Peperduur
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Secara harfiah peperduur artinya lada mahal, tetapi dalam idiom bahasa Belanda digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang amat sangat mahal. Sejarahnya bisa ditebak, karena dahulu ketika Belanda membangun negerinya di abad 17-an – sesuatu yang sangat mahal itu bisa dibiayai dari lada. Saat itu lada bisa menjadi collateral atau jaminan dan bahkan menjadi alat tukar seperti uang pada umumnya. Sesuatu yang sangat mahal itu dahulu kita tidak relakan diambil oleh penjajah, ironinya ketika kita merdeka – malah tidak menghargainya.
Lada kini dikenal di seluruh dunia, seluruh makanan enak di dunia pasti membutuhkannya. Bukan hanya untuk industri makanan, lada juga menjadi jalan penyembuhan karena dia bersifat anticancer, mengendalikan berat badan, mencegah sakit jantung, liver, astma dan berbagai penyakit lainnya.
Di industri perfume, lada hampir selalu ada di merek-merek perfume terkenal karena kahadirannya membawa aroma fresh and spicy. Lada juga menjadi bahan yang selalu dibutuhkan untuk aromatheraphy and wellness industries.
Dengan segala macam manfaat dan nilai komoditi yang mewakili seperlima dari rempah-rempah dunia ini, amat disayangkan bila negeri penghasil utamanya mengabaikan potensi ekonomi dari super commodity ini.
Di negeri penghasil lada putih terbaik dunia – yang di kenal sebagai Lada Putih Muntok, Muntok White Peper – yaitu di Bangka, petani-petani lada karena kurangnya pembinaan dan pengarahan memilih menjadi penambang liar di perbagai tambang timah rakyat.
Kurangnya pembinaan pula yang menyebabkan renewable and very valuable commodity ditinggalkan demi mengejar hasil tambang liar yang jelas tidak sustainable. Ironinya yang melihat trend yang menyedihkan ini adalah kembali bangsa barat yang dahulu menjajah kita.
Ada beberapa perusahaan dan NGO dari Belanda yang bahkan sudah membiayai dan membina petani-petani untuk kembali menanam lada, karena mereka yang tahu betul nilai lada ini dan kawatir supply lada dunia akan terganggu bila tidak segera diselamatkan.
Namun potensi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang terlalu sayang untuk kita lewatkan dan digarap orang lain lagi. Kinilah waktunya kita untuk kembali focus menggarap sumber-sumber komoditi unggulan, yang dahulu sangat bernilai – peperduur – dan kinipun sangat bernilai.
Bagian dari impact investment yang digerakan oleh iGrow.Asia, kami akan mulai menghidupkan kembali sentra-sentra produksi lada unggulan negeri ini – mulai dari lada putih Muntok yang sangat dikenal dunia, insyaAllah menyusul lada dan rempah-rempah lain dari nusantara ini.
Bila lada ini dahulu menjadi perebutan bangsa-bangsa dan bahkan menjadi alasan suatu bangsa menjajah bangsa lain, kami ingin membalik lada ini menjadi sebab suatu negeri merdeka secara ekonomi – mulai dari yang kecil, rakyatnya disadarkan untuk tidak merusak alam dan kembali menanam komoditi unggulannya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar