Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Selasa, 01 Agustus 2017

Men-Disrupt Kejumudan

Men-Disrupt Kejumudan

Kalau kita harus impor gandum, saya masih bisa paham – lha wong kita terlanjur suka makan roti dan mie sedangkan gandum tidak ditanam di negeri ini. Impor kedelei ? saya mulai kurang paham karena kedelai bisa tumbuh dimana saja di negeri ini, demikian pula dengan impor gula – kita menanam tebu sejak jaman Belanda. Yang membuat saya sungguh sangat tidak paham adalah mengapa kita harus impor garam ? Lha wong kita negeri bahari dengan total pantai yang terpanjang di dunia, masak harus impor garam sih ? pasti ada yang very-very seriously wrong dalam pengelolaan sumber daya alam kita !

Dan impor kita tidak tanggung-tanggung, bila pada umumnya setiap bulan kita mengimpor antara 100,000 – 300,000 ton dari Australia, India, China dan bahkan juga dari Jerman ! Bulan April 2017 lalu kita mulai melampaui angka psikologis atas – menjadi 320,000 ton. Dan tidak berhenti disini, impor garam masih akan terus meningkat. Mengapa ?

Menurut Assosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) kebutuhan garam kita – mayoritas kebutuhan untuk industri – mencapai 4.1 juta ton per tahun, sedangkan produksi nasional garam kita hanya di kisaran 1.7 – 1.8 juta ton per tahun. Artinya, lebih dari separuh kebutuhan garam kita harus diimpor.


Pertanyaannya adalah, mengapa kita tidak memproduksi cukup ? bukankah bahan baku melimpah di negeri ini ? Pertanyaan inilah yang harus dijawab. Dan yang menjawab jangan unsur pemerintah, karena kalau yang menjawab mereka – jawabannya sudah keluar, yaitu impor saja untuk memenuhi selisih antara kebutuhan dan produksi.

Juga jangan dijawab oleh para pedagang garam, sederhana – mereka akan memilih untung yang paling mudah dan cepat – lagi-lagi dengan meng-impor saja. Jangan pula oleh para pengamat, karena mereka penonton sepak bola – bisa berkomentar tetapi tetap mereka tidak bisa main bola.

Jangan oleh para politikus, karena isu garam-pun bisa menjadi komoditi politik. Jangan pula hanya menjadi kajian akademis, untuk skripsi S1 sampai S 3 – karena setelah mereka lulus mendapatkan gelar sarjana atau bahkan Doktor – karya mereka akan berakhir di perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi.

Jadi siapa yang harus menjawab tantangan garam ini ? Berikan dia pada anak-anak muda – ataupun yang berjiwa muda - yang inovatif dan kreatif, yang bisa melihat tantangan besar sebagai peluang besar. Yang melihat penakhlukan masalah besar ini sebagai misi hidupnya, sebagai alasan mengapa dia dilahirkan !

Betul kita diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya, tetapi ibadah itu luas – ada yang fardu a’in , ada yang fardhu kifayah. Fardhu a’in insyaAllah kita selalu berusaha melaksanakannya, tetapi bagaimana dengan fardhu kifayah ?

Fardhu kifayah bukan hanya memandikan dan mensholatkan jenazah, fardhu kifayah termasuk menyelesaikan urusan-urusan yang dihadapi umat, harus ada sebagian dari umat ini yang menyelsaikannya – bila tidak, maka umat secara keseluruhan akan menderita akibatnya.

Bayangkan kalau garam ini menjadi terlalu mahal untuk sebagian masyarakat, maka makanan apapun menjadi tidak enak bila dia tidak ada. Dan bukan hanya ini, garam memiliki kedudukan tersendiri dalam komoditi utama di perdagangan Islam. Dia disebut bersama emas, perak, gandum, beras gandum, kurma.

“(Jual Beli) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras gandum dengan beras gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam harus sama berat dan dari tangan ke tangan (tunai), bila jenisnya berbeda lakukan sesuka kamu asalkan dari tangan ke tangan (tunai)”

Artinya adalah sebagaimana abadinya agama ini hingga akhir jaman, maka urusan garam akan tetap menjadi urusan yang utama bagi umat – sama dengan urusan tentang emas, gandum dan kurma. Bayangkan kalau ngurus garam saja kita tidak bisa, bagaimana bisa mengurus yang lain ?

Jadi siapa yang akan menangani urusan garam yang sangat penting bagi kehidupan umat ini ?

Ketika kota-kota besar di dunia tidak ada yang sanggup mengatasi kemacetan, ada perusahaan-perusahaan startup – yang tumbuh dengan amat sangat cepat – seperti Uber, Go-Jek dan lain sebagainya. Mereka tentu tidak juga bisa mengatasi kemacetan, tetapi setidaknya mereka-mereka ini bisa ‘mengakali’ kemacetan itu.

Ketiga terjadi ketimpangan pasar, dimana hanya yang kaya yang mampu menyewa kios-kios pasar yang mahal, jalur-jalur perdagangan strategis didominsai segelintir pemain – bergaya kartel,  muncul startup model seperti Bukalapak dan teman-temannya yang memberi harapan dan peluang bagi si kecil dan menengah yang tentu juga ingin cepat besar.

Dan setelah 70 tahun merdeka, tujuh presiden berganti – petani tidak kunjung ikut ‘merdeka’, mereka menjadi bagian dari masyarakat yang daya belinya tidak kunjung terangkat – hingga anak-anak petani-pun harus mau jadi presiden, dokter dan insinyur – ada iGrow yang mengajak mereka untuk kembali mau bertani juga – tidak ada salahnya untuk tetap menjadi petani !

Dengan contoh-contoh tersebut, maksud saya adalah begini – kita harus bisa mem-disrupt kejumudan pemikiran kita, karena tanpa pemikiran yang disruptive ini – kita akan terus dihadapkan pada masalah-masalah yang sulit kita pahami – seperti impor garam dari Jerman tersebut di atas !

Namun agar tidak berhenti seperti pemain bola yang hanya bisa berkomentar, agar Allah tidak marah karena kita hanya bicara tanpa berbuat – ayo kita buktikan bareng-bareng bahwa kita bisa mengatasi masalah garam yang besar ini menjadi peluang besar. Tertarik ? silahkan kirim email dengan ide Anda – maksimal 2 halaman atau 2 menit presentasi, keriman ke :ceo@iou.id (I Owe You Indonesia !)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal