Visi Pangan 2025
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Di tengah terpuruknya citra Indonesia di mata dunia akibat pemberitaan yang bertubi-tubi tentang musibah asap, masih ada juga yang bisa kita perbuat untuk menyisipkan berita positif di majalah bisnis terkemuka seperti Forbes. Artikel dengan judul “Indonesian ‘Farmville For Real Live’ iGrow Wants To Go Global” , adalah hasil wawancara dengan kami yang kemudian ditulis oleh contributor spesialis ‘how technology can make our lives smarter’ Federico Guerrini.
Kesimpulan yang menarik dari penulis Italy ini tentang apa yang kami lakukan di iGrow adalah “Indonesia needs a different model for agriculture; and while iGrow is just a small startup so far, it might represent a first step in the right direction”.
Federico benar, bahwa yang kami lakukan barulah langkah-langkah awal yang kecil dari urusan yang sangat besar untuk umat dan bangsa ini. Hanya untuk memberi makan yang cukup bagi 250 juta penduduk negeri ini saja, belum sepenuhnya bisa kita dilakukan hingga kini – 70 tahun setelah kita merdeka. Kelaparan masih berada di angka kisaran 20 juta orang.
Itu sekarang – kedepannya tidaklah semakin mudah, sepuluh tahun lagi dari sekarang penduduk dunia akan mencapai kisaran 8 milyar, penduduk AEAN saja akan sampai kisaran 700 juta. Penduduk negeri ini saat itu akan berada di kisaran 280 juta. Saat itu masing-masing negara akan berjuang untuk sekedar bisa memberi makan yang cukup bagi penduduknya sendiri.
Jadi mau tidak mau negeri ini juga harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa memberi makan cukup bagi rakyatnya. Saya melihat ini masih bisa dilakukan bila kita memulainya dengan langkah yang benar sejak saat ini.
Ada yang bisa dilakukan di tingkat masyarakat yaitu mengoptimalkan semua lahan yang ada, tanah yang mati-pun oleh Allah kita diberi resep untuk menghidupkannya. Dari Dia pula kita diberi tahu cara untuk memperbaiki lahan dan tanamannya agar bisa memberi makan yang cukup untuk semua.
Untuk kecukupan pangan tersebut sangat diperlukan kecukupan air, dan inipun mestinya tidak ada masalah karena air memang tersedia cukup. Hanya saja air tidak turun di sepanjang waktu dan tidak di seluruh tempat, maka tugas kalifah Allah di muka bumi ini antara lain adalah mengelola air tersebut agar kita bisa mengelola kehidupan dengan benar.
Lalu ada yang harus dilakukan pemerintah - yang seolah mustahil dilakukan nya kini – tetapi nantinya akan terpaksa juga harus dilakukan, agar semua penduduk negeri ini bisa makan. Apakah misalnya pemerintah akan diam melihat penduduknya tidak bisa makan, sementara masih banyak sekali lahan kita yang terlantar – tidak diapa-apakan oleh pemiliknya ?
Tentu tidak, lahan-lahan yang tidak dimakmurkan oleh pemiliknya lebih dari tiga tahun – pemerintah seharusnya dapat mengambil lahan tersebut untuk diberikan kesempatan pada yang mampu melakukannya. Bila tiga tahun tidak bisa, diambil lagi untuk diberikan ke yang lain lagi – sampai akhirnya lahan-lahan hanya dikelola oleh yang benar-benar mampu memakmurkannya.
Yang kedua yang bisa dilakukan pemerintah juga adalah membebaskan segala bentuk pajak kepada petani dan lahan pertaniannya – sejauh dia benar-benar dimakmurkan dan memberikan hasil yang cukup. Mengapa demikian ? karena petani adalah warga kehormatan yang menyiapkan makanan untuk kita semua, petani juga yang membayar zakat 5%-10 % jauh lebih tinggi dari zakat yang dibayar oleh para professional dan pedagang.
Inilah inti dari iGrow sebagai platform untuk menerapkan konsep bertani baru yang oleh majalah Forbes di atas disebutnya sebagai a first step in the right direction. Poin-poinnya saya tuangkan dalam infografik dibawah untuk memudahkan Anda yang tertarik untuk terlibat didalamnya, atau ingin ikut menyebar luaskannya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar