Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Kamis, 04 Januari 2018

Energy Penggerak Peradaban

Energy Penggerak Peradaban

Sunatullah kehidupan selalu berputar dan balik ke awalnya, dan ini berlaku untuk semua yang di ada di alam ini. Manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah, maka demikian pula sunatullah api atau energy. Dia berasal dari pohon yang hijau (QS 36:80) dan akan selalu kembali ke pohon yang hijau. Kehidupan akan menjadi jauh lebih mudah manakala kita bisa memahami sunatullah ini kemudian mengikutinya.

Kita beruntung yang hidup di jaman ini yang mau mentadaburi bagaimana proses api itu diciptakan, kemudian menggerakkannya untuk kebaikan kehidupan manusia. Allah menciptakan api dari pohon yang hijau, dan kita masih bisa saksikan hingga kini di desa-desa di seluruh nusantara, di negara-negara Asia Selatan dan negara-negara Afrika di selatan Sahara.

Mereka masihmenggunakan kayu bakar secara harfiah lengkap dengan segala macam kesusahan dan permasalahannya. Mereka melakukannya bukan karena pilihan tetapi keterpaksaan, bahan bakar yang lebih maju tidak ada atau tidak terjangkau oleh mereka.

Kita juga mengalami era kompor minyak tanah, keluarga kita di kampung menggunakannya selama kurang lebih empat dasawarsa dari tahun 70-an sampai tahun 2000-an ketika pemerintah mulai meniadakan bahan bakar yang satu ini. Kepergiannya banyak ditangisi ibu-ibu di desa, karena ini bahan bakar yang terjangkau dan bisa dibeli dengan eceran - meskipun harus disubsidi.

Lalu datanglah era si melon, seperti gadis cantik primadona desa – semua memburunya. Si melon hijau memang terjangkau, tetapi keberadaannya juga memerlukan subsidi yang sangat berat – sekitar Rp 5,000-an per kilogramnya. Anggaran pemerintah mencapai sekitar Rp 20 trilyun per tahun untuk men-subsidi ini saja.

Maka tidak heran dari waktu ke waktu pemerintah pasti akan mengetatkan bahan bakar yang disubsidi ini, dan ini wajar saja agar subsidi tidak jatuh ke tangan yang tidak berhak. Konon tahun ini akan mulai diberlakukan kartu bagi yang berhak menerima subsidi bahan bakar gas yang bersubsidi ini.

Sebenarnya ada sumber energy lain di sekitar kita yang mudah penggunaannya, yaitu listrik. Namun listrik tentu tidak murah, bahkan untuk per kilo kalorinya – memasak dengan listrik adalah yang paling mahal. Ongkosnya bisa dua kali gas dan empat kali kayu bakar.

Alhamdulillah di usia kita insyaAllah kita akan menyaksikan kembalinya bahan bakar itu ke arti harfiahnya kebali yaitu dari kayu yang hijau, teknologi yang kami kembangkan mendekati siap untuk memasuki tahap komersial. Tetapi mengapa kita harus repot-repot kembali ke kayu bakar ini ?

Pertama adalah ongkos bahan bakar itu sendiri. Dari kajian kami, memasak satu liter air sampai mendidih dengan kayu bakar ongkosnya di Jakarta Rp 24,- ; dengan gas Rp 74,- dan dengan listrik Rp 128,-. Factor biaya inilah yang akan menjadi penggerak utama masyarakat untuk kembali ke kayu bakar.

Di luar factor harga tersebut sebenarnya ada kepentingan lain yang lebih besar dari sekedar harga, yaitu renewability dari bahan bakar itu sendiri. Bahan bakar minyak kita sudah akan habis dalam rentang dasawarsa ini, bahan bakar gas juga tidak selamanya ada karena dia tidak bisa diperbarui.

Minyak, gas dan batubara adalah bahan bakar fossil yang perlu waktu ratusan juta tahun untuk pembentukannya – jadi ketika dia habis, umur kita tidak memungkinkan untuk menyaksikan ketersediaannya kembali.

Sebaliknya bahan bakar dari kayu yang hijau bisa kita tanam sekarang dan dipanen dalam satu atau dua tahun ke depan. Bahkan kalangan peneliti sudah mengerucut ke tanaman-tanaman tertentu untuk menjadi unggulannya, salah satunya adalah Kaliandra Merah atau Calliandra calothyrsus.

Berbeda dengan penduduk di desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal kita, penduduk di Asia Selatan dan di Afrika di selatan Sahara – yang menggunakan kayu bakar karena terpaksa, negara-negara maju seperti Inggris, Jepang dan Korea Selatan tercatat merupakan negara yang terdepan dalam kembali ke bahan bakar kayu ini.

Di negara-negara tersebut bahan bakar kayu dalam bentuk chip maupun pellet bahkan disubsidi oleh negaranya karena dianggap bahan bakar yang bersih da bersifat carbon neutral, emisi ketika digunakan terkompensasi oleh tanaman yang ditanam untuk memproduksi bahan bakunya. Melihat peluang ini, juga negara-negara maju yang sudah paling depan menggarapnya – eksportir kayu bakar dalam bentuk pellet terbesar saat ini adalah Amerika dan Canada.

Karena mereka menggunakan kayu bakar bukan karena keterpaksaan tetapi karena pilihan, mereka bisa memilih teknologi dan sumber bahan bakunya. Teknologinya dipilih yang paling efisien kebutuhan bahan bakarnya dan paling minimal emisi pencemarnya, sedangkan untuk bahan baku mereka meng-impor dari produsen di negara-negara maju yang setiap produk bisa dilacak asal usulnya.

Maka inilah yang juga harus kita mulai lakukan, sebelum kita terpaksa harus kembali menggunakan kayu bakar – mari kita kembali ke kayu bakar ini karena pilihan. Kita bisa memilih teknologi terbaik yang bisa kita kembangkan, dan sumber bahan baku terbaik yang selalu ditanam ulang.

Value chain dari proses kembali ke kayu bakar ini akan menguntungkan semua pihak. Bagi negara akan bisa menurunkan subsidy bahan bakar sekaligus membangun energy security. Bagi rakyat akan ada desentralisasi ekonomi – merata ke seluruh penjuru tanah air untuk memproduksi kayu bakar ini – sampai ke desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal

Untuk kalangan peniliti, saya tahu banyak yang sudah mengembangkan berbagai teknologi terbaik selama empat dasawarsa ini – maka kinilah waktunya untuk membuat karya Anda membumi dan dipakai masyarakat luas.

Kesempatan terbaik tentu juga untuk para startupers – calon-calon pengusaha belia yang eager untuk solve something big. Maka sektor energy inilah problem besar dunia yang berarti juga peluang besar bagi yang bisa mengatasinya, dan bila Anda tertarik  - Anda juga bisa bergabung dengan team Indonesia Startup Center yang akan menjadikan energy sebagai salah satu target penggarapannya mulai tahun 2018 ini.

Bersama-sama, kita insyaAllah berpeluang untuk menjadi pelaku perubahan peradaban yang digerakkan oleh energy baru dan terbarukan ini. Habungi kami di : ceo@iou.id bila Anda tertarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal