Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 29 Maret 2017

Sedekah Yang Wangi

Sedekah Yang Wangi

Ada kebiasaan cerdas dan mulia dari Ummul Mukminin Aisyah Radlianllahu ‘Anha yang tidak terbayangkan oleh kita yang hidup di jaman ini. Yaitu bila ada pengemis mengetuk rumahnya, beliau mengusap uangnya dengan minyak wangi baru kemudian menyedekahkannya kepada si pengemis. Ketika ada yang bertanya mengapa beliau melakukan ini, dijelaskannya bahwa sedekah tersebut sampai di tangan Allah sebelum sampai di tangan pengemis – beliau ingin ketika sampai di tangan Allah sedekahnya dalam kondisi wangi !

Dalam kesempatan lain ada pengemis mengetuk rumah Siti Aisyah dan Barira pembantunya yang membukakan pintu. Pengemis tersebut berucap : “Wahai keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasalam, beri saya sesuatu”. Siti Aisyah mendengarnya dari dalam rumah dan bertanya ke pembantunya, “Siapa dia ?” , Barira menjawab : “Pengemis, dan kita hanya punya segenggam gandum untuk engkau berbuka puasa”.

Siti Aisyah kemudian memerintahkan ke pembantunya : “Berikan itu kepadanya, Allah akan memberi untukku”. Lalu Barira memberikan bahan makanan satu-satunya yang ada tersebut kepada si pengemis. Hari sudah sore dan sampai magrib tiba, Siti Aisyah tidak memperoleh sesuatu untuk berbuka puasa. Maka dia berbuka puasa dengan air putih.

Senin, 27 Maret 2017

La Nina dan El Nino

La Nina dan El Nino

Setahun terakhir negeri ini tidak mengalami musim kering karena kemaraunya-pun basah – tetap ada hujan di musim kemarau. Dampaknya lahan sawah yang biasanya ditanami padi satu atau dua kali setahun, tahun ini banyak yang bisa ditanami tiga kali. Karena musim hujan yang turun di musim kemarau – yang biasanya kering – juga membuat kita tidak perlu banyak direpotkan dengan kebakaran hutan yang meluas seperti tahun-tahun sebelumnya. Peristiwa semacam ini bisa dijelaskan secara ilmiah melalui fenomena La Nina dan El Nino, tetapi juga bisa menjadi tadabur terhadap ayat-ayatNya utuk mengantisipasi what next-nya !

Penjelasan secara science and guidance ini perlu agar tidak ada yang mengklaim bahwa kecukupan pangan dan berkurangnya kebakaran hutan tahun ini adalah karena keberhasilan program kerjanya. Ini juga agar kita tidak lengah dengan apa yang bisa terjadi di tahun-tahun berikutnya.

Ketika terjadi El Nino tahun 2015 – musim kering panjang kita alami karena suhu muka laut yang meningkat di Samudra Pacifik area Khatulistiwa, akibatnya supply uap air yang berkurang di wilayah Indonesia sehingga mengalami kemarau panjang dan minimnya curah hujan.

Kebalikannya adalah yang terjadi dengan La Nina tahun 2016, suhu muka laut di Samudra Pacifik area Khatulistiwa mendingin, supply uap air meningkat di wilayah Indonesia sehingga mengalami musim hujan yang panjang, hujan tetap turun di musim kemarau – yang disebut fenomena kemarau basah, areal lahan yang bisa ditanami padi menjadi meluas.

Jumat, 24 Maret 2017

Solusi Dari Petani

Solusi Dari Petani

Waktunya tinggal 13 tahun lagi dari yang ditargetkan Uni Eropa untuk ekonomi mereka berubah dari fossil-based economy menjadi bioeconomy yang lebih sustainable, Mereka bahkan sudah memiliki blue print yang sangat jelas tentang The European Bioeconomy 2030. Meskipun belum sedetil Uni Eropa dalam merumuskannya, negara-negara lain pasti juga akan mengikutinya. Bahkan salah satu negeri yang berpeluang sangat baik di era bioeconomy adalah Indonesia, dan ini berarti juga peluag besar bagi para petani untuk mengambil perannya yang lebih significant dalam ekonomi negeri ini kedepan.

Peluang  itu antara lain sudah saya bahas dalam tulisan dengan judul Grainomy – ekonomi berbasis biji-bijian. Pada bahasan ini saya beri contoh yang lebih detil tentang kelompok biji-bijian yang karakternya disebut secara khusus di Al-Qur’an, di surat yang sangat indah surat Ar-Rahman ayat 12.

Rabu, 22 Maret 2017

Bumi Para Wali

Bumi Para Wali

Selama berabad-abad kaum Yahudi tinggal di kota kecil Yastrib sebelum menjadi Madinah. Mereka berbahasa Arab, berpakaian seperti orang Arab sehingga sulit dibedakan dengan orang Arab pada umumnya. Hanya saja ketika beraktifitas ekonomi, baru karakter asli mereka nampak. Mereka melilit orang Arab dengan pinjaman berbunga tinggi – sedemikian tinggi sehingga tidak bisa dibayar. Melalui cara inilah mereka sedikit demi sedikit menguasai bumi orang Arab. Kapitalisme ribawi yang merupakan penjelmaan praktek tersebut di jaman kita ini, bahkan lebih kejam dari yang dilakukan kaum Yahudi di jaman tersebut. Bagaimana cara system ini mengambil bumi kita ?

Yahudi Yastrib masih memerlukan modal awal untuk menguasai lahan-lahan orang Arab. Modal awal ini dikumpulkan melalui produksi barang dan menguasai pasar, hasil keuntungan dari penguasaan produk dan pasar inilah yang kemudian dipakai untuk memberi pinjaman berbunga tinggi – yang akhirnya tidak terbayar kecuali dengan tanah orang Arab yang disita.

Kapitalisme ribawi yang ada sekarang lebih kejam karena sumber uang yang dipakai untuk mengambil tanah-tanah kita tersebut tidak lagi harus dari produksi barang dan penguasaan pasar. Sumber uangnya justru dari kita-kita juga, yaitu ketika uang hasil jerih payah kita berpuluh tahun terkumpul dalam tabungan, deposito, dana pensiun , tunjangan hari tua dan asuransi.

Sabtu, 18 Maret 2017

Grainomy

Grainomy

Definisi Economy menurut Oxford Learners Dictionary adalah hubungan antara produksi , perdagangan dan supply uang di suatu wilayah. Sedangkan uang yang kita pakai sekarang adalah uang yang bisa mengusir pemiliknya ! Maka untuk mencapai keadilan ekonomi dibutuhkan uang yang adil – bukan hanya nilainya yang tidak bisa digerus melalui inflasi dan devaluasi – juga akses modal terhadap uang tersebut harus sama bagi semua orang. Selain Dinar dan  Dirham yang sudah diperkenalkan situs ini dalam satu dasawarsa terakhir, dalam Islam alat tukar itu juga bisa berupa biji-bijian – oleh karenanya ekonomi yang digerakkannya saya sebut Grainomy – ekonomi berbasis biji-bijian !

Dasar hadits-nya sama dengan uang yang berbasis emas, diriwayatkan oleh hampir seluruh perawi – tetapi saya ambil yang dari Muslim sebagai berikut : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma dan garam dengan garam tidak mengapa bila dengan takaran yang sama, dan sama berat serta tunai. Jika jenisnya berbeda, maka juallah sesuka hatimu asalkan secara tunai dari tangan ke tangan” (HR Muslim 2970)

Di dunia dimana akses capital menjadi semakin timpang antara yang miskin dengan yang kaya, 1% penduduk dunia menguasai 50% dari kekayaan dunia – maka re-design alat tukar untuk keadilan ekonomi barangkali memang sudah waktunya.

Jumat, 17 Maret 2017

Biji Untuk Bumi Yang Mati

Biji Untuk Bumi Yang Mati

Bila kita mengira bahwa swasembada pangan itu telah atau akan segera tercapai tanpa kerja keras, mungkin kita akan kecewa. Sebagian besar masyarakat yang sudah makan kenyang-pun ternyata rata-rata kwalitasnya jauh lebih rendah dari rata-rata dunia. Dalam konsumsi daging merah misalnya (sapi dan domba/kambing), tahun 2016 lalu menurut OECD-FAO rata-rata kita hanya mengkonsumi 2.6 kg/tahun per kapita – sementara rata-rata dunia untuk konsumsi daging yang sama adalah 8.2 kg/tahun per kapita. Bagaimana kita bisa mengejar ketinggalan ini ?

Setelah 72 tahun merdeka, negeri agraris khatulistiwa nan subur ini rupanya belum berhasil memberikan makanan yang cukup dari sisi kwantitas apalagi kwalitas bagi penduduknya. Pasti ada something yang seriously wrong selama ini, sehingga kita tidak bisa mencukupi kebutuhan pangan kita khususnya daging.

Setiap ahli tentu memiliki alasannya sendiri tentang hal ini, tetapi bukan perdebatan ini yang kita perlukan. Kita butuh solusi yang do-able sehingga kita bisa melakukan perbaikan ini dari lingkungan kita, kemudian meluas dan terus meluas sehingga seluruh masalah ini teratasi.

Kamis, 16 Maret 2017

Uang yang Mengusir Pemiliknya

Uang Yang Mengusir Pemiliknya

Di kota-kota penyangga Jakarta seperti Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang dlsb., mudah kita jumpai keluarga tua yang senang berkisah nostalgia tentang rumahnya yang dahulu. Mereka suka bercerita : “…dahulu kami tinggal di…”, tempat yang dimaksud rata-rata kini telah menjadi pusat perkantoran atau perdagangan bergengsi di Jakarta. Apa yang ‘mengusir’ mereka dari tempat tinggal aslinya tersebut ke tempat tinggalnya sekarang ? Tanpa mereka sadari, sebenarnya uang mereka sendirilah yang ikut menjadi penyebabnya. Kok bisa ?

Saksi hidup dari kejadian seperti ini masih bisa kita saksikan antara lain di sebuah masjid tua yang masih eksis diantara belantara gedung perkantoran pencakar langit di Mega Kuningan. Di hari Jum’at ketika masjid tersebut dipadati oleh orang-orang kantoran, ada segelintir jama’ah yang tidak nampak seperti orang kantoran.

Rata-rata mereka usianya sudah tua, pakai sarung atau gamis dan datang dari tempat yang jauh. Selesai sholat Jum’at mereka tidak langsung pulang, mereka duduk-duduk di emperan masjid sambil memandangi gedung-gedung bertingkat di hadapannya. Dengan mata berkaca-kaca, mereka mengenang masa lalu.

Jumat, 10 Maret 2017

Amazing Grains

Amazing Grains

Di antara tanaman-tanaman yang banyak sekali disebut di Al-Qur’an adalah tanaman penghasil biji-bijian. Karena pentingnya biji-bijian ini dalam unsur makanan kita – dia ada di setiap peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. Ada yang tumbuh di negeri tropis yang banyak hujannya seperti padi, ada yang tumbuh di daerah kering dan empat musim seperti gandum. Ada pula biji-bijian yang tumbuh baik di negeri empat musim maupun tropis sekaligus, diantaranya adalah jagung dan sorghum. Ketahanan pangan kita sangat berkorelasi langsung dengan penguasaan biji-bijian ini.

Selain disebut langsung biji-bijian dalam banyak ayat (habba – seperti di QS 80:27), kadang disebut secara umum dari jenis tanamannya – yaitu tanaman semusim (zar’a, seperti di QS 32:27), kadang juga disebut cara bercocok tanamnya dengan berladang (harsy, seperti di QS 3:14).

Biji-bijian berbeda dengan buah-buahan (faakihah, seperti di QS 56:68), yang dihasilkan oleh pohon (syajarah, seperti di QS 24:35), yang pohon ini pada umumnya ditanam dengan metode berkebun (Jannat, seperti di QS 18:32).

Selasa, 07 Maret 2017

Ketika Yang Fitrah Menjadi Exception

Ketika Yang Fitrah Menjadi Exception

Bagi masyarakat yang karena satu dan lain hal harus diet ketat, ada daging khusus untuk mereka – daging yang jauh lebih mahal dari daging pada umumnya – daging yang disebut grassfed meat. Apa sesungguhnya grassfed meat ini ? tiada lain dia adalah daging dari binatang ternak sapi, domba dan kambing – yang diberi makan rumput! Lho , bukannya hewan-hewan ternak ini memang seharusnya makan rumput ? mengapa sekarang menjadi istimewa ? Ternyata karena mayoritas daging yang kita makan sekarang bukan lagi dari ternak yang memakan rumput !

Waktu belajar biologi di SMP dahulu kita dikenalkan dengan hewan memamah biak, yaitu sub-ordo ruminansia seperti sapi, domba,  kambing dlsb. Hewan-hewan jenis ini disebut berperut banyak, sehingga pencernaannya menjadi sangat efisien – dengan dibantu microorganism di perutnya mereka bisa menyerap nutrisi dari rerumputan dan hijauan secara optimal.

Lambung ruminansia terdiri dari empat bagian yaitu rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan tempat menyimpan makanan sementara, sehingga ternak bisa makan rumput dengan cepat ketika merumput, dikunyah sedikit terus dikirim ke penyimpanan sementara yaitu rumen ini. Di dalam rumen, makanan ini dibasahi dan kemudian dikirim ke reticulum.

Ketika hewan istirahat, makanan yang sudah setengah cerna tersebut dikirim dari reticulum kembali ke mulut terus dikunyah lagi sampai lembut. Setelah dikunyah lembut dari mulut, makanan dikirim ke omasum kemudian ke abomasum. Grand process design seperti inilah yang telah diciptakanNya untuk hewan ruminansia agar dia efektif menjadi hewan gembalaan yang memakan rumput - abba (QS 80:32).

Senin, 06 Maret 2017

Riba Free Ecosystem

Riba-free Ecosystem

Meskipun kita tahu bahwa ‘riba telah mengambil makanan kita’,  mengapa sulit sekali kita berlepas diri darinya ? karena riba itu telah menyelimuti kita seperi pekatnya malam dalam ecosystem ribawi yang sangat kompleks. Seperti ikan yang hidup dalam laut yang tercemar, seberapa kuat-pun dia ingin mengambil oksigen bersih dari air dan memilih-milih makananannya – tetap saja dia harus mendapatkannya dari air yang sudah tercemar. Seperti itulah ecosystem yang menyelimuti kita sehingga seberapa kuat-pun kita ingin bebas riba, debu-debu riba tetap terhirup masuk ke tubuh kita. Lantas apa solusinya ?

Sebelum saya uraikan solusinya, saya beri dahulu gambaran situasinya – karena sebagian orang tidak setuju kalau kita hanya  ‘mengkambing-hitamkan’ riba untuk semua permasalahan kita. Betul bahwa riba bukan satu-satunya penyebab, tetapi riba adalah hulu yang sangat kuat dari setiap permasalahan ekonomi kita.

Seperti bila Anda tidak menyukai seseorang, maka apapun yang dilakukan orang tersebut adalah salah di mata Anda. Bagaimana kalau yang tidak suka ini adalah Allah ?, bahkan Allah dan RasulNya mengumumkan perang (QS 2:279), dan mengancam memusnahkan riba ( QS 2:276) – maka apa saja yang kita lakukan yang masih terkait atau bersinggungan dengan riba ini menjadi salah.

Jumat, 03 Maret 2017

Teluk Lada

Teluk Lada

Sejak Sekolah Dasar kita belajar bahwa dahulu bangsa barat menjajah negeri ini awalnya berburu rempah-rempah. Namun kita pada umumnya hanya paham sampai ‘apanya’ bukan ‘mengapanya’, mengapa mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh ‘hanya’ untuk berburu rempah-rempah ? Karena system pembelajaran kita lebih menekankan ‘what’ bukan ‘why’, maka kita kurang bisa mengambil pelajaran yang sesungguhnya. Kalau saja kita memahami ‘why’-nya – we will know the reason behind everything – insyaAllah kita tidak pernah terjajah lagi.

Mereka menempuh perjalanan yang begitu jauh, berbahaya,  menyeberangi samudra, dengan kapal jaman pra-teknologi, pasti bukan karena sedang bersenang-senang, mereka  mencari sesuatu yang begitu berharga saat itu yaitu rempah-rempah.

Untuk mengggambarkan seberapa mahal-kah rempah-rempah era pra-teknologi itu bisa kita ketahui dari catatannya penterjemah muslim Ma Huan – yaitu penterjemahnya Laksamana Cheng Ho – ketika berlayar ke Nusantara : “…setelah lada itu kering, dijual  setiap 100 Chin  dengan harga 80 keping emas...”.

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal