umum sewaktu kita kecil dahulu - betapa sulitnya orang tua sekarang untuk sekedar bisa bercita-cita ingin menjadi apa anaknya kelak ketika dewasa. Apa yang terbayang oleh orang tua sekarang, mungkin sudah tidak ada lagi atau tidak relevan lagi ketika anaknya dewasa.

Tetapi cita-cita orang tua untuk anaknya bukan berarti tidak perlu, dia harus tetap ada agar dia bisa mengarahkan pendidikan dan bekal terbaik untuk anaknya. Bagaimanapun anak terlahir fitrah dan orang tuanyalah yang menjadikan orang seperti apa dia kelak.

Dan untuk ini, ada cita-cita yang bisa menjadi contoh atau rujukan – cita-cita yang tetap valid selama ribuan tahun sejak diucapkan oleh orang pertama yang mencita-citakannya yaitu Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. Lihat contoh beberapa cita-cita Ibrahim untuk anak keturunannya berikut ;

Ya Rabb kami jadikanlah kami orang-orang yang berserah diri (muslim), dan juga anak keturunan kami umat yang berserah diri kepadamu (muslim)…, ya Rabb kami utuslah ditengah-tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, mengajarkan kitab dan hikmah…” (QS 2:128-129)

Lihat contoh cita-cita yang dituangkan Ibrahim dalam do’a untuk anak cucunya tersebut, betapa hingga kini masih sangat relevan setelah ribuan tahun berlalu sekalipun. Bandingkan ini dengan cita-cita orang di jaman ini, yang bisa jadi tidak lagi relevan setelah beberapa puluh tahun saja.

Lantas kalau kita bercita-cita untuk anak cucu kita seperti cita-citanya Nabi Ibrahim tersebut di atas , ingin anak keturunan kita tetap menjadi muslim yang mampu mebaca ayat-ayatNya, mengajarkan kitab dan hikmah – akan seperti apa masa depan anak cucu kita kelak ?

Seyakin Nabi Ibrahim atas masa depan anak cucunya, bila anak cucu kita tetap muslim dan mampu dengan sempurna membaca ayat-ayatNya (Qauniyah maupun Kauliyah), membaca kitab dan hikmah dalam arti yang sesungguhnya, termasuk menjadikannya petunjuk dan nasihat – bukankah dia sudah akan menjadi orang yang akan mampu menjawab setiap persoalan pada jamannya ?

Karena inipun sudah dijanjikanNya : “…dan Aku turunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu (menjawab setiap persoalan), sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Muslim)…” (QS 16:89).

Inilah tugas orang tua di jaman ini, untuk mengantisipasi perubahan yang sangat cepat di segala bidang – kita harus menyiapkan generasi yang akan datang generasi yang tangguh, memiliki bekal yang sangat cukup untuk menjawab setiap persoalan yang akan dihadapi pada jamannya.

Maka saya terharu ketika melihat ada anak kecil yang usianya belum juga sampai empat tahun, ‘mainan’ atau hiburannya adalah HP siapapun yang bisa dipinjamnya, tetapi bukan untuk bermain seperti anak kecil pada umumnya – dia hanya mencari Al-Qur’an di HP-HP tersebut kemudian mendengarkannya secara khusu’, dia bahkan tidak mau melihat layar HP itu terbuka.

Dan Anda tahu apa cita-cita anak ini ? orang tuanya-pun terkejut mendengar cita-citanya, yaitu ingin menjadi Imam di depan Ka’bah. Dia mencari apa saja untuk bisa dijadikannya sorban untuk bermain seolah-olah sedang menjadi Imam di depan Ka’bah, bahkan dia ingin mendengar suara amin dari orang tua di belakangnya. Sayapun mengaminkan cita-cita si anak ini dan saya yakin demikian pula pembaca situs ini.

Jadi untuk sekedar bercita-cita-pun kita sebagai orang tua itu perlu belajar, dan darimana lagi sumber pembelajaran yang tidak kenal lekang oleh waktu itu selain dari petunjukNya yang memang disiapkan untuk umat ini hingga akhir jaman.

Untuk orang tua yang tidak sempat duduk di majlis-majlis ilmu, ataupun yang sering hadir di majlis ilmu tetapi ngacak tidak terstrtuktur – kami hadirkan pendidikan orang tua berbasis on-line yang terstruktur dan bersyllabus lengkap, program Parenting Nabawiyah yaitu salah satu modul yang bisa diakses melalui www.ikuttab.com.

Agar kita semua bisa bercita-cita !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal