Industry 0.0
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Sementara dunia ramai membicarakan implementasi konsep Industry 4.0, bahkan juga sudah mewacanakan Industry 5.0 - kita belum ada konsensus nasional sebenarnya kita tengah berada di industry jilid berapa dan hendak menuju kemana. Namun inipun tidak perlu dipermasalahkan, karena sesungguhnya kita bisa makmur bahkan bila kita mau menggunakan Industry 0.0.
Kita tahu industry 1.0 adalah ketika manusia mulai menggunakan mesin mekanis dengan penggerak air dan mesin uap untuk kegiatan produksi. Industry 2.0 ketika energi listrik mulai digunakan untuk kegiatan produksi dan konsep produksi massal mulau diterapkan. Indusry 3.0 adalah ketika teknologi informasi dan internet mulai berperan dalam proses produksI.
Industry 4.0 ketika mesin-mesin saling berkomunikasi satu sama lain dalam proses produksi, dan Industry 5.0 adalah ketika manusia sudah bisa langsung berkolaborasi dengan robot dalam kegiatan produksi. Lantas apa Industry 0.0 ? Ini adalah seperti back to the future, dari sisi zaman kita mundur ke belakang hingga 12 abad sebelum Industry 1.0 dimulai, tetapi dari sisi teknologi dan kemaslahatan masyarakat luas - bisa saja kita lebih maju dari Industry 5.0 sekalipun. Kok bisa ?
Bila di industry 5.0 manusia berkolaborasi dengan robot untuk kegiatan produksi, Industry 0.0 manusia sudah bisa bekerjasama dengan makhluk Allah lainnya yang tidak kasat mata untuk kegiatan produksi yaitu mikroba. Industry 0.0 manusia juga menggunakan sumber daya alam yang melimpah tanpa merusak atau mencemarinya, misalnya tenaga matahari.
Tenaga matahari sudah ribuan tahun digunakan oleh manusia untuk mengolah atau mengawetkan hasil pertanian - tanpa perlu merusak alam. Di zaman ini ketika manusia menggunakan sinar matahari-pun dampaknya kemana-mana, produksi solar cell dan batereinya - membawa dampak lingkungan yang tidak kecil.
Nah bagaimana kita menerapkan konsep Industry 0.0 ini untuk memakmurkan negeri ini ? Pertama saya sangat yakin yang bisa memakmurkan negeri 13,000 pulau lebih ini adalah jenis industri yang sumber dayanya menyebar dan ada di setiap jengkal lahan negeri ini. Apa itu ? tanah, air, sinar matahari, mikroba dlsb. Maka dari sinilah kita berangkat.
Di awal abad ke 7 atau sekitar 11 abad sebelum Industry 1.0, seorang sahabat bertanya kepada Nabi tentang apa yang harus dilakukannya dengan anggur yang dimilikinya. Nabi memberi petunjuk untuk mengolahnya menjadi kismis (dengan sinar matahari), untuk kemudian menjadi mimuman halal (dengan air), atau memprosesnya menjadi cuka (dengan memperkerjakan mikroba).
Petunjuk yang dalam Islam terdokumentasikan sangat rapi melalui hadist ini, dapat dilihat di hadits berikut :
Dari Ibnu Al-dailami dari ayahnya berkata :" Kami bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah, kami memiliki anggur - apa yang harus kami lakukan dengannya ? Beliau menjawab : 'Buat kismis", Kami bertanya :"Apa yang harus kami lakukan dengan kismis ?", Beliau menjawab : "Rendam (dengan air) pagi hari dan minum di sore hari, rendam di sore hari dan minum di pagi hari ", Saya bertanya : "Bolehkan saya rendam lebih lama agar lebih kuat ?" beliau menjawab :"Jangah ditaruh dalam wadah yang terbuat dari tanah (keramik) tetapi taruhlah dalam wadah dari kulit,dia akan bertahan lama, dan berubah menjadi cuka" (Sunan An-Nasai, dan Sunan Abu Dawud dengan narasi yang berbeda).
Nah ketiga sumber daya alam yang digunakan oleh Nabi dan para sahabatnya tersebut bukankah melimpah di negeri ini ? apakah sudah kita gunakan ? Apakah hasil-hasil pertanian kita sudah diolah sedemikian rupa sehingga tahan lama dan menjadi produk-produk turunan yang bervariasi ? kalau ini belum, maka sejatinya Industry 0.0-pun belum kita pegang.
Kalau sinar matahari sudah kita gunakan maksimal untuk mengolah hasil bumi kita, air kita gunakan semestinya dan kita bisa memberdayakan mikroba yang melimpah di alam tropis kita ini - maka tidak akan ada petani tomat yang harus membuang tomatnya, peternak susu yang harus mnumpahkan susunya ke jalan, petani cabe yang selalu galau dengan tidak menentunya harga pasar dlsb.
Bila pada zaman nabi-pun mikroba sudah digunakan utuk memproduksi keju, yogurt dan cuka bahkan ketika teknologi manusia saat itu belum bisa melihat keberadaan mikroba ini, saat ini mikroba itu seperti kawan kita - kita mengenal nama-namanya, bisa melihat bentuknya, bisa memahami tabiatnya - maka harusnya kita bisa jauh lebih luas lagi mendayagunakannya.
Bukan hanya terkait makanan, mikroba ini di jaman ini bisa kita dayagunakan untuk memproduksi pakaian kita - misalnya dengan Bacterial Nanocellulose (BNC), bisa memproduksi bahan-bahan bangunan kita dengan Nano composites, bahkan bisa untuk memproduksi bahan kendaraan kita sampai juga lengkap dengan bahan bakarnya - misalnya dengan Farnesene yang kemudian menjadi BioJet dlsb.
Walhasil, kita tidak perlu minder di jilid industri yang ke berapa kita sekarang berada. Lha wong dengan Industry 0.0 pun kita insyaAllah bisa memeratakan pembangunan ke seluruh pelosok negeri kok - karena sumber dayanya memang merata. Apalagi dengan Industry 0.0 kita juga akan bisa back to the future melampaui jamannya.
Bila dunia sibuk merekayasa robot, IoT, Ai dlsb untuk meningkatkan produktifitasnya, kita bisa menggerakkan begitu banyak makhluk Allah yang sangat kecil dan bahkan tidak kasat mata - tetapi berada di seluruh wilayah negeri ini - untuk bisa memproduksi nyaris segala kebutuhan kita.
Anda yang berlatar belakang biologi, biotech, synthetic biology dan sejenisnya yang tertarik mendalami dan mengimplementasikan konsep Industry 0.0 ini bisa belajar bareng team kami yang sedang mendalaminya untuk berbagai aplikasi. Bahkan Anda yang sudah membuthkan produk-produk Industry 0.0 sesuai industry Anda, insyaAllah juga sudah bisa bicara dengan kami untuk elaborasi peluangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar