Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 25 Oktober 2017

Peperduur

Peperduur

Secara harfiah peperduur artinya lada mahal, tetapi dalam idiom bahasa Belanda digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang amat sangat mahal. Sejarahnya bisa ditebak, karena dahulu ketika Belanda membangun negerinya di abad 17-an – sesuatu yang sangat mahal itu bisa dibiayai dari lada. Saat itu lada bisa menjadi collateral atau jaminan dan bahkan menjadi alat tukar seperti uang pada umumnya. Sesuatu yang sangat mahal itu dahulu kita tidak relakan diambil oleh penjajah, ironinya ketika kita merdeka – malah tidak menghargainya.

Lada kini dikenal di seluruh dunia, seluruh makanan enak di dunia pasti membutuhkannya. Bukan hanya untuk industri makanan, lada juga menjadi jalan penyembuhan karena dia bersifat anticancer, mengendalikan berat badan, mencegah sakit jantung, liver, astma dan berbagai penyakit lainnya.

Di industri perfume, lada hampir selalu ada di merek-merek perfume terkenal karena kahadirannya membawa aroma fresh and spicy. Lada juga menjadi bahan yang selalu dibutuhkan untuk aromatheraphy and wellness industries.


Dengan segala macam manfaat dan nilai komoditi yang mewakili seperlima dari rempah-rempah dunia ini, amat disayangkan bila negeri penghasil utamanya mengabaikan potensi ekonomi dari super commodity ini.

Di negeri penghasil lada putih terbaik dunia – yang di kenal sebagai Lada Putih Muntok, Muntok White Peper – yaitu di Bangka, petani-petani lada karena kurangnya pembinaan dan pengarahan memilih menjadi penambang liar di perbagai tambang timah rakyat.

Kurangnya pembinaan pula yang menyebabkan renewable and very valuable commodity ditinggalkan demi mengejar hasil tambang liar yang jelas tidak sustainable. Ironinya yang melihat trend yang menyedihkan ini adalah kembali bangsa barat yang dahulu menjajah kita.

Ada beberapa perusahaan dan NGO dari Belanda yang bahkan sudah membiayai dan membina petani-petani untuk kembali menanam lada, karena mereka yang tahu betul nilai lada ini dan kawatir supply lada dunia akan terganggu bila tidak segera diselamatkan.

Namun potensi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang terlalu sayang untuk kita lewatkan dan digarap orang lain lagi. Kinilah waktunya kita untuk kembali focus menggarap sumber-sumber komoditi unggulan, yang dahulu sangat bernilai – peperduur – dan kinipun sangat bernilai.

Bagian dari impact investment yang digerakan oleh iGrow.Asia, kami akan mulai menghidupkan kembali sentra-sentra produksi lada unggulan negeri ini – mulai dari lada putih Muntok yang sangat dikenal dunia, insyaAllah menyusul lada dan rempah-rempah lain dari nusantara ini.

Bila lada ini dahulu menjadi perebutan bangsa-bangsa dan bahkan menjadi alasan suatu bangsa menjajah bangsa lain, kami ingin membalik lada ini menjadi sebab suatu negeri merdeka secara ekonomi – mulai dari yang kecil, rakyatnya disadarkan untuk tidak merusak alam dan kembali menanam komoditi unggulannya. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal