Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Selasa, 28 November 2017

After Oil

After Oil

Kalau ada krisis yang begitu imminent – dekat kedatangannya karena bisa dihitung dengan mudah, itulah krisis bahan bakar minyak. Kita hanya punya cadangan 3.23 milyar barrel per tahun 2016, kita ambil 831,100 setiap hari – maka kapan cadangan tersebut akan habis ? sekitar tahun 2027 ! Jadi pasca tahun 2027 amat besar peluangnya kita tidak lagi punya sumber bahan bakar minyak, so what ?

Impor saja seperti yang selama ini toh bisa kita lakukan ? belum tentu bisa semudah itu. Karena bersamaan dengan kita kehabisan cadangan minyak – negeri-negeri maju juga kehabisan cadangan mereka. Inggris dan Jerman akan lebih dahulu habis dari kita, Amerika habis bersamaan dengan kita, dan Perancis menyusul setahun kemudian.

Jadi pada saat minyak kita habis, pasar minyak di dunia yang masih diproduksi oleh Saudi Arabia, Canada, Russia, Iraq, Iran dlsb akan diperebutkan habis-habisa oleh negeri-negeri maju yang sudah kehabisan minyaknya tersebut. Krisis akan memuncak 6-7 tahun kemudian ketika India dan China juga akan kehabisan minyaknya secara hampir bersamaan.

Saya banyak sekali menulis tentang hidup setelah minyak habis atau after oil ini, bukan untuk menakut-nakuti – tetapi mumpung masih ada waktu, ayo kita buat persiapannya secara maksimal. Agar kita dan utamanya anak cucu kita, bisa survive di era after oil tersebut.

Menguraikan masalah adalah satu hal, tetapi memberikan solusi itu yang lebih utama. Lantas apa solusi yang saya tawarkan ? Saya tidak memberi solusi berbasis nuklir, solar energy, laut, angin dlsb. biarlah yang ini diberikan oleh para ahlinya masing-masing. Saya menawarkan solusi yang saya tahu detilnya, yaitu melalui dunia pertanian.

Dari sudut pandang ini, ada tiga langkah yang bisa kita lakukan untuk bisa survive di era after oil. Tiga langkah ini saya singkat ASA (Aware, Save and Adopt), dan ASA dalam bahasa kita juga berarti keinginan yang sangat kuat disertai kemauan untuk bekerja keras mewujudkannya.

After Oil
Pertama adalah menyadarkan masyarakat secara keseluruhan, baik sebagai penduduk biasa maupun sebagai pimpinan negara – bahwa masalah ini ada dan begitu dekat, jadi harus ada sense of crisis. Kalau kita tidak sadar akan adanya masalah ini, atau kita tahu tetapi cuek – maka kasihan sama anak-anak dan cucu kita yang akan menghadapi era itu tanpa persiapan.

Dalam dunia perencanaan keuangan ada istilah fail to plan is plan to fail, gagal membuat perencanaan adalah sama dengan merencanakan untuk gagal. Maka waktunya sekarang untuk membuat perencanaan dan berbuat yang kita bisa.

Kedua adalah menghemat yang masih tersisa, bagaimana caranya ? sudah saya jelaskan melalui tulisan sebelumnya Save Fuel – Safe Earth. Selain mengurangi konsumsi, kita bisa meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar yang ada dengan bioadditive – additive bahan bakar yang berasal dari tanaman.

Kita hanya perlu menanam sekitar 160,000 ha tanaman essential oil tertentu seperti Citronella (Sereh Wangi) yang dapat digunakan untuk efisiensi bahan bakar antara 20%-40% tergantung jenis mesin, kondisi mesin  dan komposisi bahan bakar yang digunakan. Luasan ini seolah besar, tetapi hanya sekitar 0.45% dari lahan komersial yang kita miliki. Maka kalau ini dilakukan, cadangan minyak yang ada akan dapat diperpanjang umurnya menjadi total 12 sampai 14 tahun lagi.

Artinya cadangan minyak kita tidak jadi habis tahun 2027, tetapi mundur menjadi 2029 atau bahkan 2031. Pengunduran era after oil ini akan menambah waktu kita untuk melakukan persiapan energi alternatif lainnya – sehingga lebih memungkinkan kita untuk siap pada waktunya.

Ketiga adalah memanfaatkan waktu yang masih ada antara 10 tahun (kalau kita tidak mengadopsi strategi ke dua) sampai 14 tahun ( kalau kita adopsi), untuk bener-bener menggali sumber energi alternatif pengganti bahan bakar ini.

Dari sisi sumber energi biomassa yang terkait dengan pertanian dalam arti luas, saya melihat peluangnya itu sangat besar. Dari luasan lahan sawah, perkebunan dan hutan komersial saja, kita punya sekitar 36 juta hektar yang menghasilkan limbah biomassa – di luar hasil utamanya sendiri –sebesar 660 juta ton biomassa per tahun.

Bila 10 %-nya saja bisa kita konversi menjadi liquid fuel – bahan bakar cair dengan teknologi yang ada saat ini, yang kemungkinan akan berkembang pesat dalam satu dasawarsa ke depan – ini insyaAllah cukup untuk menggantikan setara 200 hari  produksi minyak bumi kita sekarang.

Masih akan kurang memang, tetapi sumber-sumber yang lain kan masih banyak seperti sinar matahari, laut, panas bumi dlsb. Bila semuanya digarap dengan penuh ASA oleh para ahlinya,  insyaallah secara keseluruhan akan mencukupi untuk menyediakan energi yang kita butuhkan di era after oil tersebut di atas.

Tentu tidak akan ada yang mudah prosesnya, perlu tetesan-tetesan sweat, tear and blood kita sebelum itu semua bisa dicapai. Perlu tetesan-tetesan keringat, air mata dan bahkan darah kita untuk menyiapkan generasi ke depan yang harus hidup di jaman ketika minyak tidak lagi menetes. Will we do it ? InsyaAllah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal