Berbagi Dengan Sop Batu…
Oleh : Muhaimin Iqbal
Dalam cerita
rakyat Yunani kuno dikisahkan suatu hari tiga orang prajurit singgah di
perkampungan yang miskin akibat korban perang. Dalam kondisi letih dan lapar
mereka sebenarnya berharap ada salah satu dari masyarakat desa tersebut yang
bisa memberinya tumpangan untuk isitirahat dan sedikit makanan. Alih-alih
mendapatkan pertolongan, yang ada masyarakt desa malah berkeluh kesah tentang
problem mereka, kerusakan desa, gagal panennya dan kemiskinan yang melanda.
Maka tiga prajurit yang gagah berani ini terpanggil untuk memberi solusi bagi
desa yang kehilangan kepemimpinan tersebut
Dikumpulkannya
masyarakat desa dengan woro-woro
bahwa para prajurit yang datang ke desa itu akan mengajari masyarakat untuk
membuat sop dari batu. Siapa yang tidak tertarik ?, kalau batu saja bisa jadi
sop – pasti desa itu tidak lagi ada problem pangan – pikir mereka.
Setelah
masyarakat ngumpul, mulailah para prajurit ini mangajak masyarakat untuk
mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun besar. Mereka juga minta
disediakan kwali yang paling besar yang ada di desa itu agar semua kebagian sup
batu yang akan mulai dimasak. Untuk batunya sendiri tidak perlu banyak, cukup
tiga batu ukuran kecil.
Dengan
penasaran masyarakat menyaksikan air yang mulai mendidih di kwali besar, mereka
juga mengamati tiga prajurit yang membagi tiga batu kecil tersebut satu per
satu diantara mereka bertiga.
Prajurit
pertama mulai memasukkan batunya ke kwali sambil berkata “…nggak usah kawatir, ini akan menjadi sup yang enak…”. Prajurit
kedua mengikuti “…ini akan cukup untuk
semua yang hadir disini…”. Prajurit ketiga-pun mengikutinya ambil berkata :
“…akan tambah enak bila ada yang nambahi
garam, kubis atau sejenisnya”.
Tiba-tiba
diantara masyarakat yang hadir ada yang nyletuk : “ oh iya, di rumah saya ada garam…”, kemudian berlari dia mengambil
garamnya. Yang lain ikutan : “…saya masih
ada sedikit kubis di rumah…”, berlari pula dia mengambilnya. Yang lain
tidak mau kalah, ada yang berlari mengambil wortel, lobak dan lain sebagainya.
Walhasil
malam itu mereka berhasil memasak ‘sop batu’ dengan berbagai tambahannya yang
lezat-lezat. Jumlahnya cukup banyak untuk berbagi ke seluruh yang hadir - Tentu
saja tiga batu kecil yang dimasukan pertama ke kwali tidak perlu ikut dimakan
!. Mereka makan kenyang malam itu dan tiga orang prajurit ini tidur kelelahan
di tanah lapang desa itu.
Paginya
mereka dibangunkan oleh suara ramai; rupanya masyarakat desa pagi itu kembali
ke lapangan dengan membawa berbagai makanannya, ada roti, selai, keju dlsb.
Kepada tiga
prajurit yang baru bangun tersebut, mereka menyampaikan : “ ….kami berterima kasih kepada Anda yang telah mengajari kami untuk
berbagi, milik kami yang serba sedikit tidak cukup untuk kami sendiri…tetapi
ternyata malah menjadi cukup ketika kita berbagi…”. Sejak peristiwa ‘sop
batu’ tersebut masyarakat desa menjalani hidup dengan terus saling berbagi.
Inti dari
pelajaran ini adalah dibutuhkan kepemimpinan di masyarakat untuk menyelesaikan
masyalahnya. Ketika masyarakat dipimpin utuk berbagi – maka mereka akan
berbagi. Di setiap harta kita ada hak orang lain yang meminta maupun yang tidak
meminta, dan keberkahan itu akan datang bila hak tersebut memang kita berikan.
Berbagi tidak
akan membuat orang jatuh miskin, malah sebaliknya dia akan memperoleh yang
lebih banyak. Berbagi harta membuat harta bertambah berkah, berbagi ilmu
membuat kita bertambah pintar. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar