Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Jumat, 24 Maret 2017

Solusi Dari Petani

Solusi Dari Petani

Waktunya tinggal 13 tahun lagi dari yang ditargetkan Uni Eropa untuk ekonomi mereka berubah dari fossil-based economy menjadi bioeconomy yang lebih sustainable, Mereka bahkan sudah memiliki blue print yang sangat jelas tentang The European Bioeconomy 2030. Meskipun belum sedetil Uni Eropa dalam merumuskannya, negara-negara lain pasti juga akan mengikutinya. Bahkan salah satu negeri yang berpeluang sangat baik di era bioeconomy adalah Indonesia, dan ini berarti juga peluag besar bagi para petani untuk mengambil perannya yang lebih significant dalam ekonomi negeri ini kedepan.

Peluang  itu antara lain sudah saya bahas dalam tulisan dengan judul Grainomy – ekonomi berbasis biji-bijian. Pada bahasan ini saya beri contoh yang lebih detil tentang kelompok biji-bijian yang karakternya disebut secara khusus di Al-Qur’an, di surat yang sangat indah surat Ar-Rahman ayat 12.


Ibnu Katsir ketika membahas makna ‘wal habbi dzul ‘asf’ di dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa ini adalah untuk tanaman yang selain menganghasilkan biji-bijian, juga menghasilkan batang dan daun – bahasa kitanya hijaun – yang umumnya untuk pakan ternak (Fodder). Tanaman yang memiliki karakter seperti ini adalah biji-bijian utama yang sekarang mendominasi pangan dan pakan dunia seperti gandum, padi, jagung, sorghum, barley dlsb.

Pada era bioeconomy, kegunaan tanaman-tanaman tersebut akan semakin luas, karena tidak hanya akan berhenti pada pangan dan pakan, tetapi juga menjadi sumber energi baru dan terbarukan – new and renewable energy. Dari satu jenis tanaman seperti sorghum saja misalnya, dari biji, batang dan daun – secara umum disebut biomassa sorghum – dapat dihasilkan energi listrik maupun bahan bakar (fuel) sekaligus.

Bisa jadi saat ini secara ekonomi belum bersaing sepenuhnya dengan sumber energi lain seperti batubara dan minyak bumi, tetapi ketika kita sadar bahwa setiap tiga bulan kenyataannya harga listrik kita naik, harga bahan bakar minyak juga terus berfluktuasi – maka Uni Eropa mungkin sekali benar, bahwa dalam 13 tahun yang akan datang solusi itu harus datang dari biomassa.

Saat inipun negeri ini keteteran mengejar supply energi listriknya untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, sampai-sampai harus menyewa kapal generator raksasa dari Turki untuk mengejar supply listrik di Indonesia bagian timur. Rumah tangga dan industri mulai menjerit dengan biaya listrik yang naik setiap tiga bulan, mengapa tidak mulai diseriusi sumber energi berbasis biomassa ini.

Genset-genset berbahan bakar pellet biomassa berbagai ukuran kini juga sudah mulai tersedia secara komersial. Ini bisa menjadi solusi untuk daerah-daerah yang belum terjangkau listrik sementara sumber-sumber biomassa tersedia melimpah di negeri ini.

Sebagai contoh ilustrasi perhitungan ekonomisnya saat ini kurang lebih sebagai berikut :

Untuk tananaman yang menghasilkan habb dan ‘asf seperti yang teruraikan dalam ayat tersebut di atas, habb atau biji-bijiannya tentu yang utama – dan ini untuk pangan dan pakan, saya tidak menganjurkan habb-nya untuk energi karena nanti akan menimbulkan krisis baru di bidang pangan dan pakan. Tetapi  ‘asf-nya bisa digunakan untuk pakan maupun energi. Batang sorghum yang diperah, cairannya bisa menjadi sumber bahan bakar cair – fuel – bioethanol. Bila batangnya dikeringkan setelah diambil cairannya ataupun tidak, hasilnya menjadi pellet – yang bisa diumpankan untuk genset berbahan bakar pellet.

Sekali tanam satu hektar lahan sorghum menghasilkan biomassa basah sekitar 300 ton per tahun – karena sorghum sekali tanam bisa panen tiga kali. Biomassa kering yang bisa dihasilkan sekitar 67 ton. Tingkat teknologi yang ada sekarang bisa mengkonversi antara 0.75 sampai 1.5 kg biomassa  kering menjadi 1kWh listrik.

Harga listrik PLN per Maret 2017 adalah Rp 1,467.28/kWh dan terus naik setiap tiga bulan. Jadi saat ini 1 hektar tanaman sorghum bisa menghasilkan listrik senilai 67,000 x Rp 1,467.28  atau Rp 98,307,760 per tahun – bila saya ambil konversinya yang 1 kg biomassa menghasilkan 1 kWh.

Tentu dibutuhkan investasi genset berbahan bakar pellet-nya yang masih mahal saat ini. Untuk skala terkecil yang ada di Amerika misalnya, harganya sekitar US$ 30,000 untuk kapasitas 20 kilo Watt, semakin besar semakin turun relative terhadap kapasitas.

Tetapi teknologi berkembang dengan sangat cepat, di Indonesia juga banyak insinyur-insinyur pinter yang saya yakin mampu membuat genset berbasis biomassa yang murah dan berefisiensi tinggi. Demikian pula kapabilitas menanam sorghum dalam skala besar tidak perlu diragukan lagi , karena sudah ada sentra-sentra sorghum dalam skala yang besar seperti di Dompu dlsb.

Maka inilah solusi dari para petani itu, ketika industri-industri menjerit karena kenaikan harga listrik berkala – kami para petani menanam biji-bijian – yang hasil sampingnya saja bisa menjadi sumber bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik yang mulai layak untuk dipertimbangkan, dan insyaAllah menjadi competitive edge tersendiri bagi the earliest adopter-nya.

Sambil memberi solusi bagi kebutuhan energi untuk industri, ini juga jalan untuk memakmurkan para petani sendiri. Mereka bukan lagi hanya bertani untuk memproduksi pangan dan pakan, tetapi juga akan memproduksi bahan bakar industri. InsyaAllah akan segera datang eranya untuk daerah-daerah pertanian menjadi sumber kemakmuran baru bagi negeri ini.

Bila Eropa baru mentargetkan Bioeconomy 2030, kita bisa melakukannya jauh lebih cepat bila kita siap mengeksekusinya. Bertaninya kita sudah jelas bisa, teknologinya juga tidak tinggi-tinggi amat, bahkan kalau kita tidak mau buat – sekarang beli saja juga sudah ada. Maka implementasi konsep ini bisa sangat cepat, perlu 3-4 bulan untuk tanam sampai panen sorghum, waktu yang sama untuk mendatangkan genset siap pakai berbasis pellet biomassa – maka industri yang akan menerapkannya bisa melakukannya tahun ini juga !

Pasti ada maksudnya ketika Allah secara khusus dalam suratNya Yang Maha Pemurah (Ar-Rahman) menyebut tanaman kategori ‘Wal Habbi Dzul ‘Asf’ ini, ini hadiah dariNya bagi negeri agraris yang bisa menanam tanaman tersebut bahkan di buminya yang mati sekalipun (QS 36:33).

Good idea ? ide yang bagus tidak ada gunanya juga bila tidak dieksekusi. Maka Startup Center Indonesia, menggagas Forum Group Discussion untuk ancang-ancang menggarap peluang di bidang Grainomy ini. Copy Darat untuk sharing vision pertama insyaAllah diadakan pada hari Sabtu 15 April 2017, di Startup Center , Jl. Juanda 43 Depok mulai Jam 09.00-12.00.

Bagi yang berminat dapat mendaftar di link  di link berikut : bit.ly/Grainomy_FGD     , form ini juga bersifat undangan  sekaligus. Jadi yang mengisi form sampai no 200 boleh datang langsung tanpa harus konfirmasi. Di atas nomor 200 perlu konfirmasi lebih dahulu untuk memastikan ketersediaan seat-nya. Hidup Para Petani !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal