Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 20 Agustus 2018

Carbon and Water Offset

Carbon and Water Offset

Udara bersih yang kita hirup dan air bersih yang kita minum - adalah dua unsur vital kehidupan yang selama ini kita take it for granted - ujug-ujug ada tinggal diambil. Kenyataannya memang demikian ketika alam masih seimbang, pohon yang memproduksi oksigen dan menyerap CO2 masih lebih dari yang membutuhkannya. Demikian pula masih ada akar-akar pepohonan yang mampu mengelola air lebih dari cukup. Namun kemewahan udara dan air bersih ini kini tidak lagi kita miliki.

Peningkatan pencemaran udara sudah mengarah kepada tingkat yang membahayakan sampai sangat membahayakan, sementara 2/3 penduduk bumi akan kesulitan air bersih kurang dari satu dasawarsa ke depan. Udara dan air bersih kini menjdi dua unsur kehidupan yang tidak lagi ujug-ujug ada, perlu kerja keras kita semua untuk dapat terus menghadirkan keduanya secara berkesinambungan - lebih dari kecepatan kita dalam mengkonsumsi atau merusaknya.

Ini adalah beberapa data yang kami kumpulkan dari riset awal kami di Biosphere Project - suatu proyek untuk menyembuhkan alam yang kini tengah sakit. Hasil ini terbuka untuk diperbaiki, dan kami mengundang para mahasiswa S1, S2, S3 dan para peneliti yang terkait untuk memperbaiki data ini.

Carbon and Water Offset


Setiap kita rata-ata membutuhkan air sekitar 20 liter per hari hanya untuk  kebutuhan primer kita - sekedar bertahan hidup - untuk makanan dan minuman kita - ingat apapun yang kita makan dan minum semua membutuhkan air dalam proses produksinya.

Kebutuhan ini meningkat menjadi dua kalinya ketika ditambah dengan kebutuhan untuk mandi dan mecuci, menjadi tiga kalinya ketika diperhitungkan dengan kegiatan membersihkan rumah dan menanam makanan kita. Kemudian menjadi jauh lebih tinggi lagi - dan harus diperhitungkan secara khusus - mana kala kita juga ada aktivitas lain seperti kegiatan produksi, hobby , rekreasi dlsb.

Air yang semula bersih, menjadi tercemar zat-zat kimia ketika kita selesai mandi dan mencuci. Air bersih menjadi tercemar pupuk dan pestisida ketika melewati sawah ladang tempat menanam makanan kita. Air bersih menjadi air limbah setelah kita gunakan untuk proses industri.

Kita lihat sekarang, semua aktivitas kita di jaman ini kalau toh tidak semua untuk  konsumsi - seperti kita minum atau kita ubah menjadi produk lain, aktivitas kita juga mengubah air yang semula bersih menjadi air kotor dan bahkan limbah. Lantas dimana sesungguhnya air bersih itu diproduksi ?

Air bersih adalah air hujan yang penuh berkah seandainya tangan-tangan manusia mampu mengelolanya dengan baik. Di alam, tanaman-tanaman tertentu mengelola air hujan ini dalam system perakarannya yang kemudian memancarkannya menjadi mata air. Di Al-Qur'an tanaman yang secara specific disebut mampu memancarkan mata air ini adalah kurma (QS 36:34).

Tanaman lain yang tidak disebutkan di Al-Qur'an bukan berati tidak ada, hanya kita perlu bekerja keras meneliti dan mencarinya sendiri. Diantaranya yang berhasil diriset oleh Food and Agriculture Organization (FAO) dan International Bamboo and Rattan Association (IBRA) adalah tanaman bambu.  Menurut FAO dan IBRA ini, tanaman bambu mampu meningkatkan permukaan air tanah sampai 10 meter dalam 20 tahun.

Nah sekarang kita sudah ketemu dua contoh, bagaimana mengimbangi kebutuhan air bersih yang kita konsumsi maupun air bersih yang kita rusak menjadi air kotor dan limbah - yaitu dengan menanam tanaman-tanaman tertentu seperti kurma, bambu dan mungkin juga berbagai tanaman lainnya.

Kami sudah mencoba menanam kurma ber hektar-hektar di Indonesia, masih perlu waktu agak lama untuk menguasai ilmunya agar kurma yang mestinya bisa tumbuh di seluruh belahan dunia ini bener-bener bisa kita tumbuhkan di negeri ini secara optimal.

Tetapi untuk tanaman bambu, kita sudah tidak lagi perlu menunggu waktu - bambu terbukti tumbuh hampir di seluruh wilayah negeri ini. dari tanah-tanah yang subur sampai tanah-tanah yang kering kerontang dimana tanaman lain tidak lagi bisa tumbuh - bambu yang masih sekeluarga rumput ini masih bisa tumbuh.

Maka sambil menunggu hasil riset kami tentang kurma, yang akan kami gunakan dahulu untuk meng-offset kebutuhan air kita adalah tanaman bambu. Bila Anda termasuk orang rata-rata yang tidak perlu air berlebihan untuk aktivitas Anda, maka menanam 2 rumpun bambu insyaAllah sudah cukup untuk meng-offset kebutuhan air sepanjang usia Anda karena rumpun bambu bisa bertahan 60-100 tahun.

Namun ternyata kebutuhan offset yang lebih besar adalah untuk CO2 yang kita keluarkan dalam perbagai aktivitas kita. Untuk makanan kita saja, rata-rata kita mengeluuarkan 2,500 kg CO2 per kapita per tahun. Kalau kita melakukan kegiatan aktif namun masih menggunakan kendaraan massal (kereta dan bus), maka emisi kita menjadi seperti rata-rata penduduk dunia, yaitu sekitar 5,000 kg/kapita/tahun.

Ketika kita mulai rajin menggunakan mobil pribadi - kemana-mana pakai mobil, emisi kita menjadi empat kali dari yang basic - berada di kisaran 10,000 kg/kapita/tahun. Ketika kita rajin melakukan perjalanan udara untuk plesir maupun bisnis , maka emisi itu bisa mencapai enam kali dari yang basic atau bahkan lebih yaitu di kisaran 15,000 kg/kapita/tahun.

Pertanyaannya adalah sama dengan kebutuhan air tersebut di atas, lantas siapa yang menyerap CO2 yang kita tebarkan dari perbagai aktivitas kita tersebut di atas ? jawabannya adalah sama, yaitu tanaman yang kita tanam !

Tanaman bambu adalah tanaman yang bisa memenuhi dua fungsi tersebut di atas sekaligus. Perakarannya mampu mengelola air dengan sangat efektif - dan karena tanaman ini adalah  tanaman yang tumbuh cepat - dia juga dapat menyerap CO2 jauh lebih cepat ketimbang tanaman lainnya. Ingat reaksi fotosintesa tanaman yang dia butuh tiga hal yaitu H2O, CO2 dan energi matahari, hasilnya adalah karbohidrat (C6H12O6) dan Oksigen (O2).

Kita lihat sekarang, dalam proses pertumbuhan bambu, selain dia menyerap CO2, juga memancarkan O2 yang kita butuhkan untuk pernafasan. Setiap 1 kg karbohidrat dan perbagai produk turunannya yang dihasilkan dari proses tumbuh tanaman, dia menyerap sekitar 1.47 kg CO2 dan memancarkan sekitar 1.07 kg O2.

Serapan CO2 dan produksi O2 ini berbanding lurus dengan kecepatan tumbuh tanaman namun berbanding terbalik dengan perlakuaan pupuk kimia. Semakin cepat dia tumbuh semakin besar CO2 diserap, namun bila pertumbuhan tersebut ditopang oleh pemupukan kimia - maka dia menjadi faktor pengurang yang bahkan bisa membuat serapan netto CO2 jadi negatif.

Bambu adalah tanaman yang bisa tumbuh cepat tanpa pupuk kimia, bisa tumbuh hingga ketinggian maksimal dalam beberapa pekan dan mencapai besaran batang maksimal hanya dalam 3-4 tahun. Ketika rumpun bambu dipanen secara rutin maksimal 1/3 dari jumlah batang yang ada setiap rumpun setiap tahun, dia menyisakan ruang tumbuh bagi anak bambu berikutnya - yang berarti secara cepat menyerap CO2 berikutnya.

Hal yang sama tidak terjadi pada pohon pada umumnya, pertumbuhannya yang lambat membuat serapan CO2 juga lambat. Ketika tumbuh maksimal dan dipanen atau ditebang, dia harus memulai serapan dari nol lagi dan beranjak naik dengan waktu.

Dari perbedaan karakter ini, rata-rata pohon pada umumnya hanya menyerap sekitar 22 kg CO2 per tahun per pohon, sedangkan satu rumpun bambu bisa menyerap sampai sekitar 13 kalinya - yaitu di kisaran 285 kg/tahun/rumpun.

Dari hitungan ini, kita bisa perkirakan bahwa untuk meng-offset 5,000 kg CO2 yang dipancarkan dari kebutuhan makanan plus aktivitas standar kita, kita butuh sekitar 18 rumpun bambu atau sekitar 0.09 ha tanaman bambu. Bagi eksekuitf sibuk yang banyak melakukan perjalanan, jumlah ini mencapai 54 rumpun bambu atau sekitar 0.27 ha. Angka-angka serapan ini adalah angka konservatif, yang menjadikan kebutuhan tanaman untuk offset-nya jauh lebih lebih tinggi dari angka hasil riset kami sebelumnya.

Karena kebutuhan untuk meng-offset CO2 jauh lebih besar ketmbang kebutuhan untuk meng-offset air, maka ketika kita menanam bambu berdasarkan perhitungan untuk meng-offset CO2 - otomatis kebutuhan untuk meng-offset air sudah tercakup di dalamnya. Karena ketika rumpun bambu tumbuh aktif menyerap CO2, tanaman yang sama bekerja otomatis menyerap air hujan dan  meningkatkan permukaan air tanah juga.

Sekarang masalahnya siapa yang akan menanam bambu ini dan dimana ?,  Anda bisa saja menanam bambu di tanah Anda sendiri. Kelebihannya adalah Anda akan bisa memperbaiki kwalitas udara dan air di daerah yang Anda kehendaki - namun kekurangannya juga ada. Kalau tanaman bambu terpencar-pencar menjadi sulit dibangun industrinya. Untuk bisa membentuk satu ecosystem industri berbasis tanaman bambu, minimal harus ada 1,000 ha bambu dalam satu wilayah kelolaan.

Dengan luasan ini, bambu bisa dikelola secara ekonomis untuk melahirkan ecosystem industri yang meliputi industri energi baru terbarukan, konstruksi, tekstil, industri kreatif dlsb. Tinggal masalahnya siapa yang akan mendanai ecosystem industri bambu 1,000 hektar ini ?

Itulah yang saya jelaskan dalam tulisan sebelumnya 'Three Steps to Heal the Nature', harus ada yang rame-rame mau meng-offset emisi yang dikeluarkannya untuk menyembuhkan alam kita yang sedang sakit ini. Di negara maju ada dua pasar yang secara langsung menyerap pasar carbon offset ini , yaitu pasar compliance dan pasar voluntary.

Pasar compliance adalah perusahaan dan institusi yang diwajibkan menekan emisi CO2 atau equivalence-nya pada angka tertentu. Bila mereka tidak bisa menekan sampai target ini, mereka harus mengkompensasinya dengan kegiatan yang menyerap CO2 sebesar selisih dari target yang tidak dicapainya. Pasar compliance ini sekarang besarnya di kisaran US$ 5.5 milyar setahun, dengan total setara CO2e terserap sekitar 1.6 milyar metric ton.

Pasar yang kedua adalah pasar voluntary atau pasar sukarela, nilai pasar ini belum terlalu besar baru sekitar US$ 705 juta atau dengan setara CO2e 123 juta  metric ton setahun. Namun voluntary market ini tumbuh dengan cepat beberapa tahun terakhir ini seiring tumbuhnya kesadaran public baik individu maupun korporasi/institusi bahwa melakukan pencemaran air dan udara adalah suatu kesalahan yang harus ditebus (offset) dengan kebaikan yang setara atau bakan lebih baik.

Bagi kaum muslimin pasar yang kedua ini sesungguhnya bukan lagi voluntary atau sukarela tetapi adalah compulsory atau kewajiban. Kita harus berusaha sekuat tenaga agar tidak menjadi orang-orang yang berbuat kerusakan di darat maupun di laut (QS 30:41), dan tidak mengganggu keseimbangan di alam (QS 55 :8). Sebaliknya tugas kita adalah memakmurkan bumi (QS 11:61) dan menegakkan keseimbangan di alam (QS 55:9).

Maka inilah saatnya untuk bisa mebalik arah peradaban, dari peradaban yang  merusak atau seidaknya ignorance atau masa bodoh dengan kerusakan yang terjadi - kearah peradaban yang memperbaiki, kerelaan untuk bekerja keras menempuh perjalanan extra miles untuk melakukan perbaikan semaksimal yang kita mampu.

Orang-orang Indian yang berusaha keras menjaga alamnya mempunyai kearifan lokal mereka yang menarik ' ketika pohon terakhir ditebang, ketika ikan terakir dikail, ketika sungai terakhir tercemar - tidak ada lagi hartamu yang bisa dimakan'. Bahkan dalam Islam ada perintah specific untuk ini, yaitu unuk menanam pohon meskipun rangkaian peristiwa kiamat telah mulai !.

Lantas bagaimana konkritnya kita bisa meng-offset kebutuhan akan air dan atas emisi CO2 yang kita keluarkan ditengah perbagai kesibukan dan aktivitas yang kita lakukan ? SKita bisa bersama-sama bahu membahu melakukan hal ini dengan saling melengkapi.

Kami di Biosphere Project sedang merangkai seluruh resources yang dibutuhkan untuk menyembuhkan alam - tempat kita semua tinggal yang sedang sakit ini. Yang sudah tersedia kini adalah aneka bibit bambu yang cukup untuk memulai menanam di  lebih dari 1,000 ha, lahan yang cocok insyaAllah juga sudah dibantu proses pengadaannya oleh kepala daerah yang cerdas di belahan selatan dari Jawa Timur.

Untuk pendanaan insyaAllah Anda bisa terlibat melalui tiga jalur - mana saja yang Anda comfortable. Jalur komersial melalui iGrow insyaAllah akan tersedia setelah lahan clear and clean, jalur wakaf produktif melalui wakaf musytarak yang akan dikelola temen-temen pengelola wakaf, dan yang ketiga melalui pasar carbon  offset tersebut di atas - baik yang compliance maupun yang voluntary market.

Yang masih kami butuhkan lagi untuk meningkatkan comprehensiveness dari Biosphere Project ini adalah perbagai keahlian di bidang lingkungan, industri material khususnya teknologi processing bambu, teknologi processing serat untuk tekstil dan perbagai keahlian lain yag menunjang.

Bila tertarik untuk terlibat langsung dalam project ini, Anda cukup menuliskan visi Anda tentang Biosphere Project ini yang Anda pahami dan di bagian mana Anda akan berkontribusi dalam implementasinya. Tulisan tidak boleh lebih dari 2 halaman dan dikirimkan ke email kami di : ceo@iou.id. Untuk (calon) investor/sponsor/wakif individu masih menunggu penjualan retail siap, namun untuk korporasi, dana CSR dlsb sudah dapat menghubungi kami lebih dahulu karena biasanya decision process-nya perlu waktu. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal