Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Kamis, 15 November 2018

Tinggal di Negeri Ring of Fire

Tinggal di Negeri Ring of Fire

Akhir-akhir ini tidak henti-hentinya negeri ini diguncang oleh gempa bumi dan bahkan juga ada yang disertai tsunami. Kesadaran bahwa kita tinggal di negeri “Ring of Fire” (cincin api) tiba-tiba muncul di masyarakat. Padahal sejak dahulu bahkan sejak prasejarah negeri ini memang berada di “Ring of Fire” itu.
Bahkan raja-raja di Jawa dahulu sudah paham betul kondisi ini mereka sudah mempunyai Local Wisdom atau kearifan lokal ketika mereka membuat makam atau candi mereka memilih di tanah-tanah yang paling subur tidak jauh dari posisi gunung berapi. Tetapi mengapa dalam sejarah panjang negeri-negeri nusantara ini kita sangat jarang membaca sejarah musibah yang beruntun? Pertanyaan ini harus dijawab dengan arif tanpa menuding siapa-siapa. Setiap kabar berita yang ada di Al Qur’an itu sesungguhnya untuk kita yang membacanya. Allah SWT sedang berbicara dengan kita melalui firman-firmannya.
Jadi demikian pula ketika kita membaca ayat-ayat tentang musibah, ayat-ayat itu ditujukan untuk kita agar kita kembali ke jalannya, agar kita istighfar dan agar musibah itu dijauhkan dari kita. Dengan menisbatkan bahwa peringatan ini untuk kita yang membacanya, maka seharusnya tidak ada yang tersinggung ketika ayat-ayat Nya dibacakan. Tujuannya semata untuk kita kembali ke jalan-Nya, memohon ampunan-Nya dan agar dijauhkan dari berbagai bentuk musibah. Jadi bukan untuk memvonis atau menuduh orang lain. Dengan pendekatan seperti ini, maka kita bisa melakukan pencegahan-pencegahan baik melalui cara yang sifatnya ruhiyah maupun melalui cara-cara yang sifatnya ikhtiari jasmaniah. Yang melalui cara ruhiyah misalnya kita bisa tadaburi di rangkaian ayat-ayat yang sangat banyak di Al Qur’an antara lain yang di renceng oleh Allah SWT melalui rangkaian ayat-ayat surat Az Zariyat ayat 31-51. Dirangkaian ayat ini Allah SWT memberi contoh berbagai jenis musibah yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu karena kesalahan-kesalahan masing-masing.
            Kaum Luth di musnahkan oleh Allah SWT dengan dihujani batu yang sudah diberi tanda untuk masing-masing orang yang akan terkenanya (Q.S 51 :33-34). Firaun dan kaumnya dimusnahkan oleh Allah SWT dengan ditenggelamkan ke laut (Q.S 51 :38-40).
            Bahkan sudah ada peradaban yang Allah sebutkan sebagai peradaban yang sangat maju yang belum pernah membangun kota seperti kota mereka sebelumnya yaitu peradabannya kaum Adh. Kaum Adh ini karena keingkarannya kemudian juga dimusnahkan oleh Allah SWT melalui angin yang membinasakan (Q.S 51 : 41). Bahkan ada kaum yang dimusnahkan oleh Allah SWT dengan disambar geledek sedangkan mereka melihatnya (Q.S 51 :43-45), kaum yang dibinasakan dengan cara disambar geledek ini kesalahannya apa? Ternyata kesalahannya karena di negeri itu ada sembilan orang yang berbuat kerusakan (Q.S 27 :48).
            Dari contoh terakhir ini, bahkan kita bisa melihat bahwa musibah ditimpakan kesuatu kaum sedangkan yang berbuat kerusakan sangat spesifik disebut Allah SWT sembilan orang tersebut diatas. Lantas apa salah kaumnya kalau demikian? Lah wong yang salah cuman sembilan orang kok. Inilah kontribusi kesalahan semua orang yang membiarkan segelintir orang berbuat kemungkaran. Itulah makanya ada kewajiban amar makhruf dan nahi mungkar, mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Demikian pula maksud tulisan ini adalah dalam rangka amar makhruf dan nahi mungkar itu.
            Di ayat lain Allah SWT mengungkapkan bahwa segala macam musibah yang menimpa diri kita adalah karena perbutan kita sendiri “Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Q.S 42: 30). Sejalan dengan ini pula pencegahan musibah juga harus dilakukan oleh kita semua sebagai mana petunjuknya untuk menghindari musibah yaitu melalui cara banyak-banyak beristighfar. Siapa yang disuruh beristighfar? Ya kita semua. Karena janji Allah SWT musibah tidak dikenakan kepada suatu kaum selagi ada yang beristighfar “Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) ada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan”. (Q.S 8: 33).
Dari rangkaian-rangkaian ayat tersebut diatas kita tahu, kita tetap harus banyak-banyak beristighfar meskipun kita tidak tinggal di daerah “Ring of Fire”atau bahkan kita tidak merasa berbuat maksiat sekaliapun. Karena kalau kita sendiri tidak beristighfar, jangan-jangan orang lain juga tidak ada yang beristighfar. Sedangkan ada di antara kita ada yang bermaksiat kepada-Nya, maka ketika musibah itu ditimpakan semuanya ikut terkena. Dari rangkaian ayat tersebut diatas kita bisa tahu bahwa Allah SWT tidak kurang cara untuk menghukum suatu kaum. Ada yang dengan dihujani batu. Ada yang ditenggelamkan di laut. Ada yang ditimpa angin dahsyat. Ada yang di sambar geledek. Ada yang dilanda banjir dan tentu ada yang dilanda gempa bumi. Jadi tidak ada cara aman kecuali mengikuti dan mentaati perintah dan laranganya sambil terus banyak-banyak beristighfar. Itu tadi adalah upaya yang sifatnya ruhiyah. Lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai upaya ikhtiari jasmaniah bagi kita yang hidup di negeri “Ring of Fire” ini?
Kalau kita pelajari dari musibah-musibah gempa bumi yang ada di negeri ini selama beberapa dekade terakhir, korban terbesar nampaknya adalah karena reruntuhan bangunan. Jadi salah satu ikhtiar untuk meminimalisir kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi ini bisa salah satunya mulai dari mulai memikirkan ulang kontruksi bangunan rumah tinggal kita. Rumah-rumah dari beton yang toleransinya terhadap getaran sangat lemah sudah waktunya untuk dipikirkan ulang dengan bangunan-bangunan yang berkontruksi material yang tahan terhadap getaran dan bahkan goncangan kuat.
Untuk ini pun kita bisa belajar dari petunjuk-Nya melalui makhluk kecil yang membuat rumah ecaxly mengikuti wahyuNya yaitu lebah. Kita disuruh belajar dari makhluk-Nya yang sangat kecil ini, namun mentaati dan mengikuti petunjukk-Nya langsung (Q.S 16: 68). Apa hebatnya rumah lebah sehingga kita disuruh belajar darinya. Kajian kami setidaknya ada dua hal dari rumah lebah ini yang bisa kita tiru. Yang pertama adalah materialnya, rumah lebah dibuat dari serpihan-serpihan kayu atau biomasa lainnya atau unsur serat yang kemudian diikat dengan getah yang berasal dari tanaman. Jadi jauh sebelum dunia modern menemukan teknik-teknik untuk memproduksi material cangkih seperti composite misalnya, lebah sudah bisa membuat rumah yang sangat kokoh dan sangat indah dengan material dari compositeini. Kok bisa lebah melakukannya? Jawabannya adalah karena lebah diberi wahyu atau petunjuk dan lebah exaclymengikutinya. Sedangkan manusia yang juga diberi wahyu tetapi merasa lebih unggul dengan pemikirannya sendiri dan lebih seringnya mengabaikan petunjuk-petunjukNya yang meliputi diseluruh aspek kehidupan (Q.S 16: 89). Yang kedua, cara lebah meletakkan atau menempatkan rumahnya yang hanya bertumpu pada beberapa titik, tidak seperti kita yang rumah kita menempel sepenuhnya di tanah yang menjadi rentan terhadap getaran atau goyangan di tanah disamping material kita yang memang tidak tahan terhadap getaran apalagi goncangan besar. Jadi rumah kita seharusnya seperti apa? Kalau untuk rumah kita-kita yang sudah berumur dan sudah punya rumah yang menempel di tanah dengan bangunan beton mungkin tidak banyak yang bisa kita lakukan selain banyak-banyak beristighfar seperti petunjuk di surat Al Anfal ayat 33 tersebut di atas. Tetapi bagi kaum milenial yang sekarang sedang memikirkan rumahnya, rumah yang dibangun dengan mengikuti contoh dari lebah tersebut diatas bisa menjadi solusi. Kongkritnya seperti apa? Yang sudah kami rancang dan siap diproduksi secara masal adalah material bangunan FreePabrigated yang terdiri dari serat bambu yang di press dengan tekanan yang sangat tinggi sehingga membentuk balok maupun papan yang sangat kuat yang kami sebut strand woven bamboo (SWB), ini tafsir modern dari material seperti material rumah lebah yang berdiri dari serat alami yang direkatkan dengan perekat. Kemudian rumah-rumah yang kami akan kami mulai bangun dengan menggunakan SWB diatas juga tidak akan kita buat menapak ke tanah, melainkan bertumpu pada beberapa titik tiang penyangga saja. Dengan kombinasi antara material dan titik tumpu ini, rumah akan lebih lentur dan insyaallah lebih tahan goncangan gempa. Kelebihan lain dari posisi rumah yang demikian, sirkulasi udara menjadi sangat baik sehingga rumah ini menjadi rumah sehat dan menyehatkan. Manfaat lain lagi dengan tidak menempelnya rumah dengan permukaan tanah, maka permukaan tanah yang ada bisa menjadi area serapan air yang maksimal. Bila disamping rumah ini juga ditanam satu rumpun bambu maka rumah yang demikian dalam jangka panjang akan juga mandiri air tanah karena rumpun bambu dewasa mampu menaikkan permukaan air tanah setinggi 50 cm setiap tahun (hasil riset FAO). Konsep kampung yang penduduknya rajin beribadah dan beristighfar di tambah dengan konstruksi bangunan-bangunannya yang di ikhtiarkan untuk tahan gempa ini kami tuangkan dalam konsep “deBamboe Village” yang insyaallah akan segera hadir di wilayah Jabodetabek. Bagi yang berminat bahkan sudah bisa menghubungi kami untuk preeorder. Karena konsep rumah deBamboe yang kami rancang untuk penduduk negeri “Ring of Fire” ini akan tersedia dalam bentuk knopdown yang mudah dipasang dan di bongkar kembali bila dibutuhkan, maka bangunan-bangunan ini juga bisa dipesan oleh siapapun yang ingin tinggal di manapun. Bahkan bangunan ini juga visible untuk di install ditanah-tanah sewa sekalipun. Bagi anda yang menyukai hidup atau tinggal berpindah-pindah maka anda bisa jadi tidak perlu membeli tanah. Cukup menyewa saja lahannya untuk periode jangka panjang lima sampai sepuluh tahun misalnya, kemudian memasang rumah anda di tempat tanah sewa ini. Kemudian nanti bila anda bosan dan ingin pindah ke daerah lain tinggal membongkar kembali rumah anda dan memasangnya kembali di tempat yang baru. Rumah dengan konsep yang demikian insyaallah akan lebih sesuai dan fleksibel untuk menyesuaikan dengan daerah yang kita ingin tinggali. Anda sudah bisa menghubungi kami bila berminat dengan konsep ini, juga terbuka bagi yang ingin menjadi mitra-mitra kami di berbagai daerah. Semoga tadabur ayat yang kemudian kita jabarkan menjadi solusi ini bisa bermanfaat bagi kita semua yang hidup di negeri “Ring of Fire” ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal