Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Kamis, 17 Maret 2016

Srikandi Tidak Sendiri

Srikandi Tidak Sendiri

Orang Jawa punya sejarah panjang dalam menyikapi perbagai persoalan hidup termasuk perdebatan-perdebatan yang ada di dalamnya, yaitu antara lain melalui nasihat-nasihat di cerita pewayangan. Mereka bahkan bisa menyelesaikan perdebatan persamaan jender dengan sangat indah, dengan meninggikan wanita – memberi peluang sebesarnya untuk unggul di bidangnya – tetapi tanpa meninggalkan kodrat kewanitaannya. Melalui cerita panah Srikandi yang terkenal itu, kita bisa menangkap pesan moral yang ada di dalamnya.

Diceritakan bahwa Srikandi adalah murid paling berprestasi dari sang guru memanah Arjuna, yang kemudian dipersunting untuk menjadi istri kedua oleh sang Guru. Murid istimewa inilah yang kelak ditakdirkan untuk bisa menjadi kunci kemenangan dalam perang besar Baratayudha.

Sepandai apapun memanah, Arjuna memang tidak ditakdirkan untuk bisa memenangi perang sendirian – dia tidak ditakdirkan bisa membunuh musuh bebuyutannya yaitu Resi Bisma, maka dia membutuhkan wanita yang ada di sampingnya untuk bisa memenangi peperangan besar itu.

Sebaliknya demikian juga sang istri, dengan kemampuan memanah yang luar biasa hasil asahan sang guru yang kemudian menjadi suaminya – dia juga tidak bisa dibiarkan sendirian. Dia membutuhkan suami yang senantiasa di sampingnya terutama untuk menguatkannya di saat-saat yang kritis.

Pada puncak peperangan Baratayudha, ketika takdir sudah di depan mata – Srikandi melihat peluang emas untuk menyambutnya – memanah sasaran utamanya yaitu dada Resi Bisma – tetapi justru saat itulah kodrat kewanitaannya muncul.

Srikandi sempat galau dan bimbang, sehingga ketika mengambil keputusan untuk memanah-pun tidak dengan sepenuh hati. Panahnya menjadi tidak sekuat yang seharusnya, tidak cukup kuat untuk meluncur lurus ke sasarannya yaitu dada Resi Bisma.

Saat itulah sang suami yang juga sang guru, tahu betul kelemahan sang istri. Meskipun dia tahu bahwa panah sang istrilah yang akan membunuh musuh, tetapi akal sehat dia juga mengatakan bahwa panah sang istri tidak akan sampai sasaran – dia harus mengambil keputusan yang sangat cepat – untuk merealisasikan takdir dengan ikhtiar maksimal yang dia bisa lakukan.

Secepat kilat dia menyambar anak panahnya sendiri dan diarahkan ke ekor anak panah sang istri. Ketika ujung anak panah Arjuna tepat mengenai sasarannya yaitu ekor anak panah Srikandi, menjadi sangat kuatlah keduanya untuk menghujam ke dada Resi Bisma.

Tidak ada lagi perdebatan antara keduanya, siapakah yang akhirnya membunuh musuh bebuyutan di perang besar Baratayudha ? Srikandi sendirian tidak bisa, demikian pula Arjuna tidak ditakdirkan untuk tugas spesifik ini. Hanya dengan kekuatan keduanyalah musuh itu bisa dikalahkan.

Bila orang Jawa kuno saja bisa menyelesaikan perdebatan persamaan jender, orang jaman modern ini pasti bisa melakukannya bila saja mereka tahu betul peran dan kodratnya masing-masing. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal