Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Kamis, 01 November 2012


Uang Berperang Dengan Uang, Garam Yang Menang…
Peperangan antara uang atau dalam bahasa aslinya disebut currency wars atau juga disebut competitive devaluation, adalah kondisi dimana negara-negara bersaing dalam merendahkan nilai tukar uangnya. Strategy ini umumnya ditempuh untuk meningkatkan daya saing export dan menurunkan daya saing produk import di dalam negeri.
Strategy ini bahkan juga termasuk yang diresepkan oleh IMF (Internasional Monetary Fund) sejak awal tahun 1980-an untuk negara-negara berkembang. Alasannya ya itu tadi, untuk mengurangi konsumsi impor dan menaikkan daya saing ekspor.
Teorinya adalah bila daya saing produk-produk yang diekpsor dari suatu negara kuat, maka akan banyak permintaan untuk produk tersebut dan meningkatkan pula Gross Domestic Products (GDP). Tingginya GDP yang melebihi pertambahan penduduk akan meningkatkan kesejahteraan penduduk negeri yang bersangkutan.


Di antara negara-negara di dunia, China yang paling sering dituduh oleh negara mitra dagangnya terutama Amerika bahwa mereka (China) merendahkan nilai tukar uangnya secara tidak wajar. Keunggulan China dalam ekspor selama ini adalah karena currency wars ini – kata Amerika.
Lebih jauh , calon presiden Amerika yang akan mengikuti pemilihannya minggu depan – Mitt Romney punya tekat bahwa bila dia terpilih sebagai presiden, dia akan men-cap China sebagai currency manipulator. Ini akan bisa memicu perang mata uang dan perang dagang berikutnya, yang bukan hanya melibatkan dua negara Amerika dan China – tetapi seluruh negara lain akan terpaksa terlibat.
Sebagaimana perang yang selalu membawa korban, demikian pula dengan perang antar uang ini. Korban utamanya adalah masyarakat yang berpenghasilan tetap dan masyarakat yang tabungannya dalam mata uang kertas negeri yang bersangkutan.
Ketika daya beli mata uang kertas diturunkan baik secara mendadak dengan devaluasi ataupun secara bertahap melalui inflasi, daya beli uang masyarakat tentu ikut menurun – maka menurun pulalah tingkat kemakmurannya.
Daya beli tabungan mereka dalam segala bentuknya baik berupa deposito, tabungan, asuransi, dana pensiun , tunjangan hari tua, dana pesangon dlsb. ikut turun nilainya – sehingga bukan hanya kemakmuran saat ini yang terganggu – tetapi juga kemakmuran jangka panjang kedepan.
Pemerintah China nampaknya tahu betul dampak currency wars yang mereka termasuk pemain utamanya (meskipun tidak pernah diakuinya) terhadap penurunan kemakmuran rakyatnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang ini. Tetapi mereka juga punya solusinya.
Solusi yang ditempuh pemerintah China adalah mempermudah dan bahkan memfasilitasi rakyatnya untuk bisa secara rame-rame menabung emas. Masyarakat China sangat paham atas fungsi emas dalam mempertahankan kemakmuran mereka.
Lantas bagaimana dengan kita-kita yang hidup di negara yang (mau tidak mau) juga terlibat dalam currency wars, uang kita terus menurun daya belinya tergerus oleh inflasi – tetapi tidak ada kebijakan atau dorongan dalam bentuk apapun dari pemerintah untuk kepemilikan emas masyarakat ?.
Jawabannya ada di salah satu hadits shoheh yang diriwayatkan oleh sejumlah perawai berikut : “ (Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai (Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit)
Mengapa hadits ini bisa menjadi jawaban atas problem kita yang hidup di tengah currency wars ?, karena hadits tersebut memberi kita contoh sejumlah benda riil yang memiliki nilai intrinsic – yang bisa berperan sebagai uang. Uang dalam arti yang sesungguhnya, yang mampu mempertahankan nilai (store of value), yang bisa menjadi satuan nilai (unit of account) dan tentu juga bisa berperan sebagai alat tukar (medium of exchange).
Pertanyaan berikutnya adalah dimana benda-benda riil tersebut menjadi uang yang sesunggungnya, uang dengan ke tiga fungsinya tersebut di atas ?. Jawabannya adalah sederhana yaitu di pasar !. Manakala kita bisa menciptakan pasar untuk benda riil – apapun , maka dia menjadi uang yang sesungguhnya.
Garam misalnya yang termasuk disebut dalam hadits tersebut di atas. Di jalan yang sama daerah tempat tinggal saya saja ada dua agen garam besar. Saya sering melihat mobil-mobil besar berhenti di depan pintunya me-naik-turunkan ber ton-ton garam.
Siapa yang butuh ber-ton-ton garam ini ?, itulah pasar dari jutaan penduduk di Jabodetabek dan sekitarnya – yang tidak bisa tidak membutuhkan garam untuk masakannya. Uang bagi para pedagang ini ya garamnya, ketika Rupiah terus mengalami penyusutan daya beli melalui inflasi – gampang saja bagi mereka ini, tinggal menyesuaikan harga jual garamnya.
Bukan hanya garam, gandum, beras dan sejenisnya benda riil yang bisa menjadi uang – benda riil apapun asal sudah tercipta pasarnya – dialah uang yang sesungguhnya itu.
Maka sejauh kita bisa menciptakan pasar untuk segala bentuk kebutuhan masyarakat kita, baik berupa emas/Dinar, garam, beras, kebun, dlsb.dlsb, insyaallah kita bisa melindungi diri dari menjadi korban currency wars. Selama masih ada ‘garam’ , perang antar mata uang itu masih bisa kita menangkan !. Insyaallah…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal