Ketika Perut Nabi Diganjal Batu
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Karena akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu adalah Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an adalah jawaban untuk segala persoalan – maka kita juga tentu bisa menyelesaikan masalah-masalah yang pelik dalam kehidupan ini dengan merujuk kepada apa yang dilakukan oleh Nabi. Seperti juga Al-Qur’an yang menjadi sumber inspirasi penggalian ilmu yang tiada habisnya, hal yang sama bisa dilakukan dengan hadits-hadits yang sahih. Inspirasi berikut saya peroleh dari hadits panjang ketika Nabi harus mengikat batu di perutnya.
Dalam perang Khandaq ketika langkah penggalian parit oleh para sahabat terhalang oleh batu besar yang tidak bisa mereka pecahkan, Nabi harus turun tangan sendiri. Saat itu Nabi sudah tiga hari tidak makan – maka beliau mengganjal perut dengan mengikatkan batu pada perutnya. Degan perkasanya batu-batu besar yang tidak bisa dipecahkan oleh para sahabat, berhasil beliau pecahkan berkeping-keping.
Pertanyaannya adalah bagaimana Nabi bisa begitu perkasa meskipun tidak makan tiga hari ? Tentu karena beliau adalah Nabi pilihan – yang diberi kekuatan oleh Allah. Tetapi beliau juga uswah, apa yang dilakukan oleh beliau bisa menjadi contoh untuk diikuti umatnya – termasuk ‘mengikat batu’ di perut tersebut.
Lho, kita kan sudah bisa makan cukup – tidak perlu ‘mengikat batu’ di perut kita untuk menahan lapar. Nabi mengikat batu bukan hanya untuk menahan lapar, tetapi dalam peristiwa perang Khandaq tersebut – untuk membangkitkan energi yang luar biasa, memecah batu-batu besar yang tidak bisa dipecahkan oleh para sahabatnya.
Maka disinilah salah satu sumber inspirasi itu. Dalam ibadah khusus seperti sholat, puasa, haji dlsb – kita harus mengukuti apa yang dicontohkan beliau, yang tidak dicontohkan menjadi bid’ah. Tetapi di luar ibadah khusus, kita bisa melakukan apa saja – asal tidak ada larangannya untuk melakukan itu.
Untuk mencari pengobatan misalnya, kita boleh datang ke dokter dan tabib – asal tidak syirik. Dalam pengobatan pula berkembang berbagai pengobatan maju yang dikembangkan dokter-dokter modern seperti Jameel Al-Qudsi yang merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits.
Maka masih terkait dengan pengobatan ini pulalah saya ingin mengangkat masalah batu yang diikat di perut Nabi tersebut di atas. Kok bisa ya batu yang diikat diperut meningkatkan energi kita ?
Batu mengandung berbagai jenis mineral, karenanya tergantung pada mineral yang dikandungnya – ada electrical activities di batu yang menimbulkan gelombang electromagnetic. Hal yang sama juga terjadi pada tubuh manusia, sejumlah electrical activities terjadi di seluruh tubuh kita yang kemudian juga menghasilkan gelombang electromagnetic.
Ketika terjadi pertemuan constructive interface antar dua gelombang electromagnetic tersebut maka disitulah muncul kekuatan yang berlipat ganda. Sebaliknya bila terjadi destructive interface, akan hilang kekuatan kita. Selain itu juga mungkin terjadi distortive interface, yang mengacaukan kekuatan kita.
Yang terjadi pada Nabi ketika mengikatkan batu pada perutnya sangat mungkin itu adalah yang pertama yaitu terjadi constructive interface antara gelombang electromagnetic dari batu dengan gelombang electromagnetic yang ada pada tubuh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam – dan inilah yang bisa kita tiru.
Namun karena ini bukan bagian ibadah khusus yang harus persis seperti yang dilakukan oleh Nabi, kita tidak harus juga mengikatkan batu pada perut kita. Inpirasi cara kerjanya yang bisa kita tiru dan develop sesuai dengan jaman modern ini.
Benda-benda alami, benda yang asli di alam insyaAllah akan dengan mudah membangun constructive interface dengan tubuh kita. Sebaliknya benda-benda yang sudah dibuat atau dikutak-katik manusia, dia bisa destructive atau bahkan juga distortive.
Bebatuan alami, karakternya antara lain tergantung dari kandungan mineral yang menyusunnya. Batu-batu di alam ini bersamaan dengan waktu terus tergerus dan larut ke air hujan terbawa ke laut. Perhatikan karakter contoh batu di ilustrasi di atas, yang dipengaruhi oleh tiga hal Kalium (K), Natrium (Na), dan Calcium (Ca).
Kemudian perhatikan apa yang ada di garam, dimanapun garam itu diambil – tetap saja unsur-unsur K, Na dan Ca itu ada di dalamnya. Artinya apa ini ? Kalau batu diikat di perut menghadirkan kekuatan, ketika garam yang diikat di perut – efek yang sama insyaAllah juga terjadi. Dengan syarat garam tersebut adalah yang bener-bener murni, belum tercampur oleh zat-zat lain yang dibuat manusia.
Garam yang murni ini juga bukan sembarang garam yang berwarna putih mangkak yang dikeringkan langsung dari laut, karena air laut-pun kini tercemar oleh berbagai zat kimia yang membahayakan. Jadi harus garam murni yang diambil dari laut yang bener-bener bersih, atau prosesnya melibatkan pembersihan air laut dari pencemaran zat-zat yang tidak seharusnya ada di sana.
Mengapa kita pilih garam untuk pengganti batu yang diikat di perut ?, karena garam mudah cair. Bisa dipakai untuk mandi, merendam kaki bahkan juga bisa disemprotkan menjadi spray untuk terapi pengobatan berbagai penyakit. Dan bagi orang sehat, therapy garam inilah yang insyaallah juga bisa menghasilkan energi ekstra – yang diinspirasi oleh Nabi ketika mengikat batu di perutnya tersebut di atas. Mau coba ? Ayo datang ke Startup Center dan kita buktikan for free !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar