Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 15 Mei 2013

Entrepreneurship ‘Pak Ogah’…
Sudah lebih dari seperempat abad fenomena ‘Pak Ogah’ exist di jalan-jalan yang tidak dijaga oleh Polisi. Tikungan sempit, u-turn, jalur sempit untuk satu mobil, jalan rusak dan sejenisnya menjadi pasar bagi jasa informal yang kemudian secara umum kita mengenalnya sebagai ‘Pak Ogah’ ini. Sebagaimana ‘penjual jasa’ , mereka ada yang sukses dan ada pula yang tidak. Karena hampir setiap hari ketemu mereka ini di perjalanan dari dan ke rumah saya di Cibubur, saya bisa ‘mengamati’ siapa ‘Pak Ogah’ yang sukses dan siapa yang tidak – bagus untuk pembelajaran entrepreneurship bagi kita semua.
Jenis pertama adalah ‘Pak Ogah’ yang tidak sukses. Yang saya amati ini berada di jalan besar dua jalur dan masing-masing jalur bisa dilewati sampai empat mobil –jalan ini adalah Jalan Raya Alternatif Cibubur. Di salah satu u-turn di depan komplek kami CitraGrand, hampir sepanjang waktu u-turn ini tidak dijaga polisi, kecuali pada saat bapak Presiden kita pulang atau pergi ke rumahnya di Cikeas – yang membuat semua u-turn sepanjang perjalanannya dijaga polisi.
Inilah nampaknya salah satu pasar yang sudah di-‘kapling’ oleh sejumlah ‘Pak Ogah’ secara bergantian. Setiap ‘jam kerja’ masing-masing, umumnya ‘Pak Ogah’ yang bekerja di sini bekerja sendirian atau kalau berdua – masing-masing mengurusi satu jalur dengan tidak berkoordinasi satu sama lain.
Value Proposition 'Pak Ogah'
Mengapa saya kategorikan tidak sukses ‘Pak Ogah’ yang disini ?, lihat posisi yang diambil pada gambar 1 disamping. Dia selalu berdiri di kanan kita (pengemudi) – pas kita sedang memutar, mungkin maksudnya agar mudah menerima uang dari para pengemudi. Tetapi sangat sedikit pengemudi yang mau memberi uang ke ‘Pak Ogah’ yang mangkal di lokasi ini, mengapa ?
Pengemudi akan cenderung menengok kekiri – melihat mobil-mobil dari arah yang berlawanan, sehingga keberadaan ‘pak Ogah’ di sisi kanannya tidak memberikan value bagi si pengemudi. Jadi meskipun potensi pasarnya besar – jalan ini sangat padat bahkan cenderung macet, ‘Pak Ogah’-nya kurang bisa menangkap peluang yang ada – karena dia salah mengambil posisi sehingga tidak bisa memberikan value proposition yang berarti bagi ‘pasar’-nya.

Perhatikan bandingannya dengan ‘Pak Ogah’ lain yang bekerja secara team di terowongan bawah tol – yang menjadi jalan belakang bagi komplek kami dan komplek-komplek lain di Cibubur. Terowongan ini hanya bisa dilalui oleh satu mobil, jadi harus bergantian dari masing-masing arah – lihat di gambar 2.
Ini menjadi pasar 24 jam bagi team ‘Pak Ogah’ yang setiap ‘jam kerja’-nya minimal bertugas dua orang – masing-masing menjagai ujung terowongan. Hampir setiap mobil yang lewat terowongan ini selalu memberi uang ke ‘Pak Ogah’ di salah satu ujung terowongannya.
Mengapa para pengemudi cenderung memberikan uang ke team ‘Pak Ogah’ yang ini ?, karena mereka berhasil memberikan value bagi para pengemudi yang harus mengantri di ujung terowongan masing-masing menunggu gilirannya lewat. Tanpa keberadaan ‘Pak Ogah’ di masing-masing ujung terowongan tersebut, pasti akan terjadi masalah ketika mobil-mobil dari arah yang berlawanan bertemu di dalam terowongan. Dengan adanya team yang bekerja dengan komunikasi isyarat yang baik dari masing-masing ujung, potensi masalah tersebut dapat dihindari di jam-jam sibuk sekalipun.
Bagi team ‘Pak Ogah’ yang bekerja di terowongan ini, pasar sebenarnya tidak terlalu besar karena ini hanyalah ‘jalan belakang’ bagi komplek-komplek yang ada di daerah tersebut. Tetapi pasar yang tidak terlalu besar ini berhasil diolahnya dengan value proposition yang memang benar-benar dibutuhkan oleh ‘pasar’-nya. Mereka nampaknya juga punya team yang baik dan lengkap dengan metode berkomunikasi, berbagi hasil, berbagi jam kerja dlsb.
Lantas pelajaran apa yang bisa kita ambil dari dua jenis ‘Pak Ogah’ ini – yaitu yang sukses dan yang tidak ?. Yang tidak sukses hanya melihat potensi pasar yang besar, tetapi tidak berhasil merumuskan value proposition yang dibutuhkan pasarnya. Dia juga tidak membangun team yang bisa merealisasikan value proposition tersebut.
Yang sukses dia tidak harus menggarap potensi pasar yang besar. Pasar yang kecil sekalipun – tetapi bila pasar ini bener-bener dilayani dengan fokus, dengan value proposition yang dapat dirasakan langsung oleh ‘pasar’nya – maka pasar yang kecil inipun bisa menghasilkan pendapatan yang besar. Yang sukses ini bekerja secara team yang efektif dalam berkomunikasi dan berbagi waktu serta hasil.
Di bisnis apapun yang (ingin) Anda terjuni, siapkan value proposition ini secara maksimal – yaitu apa yang Anda (akan) berikan ke pasar Anda yang lebih dari yang lain, yang bener-bener menjawab kebutuhan pasar atau bener-bener mengatasi problem yang mereka hadapi. Untuk merealisasikan value proposition inipun sangat bisa jadi Anda butuh team yang mampu berkomunikasi dan berbagi dengan baik. InsyaAllah Anda menjadi ‘Pak Ogah’ yang sukses dibidang Anda masing-masing. Amin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal