Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 26 Oktober 2015

Cetak Biru Pertanian Andalusia

Cetak Biru Pertanian Andalusia

Tanaman-tanaman baru tumbuh di tanah yang semula dianggap tidak bisa digunakan, teknik baru untuk memperbaiki kondisi tanah, irigasi ke tanah-tanah yang kekurangan air, hukum yang mengijinkan seseorang menguasai lahan-lahan yang mati lebih dari tiga tahun, pajak yang rendah – telah membuat  desa-desa bukan hanya cukup memproduksi pangan bagi penduduk desa, tetapi juga menjadi pendorong tumbuhnya kota-kota baru yang spektakuler di seluruh wilayah Darul Islam”.

Kutipan tersebut bukan datang dari pemikir atau aktivis muslim yang merindukan hadirnya kembali kejayaan Islam di semua sektor kehidupan, tetapi dari seorang professor di bidang sejarah ekonomi dari University of Toronto yaitu Professor Andrew M. Watson dalam bukunya “ Agricultural Innovation in the Early Islamic World” (Cambridge University Press, 1983).

Buku setebal 260 halaman yang sangat sarat dengan referensi sejarah – yang mayoritasnya ditulis oleh ulama-ulama Islam pada jamannya masing-masing ini mencover detail revolusi pertanian Islam dari awal abad ke 2 H (8Masehi) sampai abad 6 H (12 Masehi).

Paragraf pendek di awal tulisan saya tersebut adalah intisari dari revolusi pertanian Islam itu. Pertama adalah tidak ada lagi istilah lahan yang tidak bisa digunakan – karena Allah-pun memberi petunjukNya untuk cara menghidupkan bahkan bumi yang mati sekalipun (QS 36:33).

Kedua, selalu ada cara untuk memperbaiki kondisi tanah yang semula tidak produktif menjadi tanah yang paling produktif. Unsur-unsur perbaikan hara tanah itu tersedia melimpah di sekitar kita baik yang berasal dari tumbuhan, maupun yang berasal dari hewan (QS 16:10-11).

Ketiga, karena sumber kehidupan itu adalah air, sedangkan air tidak turun sepanjang tahun, air juga tidak menetap di seluruh permukaan bumi – maka kita harus pandai-pandai mengelolanya. Mengelola air hujan yang turun seberapapun banyaknya, dan mengelola distribusinya dengan cara-cara yang paling efisien.

Keempat adalah system kepemilikan tanah yang mendorong orang harus memakmurkan lahannya, karena bila tanah sampai tidak produktif lebih dari tiga tahun – tanah tersebut kembali milik negara dan diberikan kepada yang bisa memakmurkannya.

Kelima adalah system pajak yang tidak memberatkan, para petani adalah para pejuang kehidupan yang menjaga ketersediaan pangan. Mereka adalah para pembayar zakat tertinggi 5 - 10% dari hasil buminya, maka mereka tidak boleh dibebani dengan biaya-biaya yang akan memberatkan mereka lagi.

Bila lima hal tersebut dilakukan, maka negeri manapun di dunia baik dahulu maupun kini insyaAllah akan menjadi negeri yang makmur, yang berkecukupan pangan dari swasembada negeri itu sendiri. Ini bukan teori, tetapi blue print atau cetak biru yang pernah benar-benar diwujudkan dalam negeri yang paling maju di jamannya – yang berlangsung berabad-abad lamanya.

Salah satu saja dari lima prinsip tersebut tidak terpenuhi, maka kecukupan pangan itu terganggu. Misalnya prinsip ke 4 di negeri ini tidak berlaku sama sekali, Anda boleh punya lahan seluas apapun yang Anda anggurkan bertahun-tahun lamanya – hanya karena Anda jadikan lahan untuk investasi tanah dan spekulasi harga.

Apa dampaknya ? Anda akan temukan berpuluh ribu hektar lahan di wilayah Jabodetabek, Jabar dan Banten saja – yang kini nganggur atau tidak produktif. Sementara kita semua teriak-teriak harga pangan mahal, ketersediaannya tergantung dari impor dari luar negeri.

Bagaimana kita bisa swasembada pangan – bila prasyarat untuk ini tidak terpenuhi ?

Mungkin perlu pejuang-pejuang politik yang ikhlas dan istiqomah jangka panjang untuk memperjuangkan hal-hal semacam ini, tetapi bagi kita rakyat kebanyakan juga tidak boeh menyerah dengan keadaan – kita hanya harus pinter-pinter beradaptasi saja.

Katakanlah prinsip ke 4 dan ke 5 tersebut belum bisa terpenuhi, kita bisa bekerja secara maksimal dengan tiga prinsip pertama – yaitu tidak ada tanah yang tidak berguna, selalu ada jalan untuk memperbaiki kondisi tanah dan berpandai-pandai dalam mengelola air/irigasi.

Saya sendiri merasa tertantang untuk fokus pada 3 hal tersebut – karena yang 4 dan 5 sementara ini diluar jangkauan saya. Maka setelah project Jonggol dan Blitar kita jadikan arena pembelajaran selama lima tahun terakhir, waktunya menyebar luaskan dan mengajak masyarakat yang lebih luas lagi untuk mau bekerja keras memakmurkan bumi ini.

Project berikutnya yang sudah dalam persiapan insyaAllah di Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta, kemungkinan besar model KKP (Kepemilikan Kebun Produktif) yang akan kami jalankan, sehingga Anda para (calon) pemilik lahan produktif tidak lagi harus belajar dari nol untuk memakmurkan bumiNya ini.

Agar harga tanah tidak keburu naik di lokasi-lokasi yang kami targetkan tersebut, lokasi tepatnya belum kami umumkan – tetapi bagi Anda yang serius ingin bergabung sudah bisa mencatatkan minatnya dahulu untuk memperoleh informasi yang lebih detil.

Blue print kemakmuran berbasis pertanian itu pernah terwujudkan selama berabad-abad bahkan di negeri kering yang curah hujan tahunannya hanya 636 mmm/tahun. InsyaAllah kita minimal bisa sama atau bahkan lebih baik karena negeri ini memiliki curah hujan rata-rata di atas 2,700 mm/tahun.

Sekering-keringnya wilayah kita, masih lebih basah dari Andalusia di puncak kejayaannya. Mengapa kita tidak tergerak untuk mengadopsi karya para ulama-ulama pada jamannya tersebut ? InsyaAllah kita bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal