Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 16 November 2016

Skeleton In The Closet

Skeleton In The Closet

Idiom ‘skeleton in the closet’ dalam bahasa Inggris artinya undisclosed fact about someone or something. Karena fakta-nya yang tersembunyi inilah maka seseorang atau sesuatu itu tidak nampak seperti yang semestinya, bila ini menyangkut suatu masalah – maka masalah itu menjadi sulit terpecahkan karena tidak semua faktanya dimunculkan. Masalah kemiskinan misalnya, dia adalah ‘skeleton in the closet’ bagi kota-kota besar di negeri berkembang utamanya – maka sulit sekali diatasi karena fakta yang tersembunyi tersebut. Lantas bagaimana mengatasinya ?

Kalau kita baca statistik BPS tentang kemiskinan misalnya, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada di kisaran angka 11 % atau sekitar 28.5 juta orang. Tetapi kemiskinan di kota-kota besar jumlahnya jauh lebih kecil dari presentase tersebut, di Jakarta hanya 3.75 % dan di Surabaya hanya 4 %.


Urban Poverty
Apakah benar angka-angka kemiskinan di kota besar tersebut jauh dibawah rata-rata nasional ? saya kok yakin bukan ini angka yang sebenarnya. Penduduk-penduduk desa yang pindah ke kota – tidak lagi tercatat di daerah asalnya, tetapi ketika mereka tidak sukses di kota , mereka tinggal di tempat-tempat yang kumuh dan juga tidak semuanya tercatat sebagai warga kota.

Di lain pihak persepsi orang yang tinggal di kota-kota besar cenderung lebih makmur dan jauh dari kemiskinan – sebagaimana persepsi awam pada umumnya - yang kemudian dikuatkan oleh data BPS tersebut, justru menimbulkan masalah besar berikutnya yaitu arus urbanisasi.

Maka yang dibutuhkan adalah pengungkapan fakta yang seakurat mungkin, sekaligus edukasi yang berkelanjutan di masyarakat luas – bahwa tinggal di kota-kota besar bukanlah satu-satunya jalan untuk memperbaiki taraf hidup.

Budaya merantau yang pada umumnya adalah baik – tetapi ketika merantau itu diartikan pindah dari kampung ke kota-kota besar, maka ini menjadi tragedy of the common. Bisa jadi baik bila dilakukan sedikit orang , menjadi buruk bila dilakukan oleh terlalu banyak orang.

Urbanisasi ini telah menjadi masalah yang sangat serius bukan hanya di Indonesia, hampir di seluruh dunia masalahnya sama. Ketika saya yang terlahir di desa dan mulai berkarir di kota besar Jakarta tahun 1990, saat itu di dunia hanya ada 10 kota besar dunia yang penduduknya di atas 10 juta orang. Tahun lalu jumlah ini telah menjadi 28 kota !

Sekitar 2/3 penduduk dunia atau sekitar 6.5 milyar orang akan tinggal di kota pada tahun 2050, sedangkan di Indonesia ini akan terjadi 20 tahun lebih cepat yaitu di kisaran tahun 2030. Indonesia akan mengalami masalah perkotaan yang lebih dahulu ketimbang masalah yang dihadapi oleh rata-rata negara lain di dunia.

Penyebabnya adalah lebih dari separuh penduduk negeri ini yang berlomba-lomba untuk tinggal di pulau yang luasnya hanya sekitar 6 % dari wilayah negeri ini keseluruhan yaitu Jawa.

Sebelum Jawa tidak lagi mampu memberikan daya dukung kehidupan yang baik bagi para penghuninya, maka pemerintah harus merealisasikan janji-janjinya untuk membangun infrastuktur ekonomi yang baik di luar Jawa khususnya di Indonesia Bagian Timur.

Apa kabar Tol Laut misalnya yang menjadi salah satu agenda presiden terpilih ketika kampanye dahulu ? Andai saja item ini saja bisa sungguh-sungguh direalisir – berinvestasi ke Indonesia Bagian Timur akan menjadi menarik. Efek lanjutannya adalah tekanan urbanisasi ke kota-kota di Jawa akan berkurang.

Tetapi rakyat seperti kita juga tidak hanya bisa menuntut dan menunggu apa yang seharusnya dilakukan pemerintah, mereka punya tanggung jawab tentu saja – tetapi kita juga punya tugas sendiri-sendiri.

Kita bahkan diperintahkan langsung oleh Allah untuk bertebaran di segala penjuru bumi untuk menyongsong rezeki kita. Setidaknya saya temukan perintah ini di dua ayat berikut :

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS 67:15)

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS 62:10)

Maka negeri ini butuh kejujuran untuk mengungkap skeleton in the closet-nya, bahwa bukan hanya kota-kota besar yang bisa mejanjikan kehidupan yang lebih baik dan sustainable dalam jangka panjang untuk penduduknya.

Negeri yang dihuni oleh mayoritas umat Islam ini juga butuh umat yang taat dalam menjalankan perintahNya. Diperintahkan untuk sholat, zakat sampai haji – insyaAllah kita sudah pada melaksanakannya, tetapi bagaimana dengan perintah untuk bertebaran ke seluruh penjuru bumi ini – sudahkah kita melaksanakannya ? Ada hikmah yang tersembunyi dari perintah-perintah seperti ini, dan barang siapa diberi hikmah itu – dia telah diberi kebaikan yang sangat banyak (QS 2:269). InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal