Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Minggu, 24 April 2011

Kiat Memilih Kata : Mengganti ‘Bangga’ Dengan ‘Syukur’..





Oleh Muhaimin Iqbal   
Kamis, 21 April 2011 08:22
Dalam suatu perjalanan ke negeri Jiran belum lama ini, tidak sengaja saya mendengarkan ceramah yang indah dari seorang ustadzah yang menganjurkan jama’ahnya untuk meninggalkan semua kata ‘bangga’ dan menggantinya dengan kata ‘syukur’. Sepintas kedengarannya agak lucu dan saat itu saya berpikir apalah artinya kata. Namun alhamdulillah setelah saya renungkan cukup lama, saya menjadi faham betapa besar pengaruh dari pemilihan kata ini dalam membentuk sikap kita terhadap segala sesuatu. Nasihat ustadzah – yang bahkan saya tidak sempat mengenal namanya ini – rupanya bermakna sangat dalam, semoga Allah merakhmatinya.


Di dalam Al-Qur’an kata bangga hampir selalu berarti atau berdampak buruk. Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri ( antara lain 4 :36  ; 28 :76 ; 57 : 23) , kebanggaan menimbulkan perpecahan ( antara lain  23:53 ; 30: 32 : 31 :40) dan kebanggaan juga menyebabkan datangnya azab dan hancurnya harta ( QS 57 : 20).

Sebaliknya kata syukur selalu berkonotasi positif, mendatangkan rakhmat (54 : 34-35) , mendatangkan ridhaNya (39 : 7), dijauhkan dari bencana ( 54 : 34-35), terbebas dari siksa (4 :147), bertambahnya nikmat ( 14 : 7) dan diperintahkan langsung maupun tidak langsung dalam sejumlah ayat !.

Mari sekarang kita lihat aplikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari hari. Ketika negeri ini lagi bangga-bangganya dengan team sepak bola nasional kita yang berhasil menembus partai final piala AFF penghujung tahun lalu – kita ‘diingat’kan Allah dengan kekalahan telak yang meluluh lantakkan perasaan para penggemar bola di tanah air. Kegagalan di final ini nampaknya belum juga cukup, perpecahan demi perpecahan di dunia persepak bolaan tanah air-pun terjadi hingga kini. Perhatikan ini dengan kesesuaian ayat-ayat tersebut diatas.

Lantas bagaimana seharusnya kita mengungkapkan perasaan kegembiraan bangsa ini ketika para pemain olah raganya mencapai prestasi yang gemilang ?. Mengungkapkannya dengan rasa syukur dan juga dengan kata syukur. Kata-kata  ‘team kebanggaan nasional’ misalnya – agar tidak berimplikasi pada kesombongan yang dihancurkan Allah – kita ganti dengan ‘team kesyukuran nasional’.

Dalam kehidupan berkeluarga juga demikian, selama ini kita anggap lumrah bila seorang ibu atau bapak membangga-kan prestasi anaknya. Maka muncullah istilah ‘anak kebanggaan orang tua’ , padahal tidak ada prestasi apapun bila Allah tidak menghendakinya – maka kata-kata inipun kita ganti dengan ‘anak kesyukuran orang tua’.

Dalam kehidupan berusaha-pun perubahan terhadap penggunaan kata ini bisa kita lakukan. Sebelum saya mendengar ceramah ustadzah tersebut diatas, ketika menyebut lima proyek yang sedang di realisir oleh para santri wirausaha di Pesantren Wira Usaha Daarul Muttaqqiin (PWDM) – saya sering menyebutnya sebagai ‘proyek-proyek kebanggaan’ kita. Kini saya takut menggunakan kata ‘proyek-proyek kebanggaan’ karena bisa berimplikasi pada kesombongan sikap – yang bisa mendatangkan azab dan kehancuran ( 57 :20) – na’udhubillahi min dzalika.

Lantas apa kata gantinya ?, kini kita gunakan penyebutan ‘proyek-proyek kesyukuran kita’. Maka ketika ada kritik konstruktif dari salah satu peserta PWDM – kok banyak proyek kita yang gagal atau tidak berhasil di realisir, sayapun tetap bisa menggunakan kata syukur tersebut – bahwa kita sangat bersyukur ada sejumlah proyek yang bisa diimplementasikan sampai sejauh ini. Perhatikan disini kata syukur bisa selalu pas dalam kondisi apapun, sedangkan kata bangga memang tidak pas untuk menggambarkan pencapaian PWDM tersebut.

Diawal-awal  Anda menggantikan kata ‘bangga’ dengan ‘syukur’, Andapun mungkin akan terasa lucu karena ini terasa seperti bahasanya Upin dan Ipin. Namun tidak mengapalah lucu, kalau kita bisa menolak azab dan kehancuran dengan ridha dan bertambahnya nikmat dariNya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal