Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Kamis, 16 Mei 2013

Kebunku Kebun Al-Qur’an…

Indahnya ilmu itu adalah bila dia dibagi, dia tidak berkurang tetapi malah bertambah. Itulah yang terjadi di situs ini, awalnya saya menulis sedikit tentang kebun. Kemudian para pembaca situs ini yang tahu lebih banyak menambahinya dengan ilmu-ilmu mereka. Ada yang menambahinya dari sisi perkebunan, science dan juga banyak yang menambahinya dengan Al-Qur’an. Maka pools of knowledge yang menggelinding seperti bola salju itu insyaAllah cukup untuk membuat grand design sebuah kebun yang tidak biasa, yaitu kebun yang berbasis Al-Qur’an. Apa isinya ?
Kebun ini di-design dengan petunjuk-petunjuk dalam sejumlah besar ayat-ayat Al-Qur’an – maka ayat-ayat inilah yang akan menjadi panglimanya, menjadi penentu arah dan pengambil kebijakan - akan dibawa kemana kebun ini nantinya. Kemudian tentu serangkaian ilmu-ilmu terapan seperti perkebunan, pertanian, biologi, bio-teknologi dlsb. akan dikerahkan sebagai prajurit – untuk mengimplementasikannya di lapangan.




Design Kebun Berbasis Al-Qur'an
Sebagaimana panglima yang akan mengambil kebijakan strategis, maka ayat-ayat yang terkait dengan ke-aneka ragaman hayati itu dipetakan dahulu. Untuk mudahnya kita pahami, ayat-ayat tersebut divisualisasikan dalam ilustrasi di samping.
Ukuran bulatan disesuaikan dengan banyaknya suatu jenis tanaman disebut di Al-Qur’an, ini kurang lebih mewakili tingkat kepentingan tanaman tersebut bagi kehidupan manusia. Misalnya kurma, disebut sampai sekurangnya 20 kali – maka kurma ini yang kita gambar paling besar. Dari kurma inilah kita memulai rancangan kebun kita ini.


Kemudian tanaman-tanaman lain ada yang disebut dalam sejumlah ayat berdampingan dengan penyebutan kurma. Misalnya anggur, disebut tidak kurang dari 9 kali berdampingan dengan kurma. Zaitun, tidak kurang 5 kali disebut berdampingan dengan kurma. Delima disebut 3 kali berdampingan dengan kurma, demikian pula biji-bijian.
Biji-bijian (leguminosa) bahkan dalam dua ayat disebut mendahulu tumbuhnya kurma (QS 36:33 ; QS 6:99), karena dia berfungsi sebagi tanaman perintis yang mengikat nitrogen dari udara. Dia mengantarkan lahan yang semula mati/gersang sampai layak untuk ditumbuhi kurma dan kemudian juga tanaman-tanaman lainnya.
Ada juga yang disebut tidak secara berdampingan tetapi masih dalam rangkaian ayat-ayat yang membahas hal yang sama, sehingga masih dalam konteks yang sama. Misalnya padi-padian yang melengkapi kebun kurma (QS 18:32) atau ditanam sesudah kebun kurma memancarkan air – setelah tanah subur (QS 36:35), untuk melengkapi kebutuhan tanaman pangan bagi manusia.
Dalam konteks yang sama dengan makanan bagi manusia, juga ada ayat yang mengisyaratkan pentingnya memperhatikan makanan ternak kita (QS 80 :32). Untuk itu kita juga harus menanam rumput-rumputan (QS 80 :31).
Ada juga pelajaran khusus dari Surga, yaitu tanaman buah pisang (QS 56:29) yang disebut di antara buah yang banyak – yang tidak disebutkan secara langsung namanya satu persatu (QS 56:32), disebut pula bahwa ada buah yang tidak berhenti dan tidak pula terlarang untuk mengambilnya (QS 56:33). Para ahli tanaman dan ahli buah tahu, bahwa pisang adalah buah yang tidak mengenal musim !.
Maka kurang lebih seperti ilustrasi di atas-lah isi kebun yang dirancang berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an itu. Mulai dari tanaman perintis dari jenis biji-bijian, kemudian masuk tanaman utama yaitu kurma. Berdampingan dengan kurma dalam jumlah mengikuti ukuran yang paling banyak adalah anggur, kemudian diikuti zaitun dan delima.
Untuk mengimbangi buah-buhan yang rata-rata ada musimnya masing-masing, diisi pula dengan buah yang tidak mengenal musim yaitu pisang. Di tanah subur yang terbentuk melalui ecosystem kebun ini, kemudian juga ditanam padi-padian seperti beras dan gandum – melengkapi makanan yang kita butuhkan.
Karena kita juga butuh makan daging, maka tidak lupa kita memperhatikan pakan ternak kita - untuk ini rumput-rumputan juga harus ditanam di tempat-tempat yang sesuai. Agar ternak kita tumbuh dengan gizi terbaik, maka di antara tanaman Anggur juga ditanam tanaman Alfaafa – yang secara khusus disebut sebagai tanaman yang bergizi tinggi.
Dalam Al-Qur’an bahasa Inggris terjemahan Yusuf Ali – QS 80 :26 diterjemahkannya menjadi and grapes and nutritious plants” (dan anggur dan tanaman bergizi tinggi), lebih menggigit ketimbang yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “anggur dan sayur-sayuran”. Professor Zaghloul El Naggar – penulis mu’jizat Al-Qur’an – mengartikan tanaman bergizi tinggi itu adalah Alfaafa (Alfalfa - Medicago sativa), karena secara ilmiah memang juga terbukti bahwa tanaman inilah jenis tanaman yang memiliki gizi paling tinggi itu.
Tanaman Alfaafa yang membutuhkan sinar matahari yang banyak untuk pertumbuhannya, bisa hidup berdampingan dengan anggur karena karakter anggur yang merambat. Rambatan anggur bisa dibuat vertical seperti pagar tanaman, sehingga dia tumbuh sempurna tanpa memerlukan space yang banyak. Anggur bersimbiose dengan alfaafa yang mempertahankan suhu tanah dan mengikat nitrogen banyak-banyak di akarnya – untuk kesuburan lahan yang dibutuhkan tanaman anggur.
Maka sekali lagi perhatikan pada ilustrasi di atas, betapa satu demi satu tanaman saling melengkapi. Ada yang menyuburkan lahan, ada yang menghasilkan buah, ada yang memancarkan mata air, ada yang memberi hasil bercocok tanam, ada yang tetap berbuah ketika yang lain tidak berbuah, ada yang menyediakan pakan untuk ternak – yang kemudian memberi daging dan susu bagi manusia.
Maka inilah kurang lebih kebun pangan yang bisa berkelanjutan untuk mencukupi pangan bagi manusia sambil terus menjaga lingkungan itu.
Tentu ibarat bola salju, design ini masih perlu terus disempurnakan oleh yang lebih tahu. Tetapi bahwasanya design ini insyaAllah akan menjadi design yang sustainable, karena sekarang-pun Anda bisa melihat buktinya design serupa yang telah hidup lebih dari 2,000 tahun dan sampai sekarang masih ada – yaitu bukti food forest yang ada di Marocco – yang dapat Anda saksikan video-nya di link ini.
Perhatikan baik-baik jenis-jenis tanaman yang disebutkan di video tersebut, Anda akan temukan hampir secara keseluruhan tanaman yang ada di design kebun berbasis Al-Qur'an tersebut di atas – juga ada terwakili di food forest yang berumur lebih dari 2,000 tahun ini.
Ketika petunjuk itu begitu jelas (QS 2:185), dan bukti ilmiahnya di muka bumi begitu nyata (QS 51:20) – Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?” (QS 55:13) ?
Jawabannya adalah tinggal kita ikuti petunjukNya itu dan semaksimal mungkin kita amalkan di lapangan. Insyaallah kami sedang merintis kebun percobaan ini di Jonggol, mudah-mudahan kelak bisa terus bisa disempurnakan oleh anak cucu kita dan digandakan di berbagai tempat lainnya. Tentu saja ini menyakut pekerjaan besar dan lama, maka melalui tulisan ini saya juga mengajak pembaca untuk membantu kami merealisasikannya – dengan cara apapun yang Anda bisa. InsyaAllah bersama-sama kita akan menggelindingkan bola salju yang lebih besar, bola salju yang memakmurkan dunia, bola salju yang menjadikan ayat-ayatNya sebagai panglima. InsyaAllah.
Catatan:
Hampir keseluruhan bibit tanaman yang ada pada design kebun tersebut di atas sudah kami kumpulkan untuk persiapan pengembang biakannya, yang belum ada adalah bibit pohon zaitun dan delima. Kalau di antara pembaca ada yang bisa membantu, insyaAllah akan menjadi amal yang berkelanjutan bagi Anda.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal