Collateral Beauty
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Alkisah ada petani miskin tetapi memiliki kuda putih yang bagus, semua tetangganya menyarankan untuk menjualnya agar dia bisa memenuhi kebutuhannya. Selain itu kuda yang bagus juga mengundang orang lain yang berniat jahat untuk mengambilnya, tetapi si petani tidak menghiraukan saran para tetangga. Suatu hari kudanya bener-bener hilang dicuri orang, maka tetangganya pada berdatangan dan kebanyakan malah pada menyalahkan si petani. Si petani sendiri tidak bersedih ataupun berduka dengan kehilangan ini, karena dia melihat apa yang tidak dilihat oleh tetangganya – dia melihat collateral beauty !
Ketika para tetangga pada berucap “…bukankah sudah kami beritahu…, …seandainya saja…., I told you so…., kamu tidak akan mendapatkan musibah ini dlsb”, si petani malah menjawab “dari mana Anda tahu kalau ini musibah ?”.
Selang beberapa lama kuda putih si petani yang hilang ternyata balik, bahkan kali ini kepulangannya tidak sendirian, dia membawa rombongan kuda-kuda liar yang menyertainya. Melihat si petani yang kini mempunyai kuda yang banyak, robongan tetangganya berdatangan kembali.
Mereka menyampaikan : “alangkah beruntungnya kamu…, betapa berbahagianya kamu…, betapa banyak kebaikan untukmu…dlsb”, si petani sendiri tidak menampakkan kegembiraannya yang berlebihan. Malah kepada para tetangganya yang menyampaikan pujian dia balik bertanya : “dari mana kalian tahu kalau ini keberuntungan dan kebaikan untuk saya ?”
Tidak berselang lama, anak laki-laki satu-satunya si petani karena kegembiraannya dengan kuda-kudanya yang banyak, gemar berlatih berkuda termasuk dengan kuda-kuda liar yang kini dimilikinya. Suatu saat dia tidak bisa mengendalikan kuda liar yang ditungganginya dan terjatuh, kakinya patah dan tidak bisa disembuhkan.