Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Jumat, 01 April 2016

Keharuman Maknawi dan Keharuman Harfiah

Keharuman Maknawi dan Keharuman Harfiah

Kita sering mendengar istilah mengharumkan bangsa atau keharuman bangsa, tetapi selama ini istilah tersebut adalah hanya arti kiasan untuk prestasi dalam dunia olah raga, seni dlsb. Keharuman bangsa yang saya jadikan judul kali ini adalah makna harfiah sekaligus maknawiyah, bahwa suatu bangsa seperti kita bisa benar-benar berbau harum – yaitu bila umat yang merupakan porsi terbesar dari bangsa ini dapat mengikuti sepenuhnya sunnah uswatun hasanah kita. Ada perintah untuk menjaga keharuman ini dan ada contoh langsung pada diri Beliau.

Perintahnya antara lain ada di hadits shahih Bukhari berikut : “ Mandilah pada hari Jum’at dan basuhlah kepala kalian sekalipun tidak sedang junub, dan pakailah wewangian”. (Shahih Bukhari).

Lalu contoh langsung pada diri beliau antara lain ada di hadits berikut : “ Dari Anas Radliallahu ‘Anhu, dia berkata : “Tidaklah aku ingin melihat Beliau berpuasa dalam suatu bulan kecuali aku melihatnya, begitu juga tidaklah aku ingin melihat Beliau tidak berpuasa, pasti aku juga bisa melihatnya. Dan saat Beliau berdiri sholat malam melainkan aku melihatnya begitu juga bila Beliau tidur melainkan aku juga melihatnya. Dan belum pernah aku menyentuh sutera campuran ataupun sutera halus yang melebihi halusnya telapak tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan belum pernah pula aku mencium bau wewangian minyak kasturi dan wewangian lain yang lebih harum dari keharuman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”. (Shahih Bukhari)


Karena adanya perintah dan contoh langsung inilah maka dalam sejarah, penguasaan wewangian selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban Islam keseluruhan.

Bahkan salah satu temuan ulama-ulama Islam yang digunakan hingga jaman modern ini adalah peralatan dan teknik penyulingan minyak wangi menggunakan apa yang disebut alembic ( dari bahasa Arab Al-Anbiik) – hingga kini di industri parfum dunia tetap disebut alembic.

Ini adalah teknik penyulingan dengan menggunakan dua bejana yang dihubungkan melalui sebuah tabung. Inilah yang ditiru di seluruh dunia hingga kini dalam teknik penyulingan minyak atsiri yang merupakan bahan utama dari wewangian alami.

Teknik Penyulingan Dengan Al-Anbiik atau Alembic


Dalam Kitab Al-Filaha yang kami terjemahkan bulan Ramadhan lalu, Ibnu Awwam  menjelaskan teknik ini untuk menyuling minyak wangi dari bunga mawar. Penjelasan yang kurang lebih sama ada di kitab Mafatih Al-Ulum (Kunci-Kunci Ilmu Pengetahuan) yang ditulis oleh Al- Khawaritsmi, maupun dalam Kitab Al-Asrar (Kitab Tentang Rahasia-Rahasia) yang ditulis oleh Al-Razi.

Sejarah panjang penguasaan umat ini atas industri wewangian, kini nyaris tidak banyak bekasnya. Industri wewangian dunia dikuasai dunia barat, dan bahkan negeri yang memiliki sumber daya terbesar dari berbagai minyak atsiri yang menjadi bahan utama parfum dunia – yaitu negeri ini-pun tidak nampak upaya untuk mengunggulkan jenis industri yang satu ini.

Lantas apa yang bisa kita lakukan ? Pertama meluruskan niat dahulu, setelah niat kita lurus – insyaAllah segala sesuatunya menjadi ringan dan mudah, tiada terasa berat dalam menempuhnya. Niat tersebut kita luruskan yaitu untuk menjalankan perintah Nabi sekaligus juga mencontoh apa yang ada pada diri Beliau – kita ingin menjadi umat yang sewangi mungkin mendekati wanginya Beliau.

Next steps-nya adalah kalau umat ini ingin wangi, masak kita berikan ke orang lain supply wewangiannya ? Pertama kalau wewangian itu kita serahkan orang lain – kita tidak pernah tahu apa saja yang ada di dalamnya. Kedua ya aspek ekonomi, industri besar wewangian yang mentarget pasar muslim ini – mengapa tidak kita kuasai sendiri ? mengapa kita serahkan orang lain ?.

Dalam konteks inilah Alhamdulillah setelah Integrated Organic Farming Workshop yang kita adakan tiga pekan lalu, kita bisa menyusun kompetensi lengkap dari hulu ke hilir – yang dengan ini insyaAllah kita akan bisa mulai menguasai industri wewangian kembali.

Mulai dari budidaya tanaman minyak atsirinya, proses penyulingannya menjadi minyak sampai penguasaan pasar insyaAllah telah berkumpul kompetensinya. Bahkan team kami telah siap untuk melatihkannya bila ada di kalangan umat yang ingin terlibat dalam penguasaan kembali industri wewangian ini.

Bila industri wewangian dan perilaku umat yang mengikuti uswah kita tersebut akan membawa keharuman harfiah bagi bangsa ini, lantas bagaimana keharuman maknawiyahnya ? lebih dari prestasi olah raga dan seni, industri mewangian ini bisa menjadi salah satu pilar ekonomi negeri ini yang significant. Bagaimana caranya ?

Kita tahu negeri Belanda yang kecil, memiliki bunga Tulip yang hanya berbunga mekar dari bulan Maret sampai Mei – inipun cukup untuk menghadirkan industri pariwisata yang luar biasa bagi Belanda. Dan Tulip bukan asli Belanda, dia datang dari negeri muslim – yaitu dari Kekhalifahan Turki Usmani !

Bayangkan di Indonesia yang tidak mengenal musim, bunga-bunga bisa bermekaran hampir sepanjang tahun. Dan kita bukan hanya memiliki satu bunga – seperti bunga tulip-nya Belanda, kita memiliki beribu macam bunga. Ada mawar, melati, kamboja, kenanga dlsb yang semuanya memiliki nilai sangat tinggi setelah disuling menjadi minyak atsiri.

Bayangkan bila keindahan Puncak-Bogor dan daerah-daerah wisata lainnya – tidak lagi hanya berwarna hijau, tetapi berwarna-warni oleh aneka bunga yang silih berganti bermekaran – maka ini akan mendatangkan potensi ekonomi yang sangat kuat – karena bunga-bunga tersebut tidak hanya dilihat sebagai keindahan objek wisata, sebelum layu bunga dipetik dan diproses menjadi bahan baku minyak wangi.

Pekerjaan besar selalu harus dimulai dari langkah-langkah kecil yang kita bisa lakukan dahulu. Untuk industri wewangian yang ingin kita kuasai kembali ini, per pagi ini kami me-release project iGrow untuk menanam bahan baku minyak wanginya, yaitu dengan tanaman yang disebut Akar Wangi – Vetiveria zizanioides.

Pasar untuk ini sudah menunggu, teknik perbaikan hasil tanamannya insyaAllah sudah kami kuasai sekaligus juga teknik penyulingannya. Bahkan membuat alembic seperti yang ditulis oleh Al-Razi, Al-Khawaritsmi maupun Ibnu Awwam tersebut di atas team kami juga sudah sangat mampu melakukannya.

Lantas bagaimana Anda bisa terlibat dalam industri keharuman harfiah maupun maknawiyah ini ? Yang paling sederhana dan tidak butuh effort dan modal besar , Anda dapat menjadi sponsor iGrow untuk  tanaman Akar Wangi-nya. Cukup register dan melihat detilnya di www.igrow.asia.

Atau bila Anda ingin terlibat lebih jauh, mengembangkan kebun bunga sendiri dengan sasaran untuk bahan minyak atsiri, bahkan juga membuat industri penyulingannya sendiri dlsb. kami menyediakan pelatihannya secara taylor made – yang bisa disusun khusus sesuai dengan kebutuhan Anda, silahkan kontak event@agrore.com untuk ini.

Bagaimana dengan pasarnya ? insyaAllah tidak masalah juga karena bisa diintegrasikan dengan jaringan pasar yang telah ada di kami.

Dengan langkah-langkah kecil yang sudah benar-benar kita bisa mulai inilah insyaAllah bangsa dan umat ini akan kembali harum – secara maknawi maupun harfiah – bener-bener berbau harum. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal