Ibrahim Call
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Ketika sekitar 4,000 tahun lalu Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam diperintahkan untuk memanggil manusia untuk melaksanakan haji, dia bertanya kepada Allah “Ya Tuhanku, bagaimana saya bisa menyampaikan pesan ini kepada manusia, sedang suaraku tidak akan sampai kepada mereka ?”, dijawab oleh Allah “Panggillah mereka, Kami yang akan menyampaikannya !”. Maka Ibrahim-pun memanggil “Wahai manusia, Tuhanmu telah membangun rumah maka datanglah untuk beribadah kepadaNya”. Di jaman ini, dialog yang diceritakan dalam kitab tafsir Ibnu Katsir tersebut seharusnya dapat menginspirasi berbagai inovasi dan solusi.
Diceritakan pula dalam kitab tafsir tersebut bahwa Allah menurunkan tinggi gunung-gunung agar seruan tersebut sampai, bukan hanya sampai kepada manusia yang hidup saat panggilan tersebut dikumandangkan tetapi juga pada seluruh manusia yang hidup hingga kini dan hingga akhir jaman nanti. Seruan tersebut telah sampai ke kita bahkan ketika ayah ibu kita belum bertemu satu sama lain, ketika kakek-nenek kitapun belum menikah – ketika kita masih berupa sesuatu yang belum bisa disebut !
Point-nya adalah panggilan tersebut telah sampai ke kita, tinggal apakah kita mampu meresponse-nya secara comprehensive atau tidak. Comprehensive responses ini penting sekali sepanjang jaman, karena sepanjang jaman ada permasalahannya tersendiri untuk memenuhi panggilan tersebut.
Hingga 2,500 tahun setelah seruan tersebut disampaikan – yaitu jaman Rasulullah SAW hidup bersama para sahabatnya, challenge untuk comprehensive responses itu antara lain berupa beratnya perjalanan menuju dan pulang balik dari Mekkah. Hingga lebih dari 1,000 tahun sesudah itu-pun perjalanan haji masih sungguh tidak mudah, bahkan hingga awal abad 20-pun perjalanan untuk pergi haji itu tetap tidak mudah.