Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Selasa, 08 November 2016

Gambara

Gambara

Bagian dari rencana aksi iGrow.Asia ekspansi ke Afrika, hari-hari ini kami menerima kunjungan professional dan pengusaha muda dari Kenya. Selama proses study banding mereka ke kebun-kebun kami, tidak henti-hentinya mereka mengagumi kesuburan negeri ini yang menampakkan kehijaunnya dari ujung ke ujung. Namun ketika mereka tahu bahwa negeri ini masih mengimpor begitu banyak bahan pangan, serta merta mereka berucap gambara ! Menarik sekali belajar dari mereka apa yang mereka maksudkan dengan istilah ini.

Gambara adalah dari bahasa resmi Kenya (Kiswahili) yang diadopsi dari bahasa Inggris ( Penjajah mereka dahulu) yang artinya ‘gun bearer’ - pembawa senjata. Karena orang Kenya sulit mengucapkan ‘gun bearer’ , maka muncullah pengucapan mereka gambara.

Karena senjata-senjata itu berat, dan orang Inggris menjadikan Kenya sebagai lahan perburuan mereka untuk hobby maupun untuk memburu bahan industry kulit – mereka menggunakan tenaga-tenaga setempat, suku asli Kenya untuk memikul senjata-senjata tersebut.

Ironinya adalah yang membawa senjata adalah orang lokal, orang –orang kulit putih berjalan melenggang tidak membawa apa-apa – tetapi orang orang lokal yang memikul senjata tersebut akhirnya dijajah oleh orang kulit putih yang tidak membawa apa-apa.


Mengapa demikian ? Karena orang lokalnya hanyalah gambara – ‘gun bearer’ , mereka memikul senjata tetapi tidak punya ilmu untuk menggunakannya, kalau toh dia mulai belajar sedikit ilmu dengan melihat orang kulit putih menggunakan senjatanya – orang lokal ini tidak berkesempatan untuk berlatih, jadi tidak memiliki skills untuk menggunakan senjata.

Lebih dari itu, dengan hanya sedikit ilmu dan tanpa skills – meskipun memanggul senjata – para gambara ini tidak cukup keberanian untuk melawan kulit putih penjajahnya meskipun ketika para kulit putih ini ridak sedang memegang senjatanya.

Mengapa mereka teringat istilah gambara – yang merupakan bagian dari sejarah penjajahan di  Kenya, ketika melihat negeri ini mengimpor begitu banyak bahan makanan padahal negeri ini amat sangat subur dan penuh kehijauan – dibandingkan dengan negeri mereka yang rata-rata kering dan gersang ?

Sebagai orang luar mereka melihat yang tidak kita lihat. Mereka melihat pasti kitapun masih sedang ‘terjajah’ oleh ‘kulit putih’. Kita yang memiliki lahan-lahan subur, apa saja kita tanam insyaAllah tumbuh – tetapi kita tidak cukup keberanian untuk melawan ‘penjajahan perdagangan’ yang dilakukan oleh ‘kulit putih’ jaman ini.

Keberanian ini tidak muncul karena kita tidak memiliki skills’ atau ketrampilan yang cukup untuk mengolah seluruh potensi yang ada di negeri ini secara maksimal. Skills ini tidak muncul karena proses pendidikan kita yang hanya menghasilkan orang-orang yang sedikit ilmu disana-sini.

Lantas bagaimana kita agar tidak hanya menjadi gambara – atau gun bearer, membawa ‘senjata’ tetapi tidak berdaya melawan penjajah yang ‘tanpa senjata’ ? Kita bisa belajar dari mereka-mereka ini.

Di negeri mereka yang berpenduduk mayoritas Kristiani (Protestan, Katolik dan Kristen), umat Islam hanya sekitar 12 % dari sekitar 47 juta penduduk negeri itu. Islam secara kwantitas tergerus jumlahnya dari negeri yang dahulunya bagian dari kesultanan Oman dan kemudian kesultanan Zanzibar ini – tetapi tidak secara kwalitas.

Kondisinya terbalik dengan negeri kita, Islam masih mayoritas di negeri ini tetapi kekuatan ekonomi dipegang oleh orang lain. Di Kenya sebaliknya, mereka minoritas tetapi justru menguasai ekonomi negeri itu. Bagaimana mereka melakukannya ? Dengan membalik arah sejarah gambara atau gun – bearer tersebut di atas !

Umat Islam di sana rajin menuntut ilmu, baik ilmu keagamaan maupun juga ilmu-ilmu life skills yang dibutuhkan untuk unggul di jaman ini. Tamu-tamu saya yang rata-rata pengusaha muslimah belia disana, mereka menempuh pendidikan keagamaannya sampai Pakistan, menempuh pula pendidikan bisnisnya sampai Malaysia bahkan juga Amerika – dan dari sanalah mereka mengenal iGrow.Asia.

Tidak sekedar belajar dan mengumpulkan ilmu, ketika kembali ke negerinya mereka tidak bercita-cita untuk menjadi pegawai – secara berjama'ah umat Islam di sana saling bantu membantu mendorong keberanian anak muda untuk terjun ke dunia usaha. Dari keberanian mereka inilah akhirnya muslim yang minoritas di sana, justru unggul dalam penguasaan ekonominya.

Maka inilah oleh-oleh tamu-tamu kami dari Kenya tersebut untuk umat Islam di negeri ini, jangan mau kita jadi gambara – memikul beratnya senjata para penjajah ‘ekonomi’ kita. Kita yang menguasai segala resources yang dibutuhkan dunia saat ini, tetapi kita tidak berdaya melawan dominasi mereka.

Agar tidak sekedar menjadi gambara ini, tiga hal yang perlu kita lakukan. Pertama adalah menuntut ilmu secara maksimal – segala macam ilmu yang kita butuhkan untuk keselamatan kita di akhirat nanti, tetapi juga tidak lupa untuk menguasi ilmu yang dibutuhkan untuk unggul di dunia saat ini. Karena di dunia inilah kita mencari bekal untuk akhirat kita nanti !

Tetapi ilmu juga tidak akan berarti banyak bila tidak diamalkan terus menerus sampai menghasilkan skills dan kemudian hikmah, dan dari sinilah diharapkan akan memunculkan keberanian – courage untuk merdeka melawan segala bentuk penjajahan yang membelenggu kita hingga saat ini. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal