Peluang 2016 : Dari Buah dan Sayur Sampai Kota Peradaban
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Perbedaan antara orang bodoh, pemimpi dan orang pandai itu antara lain terletak pada idenya. Orang bodoh adalah orang yang tidak memiliki ide, sedangkan para pemimpi adalah orang yang memiliki terlalu banyak ide sehingga tidak ada sumber daya untuk mengimplementasikannya. Orang yang pandai adalah para pemilik satu atau dua ide, tetapi dengan ide itu dijalaninya secara menyeluruh dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada dalam jangkauannya. Nah resolusi tahun 2016 ini tentu kita semua ingin menjadi orang pandai. Bagaimana caranya ?
Maka saya ingin mengajak Anda kepada satu atau dua ide, yang dengan itu semua sumber daya yang kita perlukan ada di sekitar kita – dan kita semua bisa terlibat didalamnya. Kok bisa satu atau dua ide fit for everybody ?, bisa bila ide itu meliputi area yang sangat luas tetapi fokus menuju ke satu arah yang sama.
Yang saya sebut satu atau dua buah ide adalah ide besar yang menjadi arah yang sama atau yang menjadi fokus dari suatu gerakan yang digarap bersama. Contohnya adalah masalah pangan yang hingga 70 tahun merdeka, posisi food security kita tahun lalu masih di urutan 74 dari 105 negara yang di-index oleh The Economist - jauh di belakang negeri-negeri tetangga kita.
Nah kalau kita fokus pada upaya mengatasi pangan tersebut saja tahun 2016 ini, maka insyaAllah kita akan bisa berkontribusi besar pada problem yang dihadapi oleh umat ini. Lantas dari mana memulainya ? Tentu harus berangkat dari petunjukNya agar kita tidak kehilangan arah.
Petunjuknya itu antara lain mengisyaratkan sumber-sumber makanan kita satu bagian dari jenis biji-bijian, empat bagian dari jenis buah dan sayur dan satu bagian lagi dari kelompok daging dan sumber nutrisi hewani lainnya (QS 80 : 27-32).
Yang sudah diupayakan oleh pemerintah selama ini lebih fokus ke satu bagian pertama – yaitu swasembada biji-bijian (khusunya beras), dan satu bagian terakhir yaitu daging yang hingga saat ini masih begitu banyak diimpor dari negeri-negeri yang tidak terlalu friendly dengan umat ini.
Maka yang belum menjadi fokus pemerintah selama ini – dan ini bagian dari sumber bahan pangan terbesar yaitu kelompok buah dan sayur – menjadi peluang kita semua untuk menggarapnya bersama. Maka buah dan sayur inilah yang dalam istilah product design kita jadikan core product garapan bersama kita tahun ini.
Lantas peluangnya dimana ? Peluangnya akan nampak manakala kita bergerak keluar dari core product ke actual products dan lebih luas lagi ketika sampai pada apa yang disebut augmented products. Ilustrasi dibawah ini memberi gambaran seperti apa gambaran produk-produk keseluruhan – yang semuanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pangan berbasis buah dan sayur tersebut di atas.
Setidaknya ada 4 actual products yang bisa diturunkan dari core product buah dan sayur. Dua produk bersifat komersial yaitu realty dan perdagangan, dan dua produk lainnya bersifat sosial yaitu environment dan community development.
Masing-masing actual product juga bisa melahirkan minimal dua augmented products lagi – sehingga setidaknya ada 8 augmented products atau pilihan garapan – yang Anda semua bisa terlibat didalamnya sesuai dengan kompetensi dan sumber daya yang dimilikinya masing-masing.
Dari realty product misalnya , yang sudah ada di kami adalah program kepemilikan lahan produktif atau KKP. Yang mulai tersedia kembali saat ini adalah kebun-kebun buah dan sayur dengan ukuran kavling terkecil 0.5 ha dan terbesar 2.0 ha di Banten. Kebun dengan sertifikat hak milik (SHM) ini bahkan sudah bisa mulai dipesan dan Anda survey lahannya saat ini.
Bila membeli kebun 0.5 ha atau 2.0 ha terlalu berat dan bukan pilihan Anda, kami juga menyediakan versi sewa yang sudah jalan selama ini dengan konsep iGrow. Saat ini yang tersedia adalah untuk buah pisang di kebun Blitar, dan sedang kami siapkan untuk buah-buahan lainnya di Banten juga – insyaAllah termasuk didalamnya buah yang sudah sangat banyak kita bahas – yaitu buah kurma.
Buah dan sayur yang diproduksi di lahan-lahan tersebut akhirnya juga harus dipertemukan dengan pasarnya, maka inipun menjadi peluang bagi Anda yang tertarik untuk terlibat didalamnya. Pasar pertama adalah pasar intermediary – yaitu para pedagang besar dan retailer untuk menampung produk-produk hasil perkebunan buah dan sayur kita semua tersebut.
Pasar yang kedua bahkan lebih menarik lagi yaitu ke pasar langsung ke consumer dalam bentuk produk akhir yang siap konsumsi. Yang terdekat untuk kelompok ini adalah ide tentang 101 Salads yang peluangnya sudah kami buka melalui tulisan sebelumnya – 101 Salads Challenge.
Di luar yang bersifat komersial, pengembangan sumber pangan dari buah dan sayur ini juga bisa menjadi sarana untuk memperbaiki lingkungan, dan menjadi obyek wisata berbasis lingkungan – karena lokasi project ini memang tidak jauh dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis tourism yang digagas pemerintah – yaitu KEK Tanjung Lesung.
Project ini juga bisa menjadi sarana untuk konservasi lingkungan, dari semula lahan-lahan yang tidak lagi produktif dipenuhi pohon sawit tua – berganti dengan aneka buah dan sayur yang ramah lingkungan karena tidak melibatkan pupuk dan obat kimia.
Bahkan diantara tanaman-tanaman baru yang akan ditanam juga meliputi pohon kurma yang diisyaratkan akan memancarkan mata air (QS 36:34). Peluang-peluang di area ecotourism dan conservation ini terbuka luas bagi Anda yang memiliki minat di bidang ini.
Project yang nampaknya sederhana hanya ngurusin buah dan sayur ini diharapkan juga bisa berdampak besar bagi masyarakat luas, pertama karena kehadiran kami juga akan membawa Madrasah Al-Filaha yang mengajarkan cara bertani mengikuti bagimana para ulama dahulu memakmurkan bumi dengan panduan Al-Qur’an dan Sunnah.
Kedua ketika pertanian maju dengan konsep yang memperbaiki lingkungan, peradaban-pun ikut terbawa maju – tanpa harus merusak lingkungan seperti yang terjadi dalam 1-2 abad terakhir. Kemajuan Andalusia dahulu tidak terlepas dari keberhasilan revolusi pertanian di negeri itu yang berlangsung selama empat abad (2-6 H).
Maka demikianlah harapan kami, dengan mendandani cara bertani kita, mendandani fokus sumber-sumber bahan pangan kita – kita juga mempersiapkan peradaban yang lebih baik kedepan, peradaban yang sustainable untuk anak-cucu kita yang insyaAllah akan hidup jauh lebih lama dari kita-kita saat ini. Dan itu semua bisa kita mulai dari sumber daya yang ada pada diri-diri kita, saat ini juga. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar