Menuju Syirkah Dalam Tiga Hal
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Bila saya sering membahas tentang pengelolaan lahan, air dan api/energi, itu karena memang tuntunan Uswatun Hasanah kita agar muslim itu bersyirkah dalam tiga hal tersebut. Tiga hal yang di luar sana disebut FEW (Food, Energy and Water) - menjadi perebutan dan bahkan alasan perang, dalam dunia Islam tiga hal ini malah bisa menjadi titik awal pemersatunya. Yaitu bila kita bisa mulai dari tiga hal ini, bersyirkah dalam hal-lainnya insyaAllah akan lebih mudah. Bagaimana kita bisa memulainya ?
Bahwasanya muslim harus bersyirkah dalam pengelolaan lahan – padang rumput atau sumber makanan, air dan api atau energi itu jelas adanya dalam petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (HR. Sunan Abu Daud).
Apa akibatnya ketika petunjuk ini kita abaikan- yaitu ketika kita tidak bersyirkah sesama kita ? sumber-sumber penghidupan yang utama kita berupa pangan, air dan energi dikelola oleh orang lain dan umat ini menjadi tidak mandiri dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan utamanya. Ketika kita tidak mandiri dalam hal kebutuhan pokok, kita mudah diperdaya dalam berbagai urusan lainnya.
Dalam pengalaman kami saja, sebaik apapun kami mendidik anak-anak dalam jaringan pendidikan Kuttab Al-Fatih – tetap saja ada satu dua orang tua yang merasa ada yang kurang pas dalam sikap politik kami misalnya, bahkan ada yang sampai menarik anaknya keluar dari sekolah kami.
Tetapi rombongan orang tua yang sama, tetap datang ke majlis-majlis kami ketika mereka ingin belajar berternak domba/kambing, belajar bertani secara Islam, teknologi herbal dlsb. Maka berangkat dari hal-hal yang mudah kita sepakati inilah umat ini insyaAllah bisa mulai bersyirkah.
Lantas dari mana kita mulainya secara konkrit ? kita diajari Allah untuk memikirkan bagaimana lebah membuat rumahnya.
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia . kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan". (QS 16:68-69)
Lebah membuat rumahnya tidak memulainya dari satu titik, tetapi sejumlah lebah memulainya dari berbagai titik yang berlainan satu sama lain. Tetapi karena semua di-guided dengan wahyu yang sama, ketika rumah lebah tersebut jadi – manusia akan sulit menemukan titik-titik sambungannya – karena rumah lebah menjadi satu kesatuan yang utuh – tanpa ada bekas dimana masing-masing sambungannya berada.
Rabb yang sama yang memberi wahyu kepada lebah tersebut juga memberi wahyu kepada manusia melalui nabi-nabiNya. Jadi sejauh kita semua berpegang pada wahyu yang sama dan tuntunan yang sama dari nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka insyaAllah kita akan bisa membuat rumah bagi umat yang utuh – tanpa kelihatan titik sambungnya – meskipun kita mulai dari sejumlah titik yang berbeda.
Titik yang kami mulai adalah titik dimana umat ini harus mulai bersatu mengurusi kebutuhan pokoknya yaitu food, energy and water (FEW) yang sesuai juga dengan tuntunan Nabi dalam hadits tersebut di atas yaitu kita diperintahkan bersyirkah. Seperti apa bentuk syirkah tersebut ?
Untuk bersyirkah dalam urusan lahan, kita telah mulai dengan berbagai produk KKP (Kepemilikan Kebun Produktif), SKP (Sertifikat Kepemilikan Pohon) dan produk-produk berbasis iGrow (www.igrow.asia) yang bahkan telah mulai mengukir prestasi internasionalnya dua tahun berturut-turut yaitu di ajang Asia Startup dan Euro-Asia Startup baru-baru ini.
Project iGrow adalah small win yang bisa menjadi bukti bahwa umat ini bisa bersatu mengelola lahan seperti yang dianjurkan dalam hadits tersebut di atas. Ratusan hektar lahan kini telah kita kelola bersama dalam system pengelolaan yang diakui oleh dunia startups tersebut di atas.
Berangkat dari keberhasilan di iGrow ini, insyaAllah dalam waktu dekat kami akan meluncurkan produk yang lebih besar yang kami sebut nama generiknya Agropolis. Ini adalah solusi integral untuk mengatasi berbagai problem masyarakat perkotaan seperti urbanisasi, kesinambungan supply pangan, kemacetan, krisis udara bersih, lapangan pekerjaan, pendidikan dlsb.
Penjelasan detilnya masih sedang kita persiapkan, tetapi bagi Anda yang sudah bisa menangkap peluangnya dan ingin bergabung dalam team awal – silahkan menghubungi kami.
Dalam urusan energi umat inipun harus mulai dari petunjukNya, Al-Qur’an bicara apa tentang api atau energi ? Al-Qur’an bicara tentang sumber api yang berasal dari pohon yang hijau (QS 36:80 dan QS 56 :71-72).
Dalam hitungan manusia bisa saja sumber energi yang paling efisien itu tenaga nuklir, yang paling bersih adalah tenaga hydro, yang paling melimpah adalah tenaga matahari. Tetapi ketika Allah mengisyaratkan api yang berasal dari pepohonan yang hijau, pasti sumber energi yang satu ini memiliki keunggulannya tersendiri.
Bahan baku energi biomassa – berasal dari semua yang tumbuh di sekitar kita. Teknologinya dari yang kuno sampai paling modern tersedia. Tidak membutuhkan modal besar untuk mengelola energi yang satu ini, maka umat bisa segera mengelolanya bersama-sama.
Bagi Anda yang tertarik di bidang energi biomassa ini, kami juga telah sediakan wadahnya yaitu Biomass Energy Indonesia yang bisa kita elaborasi bareng segala peluang dan tantangannya – silahkan menghubungi kami untuk ini.
Tantangan yang kini ada di depan mata adalah permintaan salah satu walikota yang ingin mengolah sampah padatnya (Municipal Solid Waste – MSP) menjadi pellet biomassa. Yang kami butuhkan segera adalah mesin pencacah/penepung biomassa sampai pembuat pelletnya, penawaran dari China sudah kami peroleh – tetapi kita ingin mesin-mesin seperti ini adalah karya anak bangsa, kita harus bisa membuatnya sendiri !
Untuk masalah ketiga yaitu air, kami merintis jalannya dengan mengeliminir alasan mengapa air harus dijual belikan awalnya. Yaitu alasan untuk membayar biaya pengemasan, distribusi dlsb. Maka yang kami mulai dahulu adalah mengembalikan ke sunnah penggunaan tempat minum dari kulit atau yang dikenal dengan Qirbah.
Kami telah mulai melatihkan siapa saja yang tertarik belajar membuat Qirbah dapat belajar di Startup Center – Jl. Juanda 43 Depok pada hari dan jam kerja Senin sampai Kamis setiap pekannya.
Setelah masyarakat nanti rame-rame bisa membuat Qirbah, masyarakat akan mulai suka menggunakannya. Saat itulah akan mulai turun kebutuhan air dalam kemasan, dan mulailah era baru pengelolaan air oleh umat untuk umat.
Tentu dalam tiga hal tersebut-pun Anda bisa memulainya dari titik-titik yang berbeda sebagaimana lebah membuat sarangnya tersebut di atas, tetapi bila Anda ingin memulai dari titik yang sama dengan kami – silahkan Anda bergabung, bila tidak-pun secara bersama-sama kita tetap bisa membangun bangunan Islam yang utuh tanpa sambung sejauh kita tetap berpegang pada dua hal yang sama yaitu Al-Quran dan sunnah-sunnah nabiNya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar